Selebrasi Gol 'Salam Metal' Merih Demiral di Euro Bukan Simbol Rasisme, Ini Penjelasannya

Menteri Dalam Negeri Jerman Nancy Faeser menyebut gestur Demiral sebagai simbol rasis

AP Photo/Ebrahim Noroozi
Pemain Turki Merih Demiral merayakan golnya ke gawang Austria pada laga 16 besar Euro 2024, Rabu (3/7/2024). Gesture perayaan gol Demiral dikecam politisi Jerman karena dianggap terkait dengan kelompok ultranasionalis sayap kanan.Grey Wolves
Red: Israr Itah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Selebrasi gol Merih Demiral ke gawang Austria pada babak 16 besar Euro 2024, Rabu (3/7/2024) lalu berbuntut panjang. UEFA mengumumkan membuka penyelidikan atas dugaan "perilaku tidak pantas" atas gesture bek Al Ahli ini.

Demiral dianggap melanggar pasal 31 ayat 4 Regulasi Disiplin UEFA. UEFA menunjuk seorang inspektur untuk menyelidiki hal ini.

Menteri Dalam Negeri Jerman Nancy Faeser menyebut gestur Demiral sebagai simbol rasisme. Ia mengutuk perayaan gol Demiral yang dianggap menggunakan sepak bola sebagai platform rasisme. "Ini sama sekali tidak dapat diterima," kata Faeser dalam cuitannya di X, dikutip Anadolu, Kamis (4/7/2024).

Setelah mencetak gol kedua pada menit ke-59, Demiral mengatupkan jempol dengan jari tengah dan manisnya, membiarkan jari telunjuk dan kelingkingnya mengacung, mirip salam metal yang dikenal di Indonesia. Namun di Jerman, gestur tersebut dianggap sebagai "wolf salute" atau salam serigala, simbol kelompok ultranasionalis Turki Ulku Ocaklar, yang dikenal sebagai Grey Wolves atau Serigala Abu-abu.

Grey Wolves didirikan oleh Kolonel Alparslan Turkes pada akhir 1960-an, merupakan kelompok sayap pemuda dari Partai Gerakan Nasionalis (MHP) yang juga dibentuk oleh Alparslan. Grey Wolves menjadi terkenal selama kekerasan politik akhir 1970-an di Turki ketika para anggotanya terlibat dalam perang gerilya perkotaan dengan militan dan aktivis sayap kiri.

Grey Wolves dianggap bertanggung jawab atas sebagian besar kekerasan dan pembunuhan dalam periode ini, termasuk pembantaian pada Desember 1978 yang menewaskan lebih dari 100 orang dari kelompok Syiah.

Namun gestur Serigala Abu-Abu tercatat sudah digunakan oleh orang-orang Turki awal sebagai tanda kemenangan, bahkan sampai ditampilkan dalam motif dan patung dari abad keenam. Penggunaan gestur ini secara politis dipopulerkan kembali pada 1990-an oleh Kolonel Alparslan.

Ahmet Tasagil, seorang profesor di Departemen Bahasa dan Sastra Turki di Universitas Yeditepe Istanbul, menekankan arti penting simbol tersebut bagi masyarakat Turki.

"Simbol serigala adalah salah satu simbol paling penting bagi orang Turki," kata Tasagil kepada Anadolu.

"Semua suku Turki yang tinggal di Asia Tengah menggunakan simbol ini selama abad keempat dan kelima. Simbol ini pertama kali digunakan oleh suku Turki yang disebut Wusuns pada tahun 174 SM. Pada abad keempat dan kelima Masehi, motif serigala diadopsi oleh suku-suku Turki yang dikenal sebagai Kao-Ch'e."

Simbol ini mendapatkan status legenda selama pendirian Kaganat Turki pada tahun 552 Masehi. Simbol ini seperti dokumen resmi negara. Selama periode Gokturk, kata Tasagil, para wanita bahkan menggunakan serigala abu-abu sebagai gelar.

"Oleh karena itu, ini tidak ada hubungannya dengan rasisme; ini adalah simbol sejarah," tegas Tasagil.

 

Ia menjelaskan...

Ia menjelaskan konteks penggunaan simbol serigala sepanjang sejarah Turki. Dalam epos Ergenekon dari sekitar 330 SM, serigala dipandang sebagai pemandu dan pemimpin. "Ada juga kepercayaan dari periode Gokturk bahwa orang Turki berasal dari serigala," kata Tasagil.   

Tasagil menyoroti bahwa sumber-sumber dari abad ke-12 dan ke-13 menyebutkan bahwa orang-orang Turki, ketika tiba di Anatolia, mengikuti seekor serigala, menurut legenda Armenia, Suriah, dan legenda Timur Tengah lainnya.

"Bagi orang Turki, serigala adalah sosok penuntun, yang melambangkan kebijaksanaan, strategi, dan penyelamatan di masa-masa sulit," jelasnya.

"Ketika Republik Turki didirikan (pada tahun 1923), serigala muncul di uang kertas, di koran-koran, di lambang-lambang lembaga-lembaga nasional," katanya.

Meskipun gestur ini biasanya dikaitkan dengan MHP dan Grey Wolves, melihat penjelasan Tasagil, tak heran jika gestur ini juga digunakan oleh para politisi Turki di seluruh spektrum politik.

Hal ini juga tidak terbatas pada Turki, karena salam ini digunakan oleh orang-orang Turki di seluruh dunia, seperti orang-orang Azerbaijan di Azerbaijan Iran, untuk menunjukkan bahwa mereka adalah orang Turki. 

Para pemain Turki melakukan selebrasi usai berhasil menang melawan Austria saat bertanding pada babak enam belas besar EURO 2024 di Red Bull Arena, Leipzig, Jerman, Selasa (2/7/2024) - (AP Photo/Darko Vojinovic)

 

Austria melarang salam ini pada 2019. Membuat gerakan tersebut dapat dihukum dengan denda hingga sekitar Rp 70 juta sebagai bagian dari dorongan yang lebih luas untuk melarang simbol-simbol "organisasi ekstremis", dikutip dari Washington Post.

Prancis juga melarang kelompok tersebut pada tahun 2020. Juru bicara pemerintah pada saat itu menuduh kelompok ini melakukan tindakan "sangat kejam". Namun gerakan ini tidak dilarang di Jerman yang memiliki kelompok Wolfsgruss yang terkait dengan Grey Wolves. Wolfgruss masyhur di negeri tuan rumah Euro 2024 tersebut.

Hal inilah yang memicu kecaman dari pemerintah Turki. Kementerian Luar Negeri Turki menyatakan, langkah UEFA tersebut tak dapat diterima.

“Selain itu, laporan yang diterbitkan oleh Kantor Federal Jerman untuk Perlindungan Konstitusi pada September 2023 menekankan bahwa tanda 'serigala abu-abu' tidak serta merta dapat dikaitkan dengan ekstremisme sayap kanan. Tanda 'serigala abu-abu' juga bukan simbol yang dilarang di Jerman. Dalam situasi ini, reaksi yang ditunjukkan oleh otoritas Jerman kepada Tuan Demiral sendiri dapat dianggap sebagai xenofobia,” bunyi pernyataan resmi Kementerian Luar Negeri Turki dikutip dari Anadolu.

“Kami mengutuk reaksi yang bermotif politik terhadap penggunaan simbol sejarah dan budaya sebagai bagian dari perayaan gol dengan cara yang tidak menargetkan siapa pun,” tegas pernyataan tersebut.

Kecaman juga...

Kecaman juga datang dari Omer Celik, juru bicara partai presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, yang bersekutu dengan Serigala Abu-abu. "Akan lebih tepat bagi mereka yang mencari rasisme dan fasisme untuk fokus pada hasil pemilihan umum baru-baru ini di berbagai negara di Eropa," kata dia.

Pernyataan Celik salah satunya merujuk hasil putaran pertama pemilihan umum Prancis di mana Partai National Rally memperoleh hasil yang kuat, sekitar 33 persen suara secara nasional. Partai sayap kanan pimpinan Marine Le Pen terkenal punya sejarah yang lekat dengan rasisme dan xenofobia, di mana umat Muslim jadi salah satu targetnya.

Sementara Demiral mengatakan, selebrasi tersebut adalah ekspresi kebanggaan nasional yang tidak berbahaya. "Itu berkaitan dengan identitas Turki, karena saya sangat bangga menjadi orang Turki. Saya merasakan hal itu sepenuhnya setelah gol kedua," ujarnya, menegaskan penjelasan panjang lebar Tasagil di awal.

"Jadi begitulah akhirnya saya melakukan selebrasi tersebut. Saya sangat senang bisa melakukan itu. Saya melihat orang-orang di stadion yang melakukan gerakan itu. Jadi hal itu mengingatkan saya bahwa saya juga memikirkan hal itu."

Demiral sebelumnya pernah terkena masalah serupa terkait sikap nasionalisnya. Pada 2019, UEFA mendenda federasi sepak bola Turki dan menegur lebih dari 20 pemain termasuk Demiral karena melakukan penghormatan militer pada pertandingan bulan Oktober, selama serangan Turki ke Suriah. UEFA pada saat itu mengatakan bahwa gerakan tersebut "tidak pantas mengingat konteks politik yang spesifik pada saat itu."

Untungnya bagi Demiral, UEFA tak memberikan tenggat waktu investigasi dan keputusannya. Demiral berpeluang besar tetap bisa membela Turki melawan Belanda pada laga perempat final Euro 2024 pada Sabtu (6/7/2024).

Baca Juga



Pemain Turki Meriah Demiral (3) menyundul bola ke arah gawang Austria saat bertanding pada babak enam belas besar EURO 2024 di Red Bull Arena, Leipzig, Jerman, Selasa (2/7/2024). - (AP Photo/Martin Meissner)

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler