'Cinta Rahasia' Israel dan Singapura di Balik Lonjakan Impor Israel ke Indonesia

Hubungan antara Israel dan Singapura dimulai pada 1965.

Ist
Hubungan diplomatik Israel dengan Singapura
Rep: Tim Republika Red: A.Syalaby Ichsan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Peningkatan impor Indonesia dari Israel diduga tak lepas dari peran Singapura. Negeri jiran yang berjuluk sebagai The Little Israel ini menjadi negara medioker barang-barang dari segala penjuru dunia untuk kemudian dimasukkan ke Indonesia, termasuk dari Israel, demikian menurut Ekonom Eko Listiyanto. Hal ini lantaran Indonesia tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel.

Baca Juga


"Kita tidak punya hubungan kerja sama dengan Israel, setahu saya lewat pihak ketiga di Singapura," ujar Eko saat dihubungi Republika di Jakarta, Selasa (2/7/2024).

Hubungan perdagangan Singapura dan Israel sendiri terpantau terus meningkat. Dalam lima tahun terakhir, ekspor Israel ke Singapura naik sekitar 19,4 persen secara tahunan.

Dilansir Jewish News Syndicate, nilai perdagangan Israel dan Singapura memang sedang meningkat, total capai 3,8 miliar dolar AS pada 2022, naik 67 persen dari 2021. Mayoritas adalah untuk produk permesinan penghitung yang capai 51 persen dari porsi, peralatan optis dan medis, dan produk alat transportasi.

Data impor senjata, amunisi, dan bagiannya yang dicatat BPS pada periode Januari-April 2023 dan 2024. - (BPS)

Peningkatan tersebut berbanding lurus dengan produk-produk impor asal Israel yang masuk ke Indonesia. Badan Pusat Statistik (BPS) merilis, nilai total produk Israel yang masuk ke Indonesia pada bulan Mei mencapai 5,9 juta dolar AS atau naik enam kali lipat dibanding April 2024.

Pada saat gerakan boikot merebak akibat kampanye genosida Israel di Palestina, Singapura menjadi negara di Asia Tenggara yang tak terpengaruh dengan isu tersebut. Hal ini tak lepas dari sebuah hubungan yang pernah ditulis oleh seorang penulis Haaretz, Amnon Barzilai, sebagai, “Sebuah hubungan cinta yang dirahasiakan secara mendalam dan kelam.”

Shlomo Maital, lewat sebuah artikel berjudul 'Israel-Singapore, A Deep Dark Secret Love Affair' yang diterbitkan The Jerusalem Post pada 2023 lalu menulis, hubungan antara Israel dan Singapura dimulai pada 1965. Saat itu, Israel masih merupakan sebuah negara yang masih dalam masa pertumbuhan, baru berusia 17 tahun.

Tingkat ekonominya pun masih miskin dengan Product Domestik Bruto  per kapita hanya 1.429 dolar AS atau seperempat PDB saat ini.  Saat itu, Israel hanya memiliki penduduk sebanyak  600 ribu orang Yahudi yang selamat pada tahun 1948 dari serangan tentara Arab. Mereka baru kehilangan 6.000 orang di medan perang. Dalam tiga setengah tahun pertama, Israel menyerap lebih banyak imigran daripada populasi pada tahun 1948.

Meski demikian, Israel bersedia membantu negara muda lain yang sedang berjuang, Singapura, yang lahir pada 9 Agustus 1965. Negara kota kecil dengan luas hanya 670 km persegi ini dulunya merupakan bagian dari Malaysia. Singapura diduduki oleh Jepang (1942-45), kemudian oleh Inggris. Negara tersebut lantas digabungkan dengan Federasi Malaysia pada tahun 1963. Hanya saja, penggabungan ini tidak berjalan mulus.

Pada tahun 1965, Inggris memutuskan untuk menarik diri dari semua koloninya di sebelah timur Terusan Suez. Di bawah kepemimpinan Lee Kwan Yew, Singapura memilih untuk mendeklarasikan kemerdekaannya - menggemakan keputusan berisiko serupa yang diambil oleh Perdana Menteri Israel David Ben-Gurion pada Mei 1948. Seperti Israel, hanya sedikit yang mengira Singapura akan bertahan.

 

Sejarah Israel dan Singapura...

Malaysia mengancam akan menyerang, menduduki, dan menaklukkan Singapura. Negeri itu hampir tidak berdaya. Singapura hanya memiliki dua resimen militer (6.000-10.000 tentara), yang dua pertiganya bukan penduduk Singapura. "Para pemimpin Singapura," Barzilai mengisahkan, "tidak percaya pada kekuatan pasukannya yang sangat kecil."

Israel yang kecil pernah mengalami krisis eksistensial yang serupa pada tahun 1948. Seperti Israel, tidak ada yang mau membantu Singapura secara militer. "Apa untungnya bagi kami?" tanya mereka. "Apa yang bisa Singapura lakukan untuk saya?"

Tak lama setelah mendeklarasikan kemerdekaannya, Menteri Pertahanan Singapura Goh Keng Swee menghubungi mantan duta besar Israel untuk Thailand, Mordecai Kidron, yang merupakan diplomat veteran. Goh Keng Swee  meminta bantuan. Permintaan itu dijawab Kidron yang bergegas ke Singapura, bersama dengan Hezi Carmel dari Mossad. Goh mengatakan kepada mereka bahwa dia merasa hanya Israel - seperti Singapura, negara kecil yang dikelilingi oleh negara-negara Muslim besar yang bermusuhan - yang dapat membantu mereka membangun pasukan kecil yang dinamis.

Berdasarkan laporan Kidron dan Carmel, IDF dikerahkan untuk memasok bantuan militer ke Singapura. Kepala staf Yitzhak Rabin saat itu memilih untuk menempatkan Jenderal Rehavam Ze'evi ("Gandhi") sebagai penanggung jawab. Ze'evi mengunjungi Singapura secara diam-diam dan mengusulkan bahwa alih-alih birokrasi militer yang besar. Singapura akan menciptakan sebuah organisasi yang ramping dan terintegrasi tanpa terlalu banyak jenderal dan terlalu sedikit tentara.

Dua pria mengambil foto patung Merlion di Singapura, Senin (6/4). Wakil Perdana Menteri dan Menteri Keuangan Singapura Heng Swee Keat mengumumkan pada Senin (6/4) - (WALLACE WOON/EPA-EFE)

Kolonel Yaakov Elazari mengepalai tim tersebut. Dia menambahkan Letnan Kolonel Yehuda Golan, komandan divisi lapis baja. Mereka menghasilkan sebuah "buku coklat" (doktrin tempur) dan "buku biru" (pembentukan Kementerian Pertahanan dan badan-badan intelijen). Sebuah delegasi militer Israel tiba di Singapura pada bulan Oktober 1965, hanya lebih dari dua bulan setelah Singapura mendeklarasikan kemerdekaannya.

Rabin memberikan instruksi yang jelas kepada delegasi tersebut: "Tugas Anda adalah untuk mengajarkan mereka profesi militer, untuk membuat mereka berdiri sendiri sehingga mereka dapat menjalankan tentara mereka sendiri. Anda tidak pergi ke sana untuk memerintah mereka, tetapi untuk menasihati mereka." Dia menambahkan: "Kalian bukan pedagang senjata... Saya ingin Anda mengabaikan keputusan mereka untuk membeli di sini atau di tempat lain."

Barzilai menceritakan bahwa tim pertahanan Israel tiba dengan kekuatan penuh pada Malam Natal 1965. Mereka dengan cepat merekrut 40-50 orang yang memiliki pengalaman militer, yang siap untuk menjadi tentara karir. Sebagai komandan, mereka memilih Kirpa Ram Vij, asal India, yang akhirnya menjadi kepala staf. Israel mengadakan pelatihan perwira yang intensif selama tiga bulan.

