Mahfud MD: Tahun Baru Islam Momen Pengingat Bangun Nasionalisme

Tahun baru Islam harus diisi kegiatan positif.

ANTARA FOTO/Bayu Pratama S
Guru Besar Hukum Tata Negara UII Mahfud MD.
Rep: Rizky Suryarandika Red: Erdy Nasrul

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Guru Besar Hukum Tata Negara Universitas Islam Indonesia, Mahfud MD, memberikan ceramah dalam puncak Gebyar Hijriah di Masjid Istiqlal, Ahad (7/7/2024).

Baca Juga


Dalam ceramahnya, Mahfud mengajak segenap umat Islam menjadikan Tahun Baru Islam 1 Muharram 1446 Hijriah sebagai momentum kontemplasi menebalkan nasionalisme untuk lebih mencintai Tanah Air.

"Untuk umat Islam Indonesia, mari jadikan 1 Muharram ini sebagai kontemplasi membangun nasionalisme, rasa cinta dan merawat serta membela Indonesia sebagai sebuah negara merdeka yang berketuhanan dan berkeadilan, melalui persatuan atas seluruh puak-puak dan suku-sukunya yang multikultural," kata Mahfud dalam keterangannya pada Ahad (7/7/2024) .

Mahfud menggunakan makna peradaban dengan istilah masyarakat sipil yang di dunia barat sering disebut civil society atau dalam literatur Islam disebut masyarakat madani.

Mahfud menerangkan umumnya masyarakat berkeadaban setidaknya memiliki keajegan pengelolaan dan keteraturan dalam tiga hal.

Mulai adanya sistem pemerintahan, adanya sistem perekonomian yang berkeadilan dan adanya pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek). Namun, Mahfud mengingatkan, bagi kaum Muslimin bicara peradaban Islam mudah memulainya.

"Yakni, mulai hijrahnya Nabi yang kemudian membentuk Negara Madinah atau Kota Madinah, berperadaban, sebagai pengganti Kota Yatsrib yang sebelumnya belum melakukan penataan terhadap peradabannya," ujar Menkopolhukam 2019-2024 itu.

Ia menilai, Madinah memenuhi syarat-syarat adanya negara menurut Montevedio Convention 1933 yaitu ada rakyat, wilayah dan pemerintahan. Bahkan, syarat-syarat itu sudah mampu dipenuhi sebelum dijadikan syarat resmi diakuinya sebuah negara.

Mahfud melihat Negara Madinah yang sukmanya dibangun dari Piagam Madinah juga memenuhi ciri utama bangunnya peradaban. Pertama, Madinah sudah ada sistem pemerintahan dengan pemerintahannya dikendalikan langsung Nabi Muhammad SAW.

Kedua, sistem perekonomian yang bersendikan keadilan dan ketiga pemajuan iptek. Ketua Mahkamah Konstitusi periode 2008-2013 itu menerangkan, pemerintahan dari Negara Madinah sendiri sudah terangkum sangat jelas dalam Piagam Madinah.

"Dia kosmopolit, ada keadilan di antara manusia, tidak ada diskriminasi, toleransi atau yang dalam bahasa sekarang kita sering memakai istilah wasathiyah, dan semua itu dilakukan dalam rangka menjaga maqashid al syari'ah," kata Mahfud.

Madinah mengembangkan sistem ekonomi Islam dengan prinsip keadilan ekonomi antar manusia, saling menguntungkan, tidak boleh berpusat pada orang-orang kaya, ada pemerataan. Selain itu, tidak boleh ada pemerasan dan tidak boleh ada riba.

Untuk iptek, ia menekankan, memang wajib dilakukan orang yang beriman, orang yang berilmu karena orang yang rasikh ilmunya tentu imannya kuat. Karenanya, muncul orang-orang seperti Alfarahidi yang pertama kali membuat kamus yaitu Qamus Al'Ain.

Dalam bidang hukum lahir fiqh dan usul fiqh, lahir pula ilmu astronomi Umar Khyyam, bidang kedokteran ada Avicena dan Averroed, dalam bidang filsafat ada Alghozali dan matematika ada Alkawarizmi. Bahkan, ilmu-ilmu itu masih begitu berdampak hari ini.

Maka itu, Mahfud mengajak umat menggunakan momentum Tahun Baru Islam 1 Muharram 1446 Hijriah sebagai kontemplasi membangun nasionalisme. Menurut Mahfud, itu akan menjadi modal yang penting mewujudkan Indonesia Emas 2045.

"Di sinilah kita membangun Indonesia dengan wawasan wasathiyah seperti difatwakan oleh para ulama dna ormas-ormas Islam yang besar seperti NU, Muhammadiyah, Nahdlatul Wathon, Al Washliyah, yang juga sudah bergabung dalam Majelis Ulama Indonesia (MUI)," ujar Anggota DPR RI periode 2004-2008 tersebut.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler