3 Fenomena Agama Ini Isyaratkan Kecocokan Hadits Ruwaibidhah Akhir Zaman di Indonesia
Ruwaibidhah adalah fenomena yang disebutkan Rasulullah dalam haditsnya
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Akhir-akhir ini banyak orang yang tampil di saluran publik seperti di media sosial berbicara tentang apapun termasuk agama.
Namun, menurut para ulama yang ahli di bidangnya, orang-orang tersebut tidak bisa dijadikan rujukan umat karena memang apa yang dibicarakan keliru dan tak sesuai dengan aturan. Hal tersebut sudah disinggung oleh Nabi Muhammad SAW dalam sabdanya:
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ هَارُونَ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْمَلِكِ بْنُ قُدَامَةَ الْجُمَحِيُّ عَنْ إِسْحَقَ بْنِ أَبِي الْفُرَاتِ عَنْ الْمَقْبُرِيِّ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَيَأْتِي عَلَى النَّاسِ سَنَوَاتٌ خَدَّاعَاتُ يُصَدَّقُ فِيهَا الْكَاذِبُ وَيُكَذَّبُ فِيهَا الصَّادِقُ وَيُؤْتَمَنُ فِيهَا الْخَائِنُ وَيُخَوَّنُ فِيهَا الْأَمِينُ وَيَنْطِقُ فِيهَا الرُّوَيْبِضَةُ قِيلَ وَمَا الرُّوَيْبِضَةُ قَالَ الرَّجُلُ التَّافِهُ فِي أَمْرِ الْعَامَّةِ
Abu Hurairah radhiyallahu anhu berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Akan datang tahun-tahun penuh dengan kedustaan yang menimpa manusia, pendusta dipercaya, orang yang jujur didustakan, amanat diberikan kepada pengkhianat, orang yang jujur dikhianati, dan Ruwaibidhah turut bicara."
Lalu Nabi Muhammad SAW ditanya, "Apakah Ruwaibidhah itu?"
Rasulullah SAW menjawab, "Orang-orang bodoh yang mengurusi urusan perkara umum." (HR Imam Ibnu Majah)
Berikut ini sejumlah fenomena di Indonesia yang muncul dan mempunyai indikasi kuat sesuai dengan apa yang dimaksud Rasulullah dalam hadits di atas.
Pertama, Samsudin
Sebelumnya, publik sempat diramaikan dengan kemunculan sosok yang menamai dirinya sendiri dengan Gus Samsudin di media sosial.
Dia membuat konten yang mencampur adukan narasi agama dengan praktik perdukunan. Seperti menarik benda pusaka, melawan sihir atau guna-guna, ilmu kebal dan semacamnya.
Kontroversial Gus Samsudin yang paling mengguncang jagat maya adalah konten tukar istri, hingga membuat Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengeluarkan pernyataan.
Ketua MUI Bidang Pengkajian dan Penelitian, Prof Utang Ranuwijaya menanggapi Samsuddin alias Gus Samsudin yang membuat konten dan diunggah ke akun Youtube Mbah Den (Sariden).
Dalam konten buatan Gus Samsudin itu, ditampilkan orang-orang memakai sorban di kepalanya seperti yang biasa dipakai para ulama. Ada juga wanita yang memakai hijab dan cadar dalam konten tersebut.
Dalam konten tersebut, orang yang memakai sorban mengatakan kepada orang-orang (jamaahnya) bahwa bertukar pasangan atau bertukar istri itu hukumnya boleh asal suka sama suka serta tidak ada paksaan.
"Kalau senang sama senang, walau bukan suami istri, bebas. Di sini tukar pasangan juga boleh, asal suka-sama suka. Makanya di agama lain tidak ada," kata seorang yang memerankan kiai dalam konten buatan Gus Samsudin.
Menanggapi konten itu...
Menanggapi konten itu, Prof Utang menegaskan, mestinya siapapun yang akan membuat konten itu berhati-hati jangan sampai masuk ke wilayah yang terkait dengan akidah dan syariah khususnya ibadah.
"Kalau masuk ke wilayah itu seperti mengolok-olok agama, mempermainkan agama, dan itu masuk ke wilayah penodaan atau pelecehan terhadap ajaran agama, mestinya para pembuat konten menjauhkan diri dari konten seperti itu," kata Prof Utang kepada Republika.co.id, Kamis (28/3/2024).
Kedua, Syaiful Karim
Beberapa bulan sebelumnya, ceramah Syaiful Karim juga membuat ramai media sosial. Syaiful Karim viral karena salah memaknai Surat Al-Qari'ah. Syaiful menyampaikan Surat Al-Qari'ah artinya pembaca.
Tidak hanya salah menafsirkan surat Al-Qariah, buku-buku yang dikarang Syaiful Karim juga dianggap menyesatkan, di antaranya bukunya yang berjudul 'Suatu Perjalanan Spritual Bertamu Dirumah-Nya'. Pada 2010 lalu, MUI Solok di Sumatra Utara pun mengecam peredaran buku tersebut.
Pasalnya, pada halaman 36 buku yang diterbitkan Pustaka Madani itu, Syaiful Karim menyebutkan bahwa tempat suci agama Islam di Makkah sama seperti alat kelamin wanita. Selain itu, banyak ditemukan hadits-hadits palsu dalam buku itu.
Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Dakwah dan Ukhuwah, KH Muhammad Cholil Nafis menyampaikan bahwa pihaknya melihat ceramah Syaiful Karim banyak yang salah. Sehubungan dengan itu, MUI mengimbau agar masyarakat berhenti mengaji ke Syaiful Karim.
Kiai Cholil mengatakan, Qari' ( قَارِئ ) atau Qari'ah ( قَارِئَةٌ ) yang memakai hamzah yang memiliki arti pembaca. Sedangkan Qari'ah ( ٱلْقَارِعَةُ ) yang menggunakan huruf ain artinya memang Hari Kiamat.
"Maka dari situ kita tahu, (pengetahuan) dasar bahasa Arab itu tidak ada (pada Syaiful Karim), apalagi (dia mencoba) menafsirkan Alquran," kata Kiai Cholil kepada Republika, Senin (1/1/2024).
Kiai Cholil mengingatkan sebuah hadits dari Ibnu Abbas Radhiyallahu anhu bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Siapapun yang berkata tentang Alquran tanpa ilmu maka siapkanlah tempat duduknya di neraka." (HR Imam At-Tirmidzi)
Kiai Cholil menegaskan bahwa tingkatan Syaiful Karim bukan tingkatan ustaz. Seharusnya Syaiful Karim belajar, bukan mengajar. Ketua MUI Pusat Bidang Dakwah dan Ukhuwah ini juga sudah minta ke MUI Bandung agar Syaiful Karim dibina." Hendaklah orang-orang yang mengaji ke dia (Syaiful Karim) berhenti saja," ujar Kiai Cholil.
Ketiga, Mama Ghufron
Setelah fenomena Gus Samsudin dan Syaiful Karim. Kini muncul Gufron atau yang disebut Abuya Ghufron.
Di antaranya video...
Di antara videonya yang viral dan kontroversi adalah Abuya Ghufron yang mengaku berbicara dengan Malaikat, Nabi Khidir Alaihissalam, Syekh Abdul Qadir al-Jailani, Imam Al-Ghazali dan Imam Syafi'i. Ghufron juga mempraktikan bahasa semut dan bahasa jin.
Dalam salah satu video yang beredar, Abuya Ghufron mengaku mengobrol dengan Nabi Khidir alaihissalam.
"Kemarin, tadi malam, saya ngobrol dengan Nabi Khidir Alaihissalam, kalau mau terus, kalau tidak, kiamat itu," kata Abuya Ghufron.
"Kenapa disebut kiamat? Sekarang manusia kiamat hati, betul enggak? Kiamat hati sekarang itu, tidak percaya kepada hati nurani sendiri," ujar Abuya Ghufron.
"Mau cari siapa sekarang, kok kamu masih sama Syekh Nawawi, keluarga besar, oh ini saya cangkangnya, saya yang meneruskan ilmu-ilmu Syekh Nawawi, ilmu-ilmu para alim ulama yang ada di Nusantara sampai seluruh dunia ini saya yang meneruskan," kata Abuya Ghufron dengan penuh semangat.
Dalam video lainnya yang beredar, Abuya Ghufron mengaku bertemu dan berbicara dengan Syekh Abdul Qadir al-Jailani.
"Saya menanyakan kepada Syekh Abdul Qadir al-Jailani, (Syekh Abdul Qadir berkata) nanti kamu banyak yang nyari seluruh dunia kepada kamu, tetapi kamu harus ikhlas dan ridho karena Allah SWT," ujar Abuya Ghufron.
Datang lagi Imam Al-Ghazali, Imam Syafi'i, Imam Hambali, Imam Malik, ini asli," kata Abuya Ghufron.
Abuya Ghufron mengaku bertemu dengan malaikat Jibril yang memberi pesan-pesan kepadanya.
"Kata malaikat Jibril (ke saya) jangan takut kamu, teruskan berjuang, ada yang macam-macam kepada kamu, karena kamu langsung dari Allah, tanda tangan oleh Allah, Muhammad Rasulullah, kata malaikat Jibril biar saya yang jaminan, ngeri enggak?" ujar Abuya Ghufron.
Menanggapi Ghufron, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Dakwah dan Ukhuwah, KH Muhammad Cholil Nafis dalam akun X mengatakan, Ghufron lucu dan yang mempercayai Ghufron lebih ngawur.
"Hehe.. lucu orang ini, apalagi yang mempercayainya lebih ngawur. Semua tak masuk di dalam ajaran Islam. Malaikat Jibril itu pembawa wahyu bukan bakingan gitu," ujar Kiai Cholil pada akun X miliknya.
Kiai Cholil juga menyampaikan, Ghufron sedang diteliti oleh MUI daerah, sebenarnya orang itu siapa, dapat ajaran apa dan dari mana.
Ruwaibidhah adalah salah satu istilah yang muncul dalam hadits tentang tanda-tanda akhir zaman.
Menurut hadits tersebut, Ruwaibidhah adalah orang yang bodoh namun berbicara tentang urusan perkara umum. Hadis tersebut diriwayatkan dari Abu Hurairah ra, yang menyatakan bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda:
سَيَأْتِي عَلَى النَّاسِ سَنَوَاتٌ خَدَّاعَاتُ يُصَدَّقُ فِيهَا الْكَاذِبُ وَيُكَذَّبُ فِيهَا الصَّادِقُ وَيُؤْتَمَنُ فِيهَا الْخَائِنُ وَيُخَوَّنُ فِيهَا الْأَمِينُ وَيَنْطِقُ فِيهَا الرُّوَيْبِضَةُ قِيلَ وَمَا الرُّوَيْبِضَةُ قَالَ الرَّجُلُ التَّافِهُ فِي أَمْرِ الْعَامَّةِ
“Akan datang tahun-tahun penuh dengan kedustaan yang menimpa manusia, pendusta dipercaya, orang yang jujur didustakan, amanat diberikan kepada pengkhianat, orang yang jujur dikhianati, dan Ruwaibidhah turut bicara.” Lalu beliau ditanya, “Apakah al-ruwaibidhah itu?” Beliau menjawab,“Orang-orang bodoh yang mengurusi urusan perkara umum.” (HR Ibnu Majah).
BACA JUGA: The Story of Samson in Islam
Hadis ini menggambarkan keadaan di mana nilai-nilai kebenaran dan kejujuran terbalik, serta orang-orang yang tidak layak malah memegang kendali dan berbicara tentang urusan yang penting.
Kata Ruwaibidhah sendiri berasal dari akar kata rabadha dengan banyak makna dalam bahasa Arab, di antaranya bermakna berlutut dan bersandar. Kata rabadha sebagai kata kerja menjadi rabidha atau rabidha sebagai subyek, lalu menjadi kata ruwaibidhah.
Imam Al-Suyuthi menjelaskan, kata al-ruwaibidhah di dalam hadits tersebut merupakan bentuk tashghir (pengecilan) dari al-rabidh yang berarti berlutut. Lalu kata al-rabidh yang makna aslinya berlutut, dipinjam penggunaannya (isti’arah) menjadi makna yang lain, yaitu posisi rendah (inferior).
Seolah-olah...
Seolah-olah hal itu menggambarkan bahwa orang yang berlutut itu sebagai orang yang rendah kemampuan dan keilmuannya, namun banyak berbicara dan mengeluarkan statement tanpa didasari oleh ilmu yang memadai dan dipandang baik oleh para pengagumnya, sehingga memiliki pengaruh dan dampak yang luas.
Sementara itu, Wakil Sekretaris Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat, KH Abdul Muiz Ali mengatakan, makna al-Ruwaibidhah dalam hadis di atas menjelaskan tentang peringatan kepada umat Islam agar tidak mudah berbicara atas suatu masalah/mengomentari masalah, padahal ia tidak mempunyai ilmu tentang hal tersebut.
"Contoh (Ruwaibidhah) sekarang, banyak para netizen yang mudah membicarakan soal agama, padahal ia tidak tidak kompeten soal agama," ujar Kiai Muiz saat dihubungi Republika.co.id, Senin (8/7/2024).
Padahal, menurut dia, dalam Alquran Allah SWT juga telah menegaskan:
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهٖ عِلْمٌ ۗاِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ اُولٰۤىِٕكَ كَانَ عَنْهُ مَسْـُٔوْلًا
“Janganlah kamu mengikuti sesuatu yang kamu tidak punya ilmu tentangnya, sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, itu semua akan dimintai pertanggung-jawabannya.” (QS Al-Isra' [17]:36)
Allah SWT juga berfirman dalam Alquran, yang artinya: “Hai umat manusia, makanlah sebagian yang ada di bumi ini yang halal dan baik, dan janganlah kalian mengikuti langkah-langkah setan, sesungguhnya dia adalah musuh yang nyata bagi kalian. Sesungguhnya dia hanya akan menyuuh kalian kepada perbuatan dosa dan kekejian, dan agar kalian berkata-kata atas nama Allah dalam sesuatu yang tidak kalian ketahui ilmunya.” (QS al-Baqarah : 168-169).
Hadits di atas, menurut Kiai Muiz, juga menunjukkan tentang pentingnya kejujuran dan mengandung peringatan dari bahaya kedustaan. Rasulullah SAW bersabda:
عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِي إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِي إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًاوَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِي إِلَى الْفُجُورِ وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِي إِلَى النَّارِوَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ كَذَّابًا
“Wajib atas kalian untuk bersikap jujur, karena kejujuran akan menuntun kepada kebaikan, dan kebaikan itu akan menuntun ke surga. Apabila seseorang terus menerus bersikap jujur dan berjuang keras untuk senantiasa jujur maka di sisi Allah dia akan dicatat sebagai orang yang shiddiq. Dan jauhilah kedustaan, karena kedustaan itu akan menyeret kepada kefajiran, dan kefajiran akan menjerumuskan ke dalam neraka. Apabila seseorang terus menerus berdusta dan mempertahankan kedustaannya maka di sisi Allah dia akan dicatat sebagai seorang pendusta.” (HR Muslim).
Tidak hanya itu..
Tidak hanya itu, hadits di atas juga menunjukkan pentingnya menjaga amanah dan memperingatkan dari bahaya mengkhianati amanah. Rasulullah SAW bersabda:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ بَيْنَمَا النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي مَجْلِسٍ يُحَدِّثُ الْقَوْمَ جَاءَهُ أَعْرَابِيٌّ فَقَالَ مَتَى السَّاعَةُ فَمَضَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُحَدِّثُ فَقَالَ بَعْضُ الْقَوْمِ سَمِعَ مَا قَالَ فَكَرِهَ مَا قَالَ وَقَالَ بَعْضُهُمْ بَلْ لَمْ يَسْمَعْ حَتَّى إِذَا قَضَى حَدِيثَهُ قَالَ أَيْنَ أُرَاهُ السَّائِلُ عَنْ السَّاعَةِ قَالَ هَا أَنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ فَإِذَا ضُيِّعَتْ الْأَمَانَةُ فَانْتَظِرْ السَّاعَةَ قَالَ كَيْفَ إِضَاعَتُهَا قَالَ إِذَا وُسِّدَ الْأَمْرُ إِلَى غَيْرِ أَهْلِهِ فَانْتَظِرْ السَّاعَةَ
Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA, dia berkata bahwa ketika Nabi Muhammad SAW berada dalam suatu majelis membicarakan suatu kaum, tiba-tiba datanglah seorang Arab Badui lalu bertanya, "Kapan datangnya hari kiamat?"
Namun Nabi SAW tetap melanjutkan pembicaraan beliau. Sebagian orang berkata, "Beliau mendengar perkataannya akan tetapi beliau tidak menyukai apa yang dikatakannya itu." Dan ada pula sebagian yang berkata, "Beliau tidak mendengar perkataannya."
Hingga akhirnya Nabi SAW menyelesaikan pembicaraannya, seraya berkata, "Mana orang yang bertanya tentang hari kiamat tadi?" Orang (yang bertanya) itu berkata, "Saya, wahai Rasulullah!"
Maka Nabi SAW bersabda, "Bila sudah hilang amanah, maka tunggulah terjadinya kiamat". Orang itu bertanya, "Bagaimana hilangnya amanah itu?" Nabi SAW bersabda, "Jika urusan diserahkan bukan kepada ahlinya, maka tunggulah terjadinya kiamat." (HR Bukhari).
“Apabila amanah telah disia-siakan maka tunggulah datangnya hari kiamat.” Lalu ada yang bertanya, “Bagaimana amanah itu disia-siakan?”. Maka beliau menjawab, “Apabila suatu urusan diserahkan kepada bukan ahlinya maka tunggulah kiamatnya.” (HR Bukhari dari Abu Hurairah RA).