Terdapat penolakan terhadap wajib militer karena profesi tentara menempati urutan terakhir di Singapura. Perdana Menteri pendiri Lee Kwan Yew mengatakan kepada orang-orang Israel, "Saya ingin Anda merekrut orang-orang yang paling primitif di negara ini, orang-orang yang tidak berpendidikan dan pengangguran."

Orang-orang Israel terkejut dan protes. Lee tetap bersikeras. Dia menjelaskan bahwa tentara Jepang, yang terdiri dari orang-orang yang tidak berpendidikan, mengalahkan tentara Inggris, yang berpendidikan dan cerdas - karena mereka termotivasi.

Dengan pengalaman dari pelajaran yang didapat dari pertempuran yang terjadi antara Jepang dan Inggris, orang Israel menciptakan pasukan angkatan laut yang berbasis sampan - perahu kayu dengan busur yang tajam dan buritan yang besar. Mereka berlatih pendaratan infanteri di malam hari, hanya menggunakan navigasi pantai. "Singapura merasa lega karena Israel tidak dikalahkan dalam Perang Enam Hari," tulis Lee, "atau kami akan kehilangan kepercayaan pada mereka."

 

Mengapa peran Israel dalam membantu Singapura dirahasiakan?.....

Pada Januari 1968, korps lapis baja Singapura dibentuk secara rahasia. Mereka membeli 72 tank ringan AMX-13 dari militer Israel (IDF). Malaysia, pada saat itu, tidak memiliki tank. Adam Tzivoni, pensiunan kolonel Angkatan Udara Israel, datang untuk memberi saran kepada angkatan udara Singapura yang masih muda. Inggris menawarkan Singapura 50 juta poundsterling untuk membeli peralatan Inggris. Tzivoni membatalkan kesepakatan itu.

"Inggris mencoba menjual sampah kepada Singapura," katanya. Tidak heran jika Inggris tidak menyukainya. Sebuah sekolah penerbangan didirikan di Singapura di bawah pengawasan Tzivoni dan helikopter Alouette modern dibeli.

 

Mengapa peran Israel dalam membantu Singapura dirahasiakan?

Barzilai mengungkapkan, orang-orang Israel sebenarnya ingin buru-buru memberi tahu semua teman mereka [tentang membantu Singapura], tetapi berhasil mengatasi keinginan itu. Ketakutan bahwa hubungan tersebut akan diputus jika diketahui publik memiliki dampak. Israel memberlakukan pembungkaman total terhadap cerita tersebut dan rahasia itu tetap terjaga. Sampai pihak lain tidak bisa lagi menahan diri.

Pada saat itu, ketegangan dengan negara tetangga Malaysia dan Indonesia sedang tinggi. Ada ancaman konstan bahwa salah satu atau keduanya akan menyerbu Singapura dan mendudukinya. Perdana Menteri pendiri negara tersebut, Lee Kuan Yew, mengatakan kepada menteri pertahanannya, Goh, untuk merahasiakan operasi Israel dari mata publik agar tidak menimbulkan kecurigaan baik di dalam negeri maupun di negara-negara Muslim yang berdekatan.

Bagaimana dengan hari ini? Shlomo menulis, media sosial akan mengekspos bantuan militer Israel ke Singapura secara real time, yang mungkin tidak akan berakhir.

Sejak saat itu, Singapura telah berkembang. Singapura modern memiliki 5,6 juta penduduk yang tinggal di pulau sepanjang 48 km dengan luas 7.800 km persegi. Dengan PDB per kapita sebesar 91.000 dolar, Singapura merupakan salah satu yang tertinggi di dunia. Angkatan bersenjatanya kecil, modern, dan tangguh. Negara ini memiliki tiga kelompok etnis utama - Tionghoa (74%), Melayu (14%), dan India (9%) - yang bekerja sama dan hidup berdampingan. Seperti Israel, Singapura memiliki pabrik fabrikasi Intel yang sangat modern dan merupakan pusat Asia Tenggara bagi banyak perusahaan raksasa global.

sumber : The Jerussalem Post
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler