Situs Gunung Padang Jadi Sorotan Asing, Kontroversi Benarkah Usianya 20 Ribu Tahun Mencuat

Di berbagai suku di nusantara, tradisi mendirikan bangunan batu besar selalu ada.

Archaeology Magazine
Tangkapan gambar ulasan situs Gunung Padang di laman Archaeology Magazine edisi Juli/Agustus 2024.
Red: Stevy maradona

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Situs- situs arkeologi Indonesia kembali jadi sorotan internasional. Pekan lalu, arkeolog menemukan bbahwa lukisan gua di situs gua di Maros, Sulawesi Selatan, adalah salah satu lukisan gua tertua di dunia. Umur lukisan berburu babi itu tercatat mencapai 51.200 tahun yang lalu. Mengalahkan lukisan gua dari situs situs di Afrika dan Eropa. Hasil penelitian ini juga masuk ke dalam jurnal bergengsi Nature dan bisa masuk ke dalam daftar penemuan penting arkeologi tahun ini.


Awal pekan ini, giliran situs Gunung Padang di Cianjur, Jawa Barat yang kembali jadi sorotan. Majalah bergengsi arkeologi, Archaeology Magazine edisi Juli/Agustus 2024, mengulas situs Gunung Padang, beserta kontroversi dan perbandingan etnoarkeologinya. Judul artikel yang ditulis oleh Eric A Powell itu, ‘Java’s Megalithic Mountain: Across the Indonesian archipelago, people raised immense stones to honor their ancestor’. 

Artikel aslinya bisa dilihat di utas berikut: https://archaeology.org/issues/july-august-2024/features/javas-megalithic-mountain/

Archaeology Magazine adalah salah satu majalah ilmiah populer arkeolog dwibulanan yang paling terkenal. Majalah ini diterbitkan oleh Archaeological Institute of America. Ini adalah organisasi profesi arkeologi tertua dan terbesar di benua Amerika. Organisasi ini berdiri sejak abad ke-19, demikian juga Archaeology Magazine yang sudah terbit sejak 1948.

Eric A Powell dalam tulisannya mewawancarai sejumlah narasumber Indonesia, seperti arkeolog Lutfi Yondri dari Universitas Padjadjaran dan Prof Truman Simanjuntak dari Center for Prehistory and Austronesian Studies.

Eric juga meminta pendapat dari arkeolog asing yang meneliti sejumlah tradisi lokal terkait megalitik di Nusantara, seperti Dominik Bonatz dari Free University of Berlin. Studi Bonatz terkait bangunan megalitik di seluruh Sumatra. Kemudian ada arkeolog Ron Adams, dari Willamete Cultural Resources yang mempelajari budaya ‘tarik batu’ di Sumba, Nusa Tenggara Timur. Serta arkeolog Tara Steimer-Herbert yang juga tertarik dengan budaya megalitik di Sumba.

Dalam tulisannya, Eric mencermati bagaimana situs Gunung Padang kini menarik minat masyarakat untuk berkunjung. Umat Islam misalnya, kata dia, kerap ditemukan melantunkan Alquran di teras teratas punden berundak yang dibangun dari balok-balok batu itu. Umat Hindu, lanjut dia, juga mengunjungi Gunung Padang di saat-saat khusus, misalnya bulan purnama. Bahkan pesilat perguruan pencak silat pun berdatangan untuk berlatih di sana.

Namun salah satu pertanyaan paling penting adalah siapa yang membangun situs Gunung Padang? Ini yang menurut Eric paling menarik dan kontroversial.

The question of who built the megalithic structures of Gunung Padang and when has been the subject of much debate since they were recorded in 1914 by Dutch archaeologist N.J. Krom,” tulis Eric.

Ada legenda Sunda, tulis dia, yang mengatakan bahwa situs Gunung Padang dibangun dalam waktu semalam oleh Prabu Siliwangi, raja besar di Sunda dahulu.

Sejumlah arkeolog awal mengeklaim bahwa paling tidak situs punden lima teras ini sudah ada sejak 2.500 tahun lalu. Tim peneliti geologi-arkeologi yang dikoordinir oleh Andi Arief, saat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berkuasa, melakukan sejumlah penelitian di situs itu. Hasilnya sempat heboh, karena Andi Arief dkk mengeklaim bahwa Gunung Padang bisa saja berumur 20 ribu tahun, mengalahkan piramida di Mesir soal. Namun hasil penelitian tersebut dipandang sebelah mata oleh kalangan arkeolog nasional.

Tahun lalu, sebuah artikel dari tim tersebut muncul di laman Archaeological Prospection, namun kemudian ditarik kembali, karena editorial laman tersebut tidak menemukan bukti kuat yang mendukung pernyataan paper tersebut terkait umur Gunung Padang yang amat tua.

Bukti itu terkait sampel artefak yang diambil dari lapisan tanah. Menurut editorial, sampel yang diambil dari lapisan yang sudah tidak ada aktivitas budaya manusia. “Pak Lutfi Yondri, yang sudah meneliti situs ini 30 tahun, berpendapat bahwa setidaknya Gunung Padang sudah ada sejak 2000 tahun yang lalu,” demikian tulis Eric.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler