Masih Ada Impor dari Israel, Faisal Basri Sebut Moralitas Bangsa Dipertaruhkan

Pemerintah harus ambil langkah tegas putuskan impor ekspor.

Eva Rianti
Peneliti senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Faisal Basri.
Rep: Eva Rianti Red: Lida Puspaningtyas

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Ekonom senior yang juga peneliti senior Insitute for Development of Economics and Finance (Indef) Faisal Basri menanggapi soal aktivitas dagang antara Israel dan Indonesia yang belakangan mengalami lonjakan. Dia berpendapat bahwa nilai ekspor-impor barang Israel-Indoensia tidaklah signifikan, sehingga jika memang ingin tegas untuk tidak memiliki hubungan, pemerintah tinggal melakukan boikot.

Baca Juga


“Insignifikan lah jumlahnya. Tapi kalau ingin secara resmi memboikot ya boikot, saya sih setujunya boikot saja, Toh hubungan ekonomi kita dengan Israel menurut saya lebih kepada alasan moral, bukan ekonomi,” kata Faisal saat ditemui di sela acara diskusi Indef bertajuk ‘Warisan Utang untuk Pemerintah Mendatang’ di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Kamis (4/7/2024).

Pandangan itu dicontohkan dengan misalnya beras sebagai komoditas yang diimpor oleh Israel dari Indonesia. Menurut Faisal, Israel bisa saja mengimpor dari negara-negara lain di ASEAN semisal Singapura dan Thailand yang jelas-jelas memiliki hubungan resmi dagang, juga memiliki komoditas yang serumpun dengan Indonesia.

Faisal menerangkan, sebenarnya hubungan Indonesia dan Israel telah terjadi cukup lama sejak era Presiden RI ke-2 Soeharto. Sekalipun tidak memiliki hubungan diplomatik antar kedua negara. Sehingga ada cukup banyak barang-barang produksi Israel yang hingga kini tersebar di Indonesia.

“Sama dengan kita enggak ada hubungan diplomatik dengan Taiwan, tapi kita banyak impor dari Taiwan. Kalau dalam konteks dagang mah setan sama setan bisa saja melakukan,” ujar dia.

Faisal menekankan bahwa pemerintah bisa saja melakukan kebijakan boikot jika memang ingin melakukannya, sehingga ada sikap konsistensi dari Indonesia terhadap negara Zionis. Hal itu kaitannya dengan perlawanan Indonesia terhadap Israel yang menyerang secara brutal warga Palestina.

Sebagaimana diketahui sebelumnya, di tengah kecaman warga Indonesia atas serangan brutal yang dilakukan Israel ke Palestina, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatatkan ada lonjakan tajam impor dari negara Zionis tersebut.

Berdasarkan data BPS yang dikutip Republika, tercatat nilai barang impor dari Israel ke Indonesia pada Januari—Mei 2024 sebanyak 35.201.806 dolar AS. Angka itu melesat 297,72 persen (ctc) dari periode Januari—Mei 2023 di angka 8.850.970 dolar AS.

Adapun secara month to month (mtm), pada Mei 2024, Israel mengimpor komoditas ke Indonesia senilai 5.976.079 dolar AS. Angka tersebut melonjak sebesar 532,05 persen (mtm) atau enam kali lipat dibandingkan angka April 2024 sebesar 945.503 dolar AS.

Aktivitas ekspor barang Indonesia ke Israel juga terus bergulir. Data BPS menunjukkan pada periode Januari—April 2024 total ekspor Indonesia ke Israel sebesar 52.452.969,40 dolar AS, sedikit turun secara year on year (yoy) dibandingkan periode Januari—April 2023 di angka total 52.934.930,79 dolar AS. 

Indonesia Impor Apa dari Israel? - (Republika)

Barang-barang impor itu masuk lewat sejumlah pelabuhan dan bandara....

Data besaran barang impor yang didatangkan dari Israel ke Indonesia mengalami lonjakan, hingga pada Mei 2024 tercatat sebanyak 5,9 juta dolar AS, melambung enam kali lipat dari bulan sebelumnya. Ada sejumlah pelabuhan dan bandara yang menjadi pintu masuknya barang impor dari negara Zionis tersebut ke Indonesia.

Pelabuhan-pelabuhan atau bandara-bandara tersebut secara umum merupakan akses di kota-kota besar, seperti Jakarta, Surabaya, dan Bali, serta kawasan atau wilayah perbatasan seperti Batam, Kepulauan Riau.

Mengutip data BPS, Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta dilintasi barang impor dari Israel dengan nilai 2.183.659 dolar AS pada periode Januari—April 2024, menurun dari periode yang sama, Januari—April 2023 sebanyak 3.097.296 dolar AS.

Kemudian tercatat di Pelabuhan Batu Ampar, Batam, Kepulauan Riau, barang impor Israel masuk senilai 143.526 dolar AS pada Januari—April 2024. Sementara data menunjukkan aktivitas impor barang Israel di pelabuhan tersebut pada tahun lalu hanya terjadi pada Februari dan April 2023 dengan total 191.841 dolar AS, lebih besar dari Januari—April 2024.  

Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya tercatat dilewati barang impor dari Israel senilai 23.205.010 dolar AS. Angka tersebut melonjak tinggi dibandingkan periode yang sama pada 2023 sebanyak 123.658 dolar AS, bahkan secara total sepanjang 2023 tercatat hanya 548.735 dolar AS.

Selanjutnya, di Bandara Soekarno-Hatta tercatat ada sebanyak 3.185.656 dolar AS barang impor dari Israel yang masuk ke Indonesia lewat ‘gerbang’ tersebut. Angka tersebut mengalami peningkatan dari periode yang sama pada 2023 sebesar 2.948.137 dolar AS.

Barang impor Israel juga masuk melalui Bandara Ngurah Rai Bali dengan nilai impor sebesar 10.303 dolar AS. Adapun pada periode yang sama tahun lalu, BPS mencatat hanya ada aktivitas impor barang Israel di Ngurah Rai pada Januari dan April dengan total 709 dolar AS.

Lalu Bandara Juanda Surabaya. Tercatat barang impor dari Israel yang masuk ke Indonesia melalui bandara tersebut sebanyak 20.821 dolar AS. Angka tersebut mengalami penurunan dari periode Januari—April 2023 sebanyak 38.796 dolar AS.

Sementara itu, beberapa pelabuhan atau bandara besar atau wilayah perbatasan lainnya tercatat tidak ada aktivitas impor barang dari Israel. Diantaranya, kawasan Aceh-Sabang, Bandara Hang Nadim, Halim Perdana Kusuma, Jababeka, dan Pelabuhan Bakauheni. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler