Lautan Manusia Antar Kepergian Ustadz Yazid Jawas ke Peristirahatan Terakhir di Los Empang
Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas dimakamkan di Makam Los Empang, Bogor Selatan.
REPUBLIKA.CO.ID, oleh Bayu Adji P
Lautan manusia ikut mengantarkan kepergian ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas ke tempat peristirahatan terakhirnya di Makam Los Empang, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Jumat (12/7/2024). Tak terhitung jumlah manusia yang datang, tapi yang pasti mereka semua merasa kehilangan atas meninggalnya ustadz Yazid Jawas.
Hafis (23 tahun) adalah salah satu warga yang kehilangan atas kepergian ustadz Yazid Jawas. Menurut dia, almarhum merupakan seorang guru besar yang sangat dikenal. Karenanya, kepergian almarhum meninggalkan rasa sedih baginya.
"Kepergian beliau tentu merupakan hal yang sedih, bagi saya pribadi," kata laki-laki asal Jakarta itu.
Ia mengatakan, ustadz Yazid Jawas adalah salah satu ulama yang fokus dalam ajaran tauhid. Almarhum juga dinilai sering berbicara tentang bahaya syirik.
"Yang saya ingat, almarhum memiliki fokus di ajaran tauhid dan memperingatkan tentang bahaya bidah atau syirik," ujar Hafis.
Sementara itu, ustadz Jundi Abu Daud (40), juga mengaku sangat kehilangan atas kepergian ustadz Yazid Jawas. Pasalnya, almarhum merupakan pendakwah yang sangat dikenal dengan keilmuannya.
"Saya pribadi dan umumnya kaum muslimin, pasti sangat merasakan kehilangan," ujar dia.
Ia mengenang, salah satu ciri khas almarhum adalah sangat tegas ketika menyampaikan ilmu yang terkait tentang akidah. Sebab, akidah adalah pokok landasan Islam.
"Beliau juga termasuk salah satu ustaz yang pertama menebarkan dakwah tauhid, yang paling tegas," kata dia.
Ustadz Jundi meyakini, ilmu yang telah diajarkan almarhum akan terus diamalkan oleh murid-muridnya. Apalagi, almarhum telah menjadi pendakwah selama sekitar 40 tahun.
"Banyak murid beliau, yang juga merupakan ustadz. Jadi sangat banyak jasa beliau. Semoga Allah menerima semua amalan beliau, semoga Allah tempatkan beliau di surga firdaus," kata dia.
Jenazah ustadz Yazid Jawas disholatkan di Masjid Agung At Tohiriyah pada sekitar pukul 09.00 WIB. Setelah disholatkan, jenazah langsung dibawa ke Makam Los Empang untuk dimakamkan.
Berdasarkan pantauan Republika, sholat jenazah di depan makam ustadz Yazid Jawas tak hanya sekali dilakukan. Sholat jenazah itu dilakukan beberapa kali lantaran banyak masyarakat yang baru datang.
Salah seorang warga setempat, Andi (69) mengatakan, kepadatan manusia yang ikut mengantarkan jenazah ustadz Yazid Jawas telah terlihat sejak Jumat pagi. Bahkan, sebelum jenazah dibawa ke kompleks pemakaman.
"Dari jam 7-an sudah penuh. Banyak yang nunggu di makam juga," kata dia.
Menurut dia, pengiring jenazah di kompleks Makam Los Empang biasanya tak pernah seramai ini. Baru kali ini, kepadatan masyarakat yang ikut mengantarkan jenazah terjadi hingga berjam-jam.
"Kalau biasanya mah paling setengah jam. Ini sudah tiga jam (jalanan) enggak jalan," ujar dia.
Jalan akses masuk ke area pemakaman penuh dengan manusia. Bahkan, kemacetan sudah terjadi dari depan jalan menuju tempat pemakaman.
Penuhnya massa yang datang membuat pelayat harus berdesakan untuk sampai di pemakaman. Bahkan, ketika jenazah telah dimakamkan, para pelayat yang datang masih terlihat ramai. Meski begitu, para pelayat yang datang tetap semangat untuk mengantarkan ustadz Yazid ke tempat peristirahatan terakhirnya.
Pendakwah Ustadz Yazid Jawas tutup usia pada Kamis (11/7/2024). Dia dikenal sebagai penceramah yang sering berdakwah menggunakan berbagai saluran media, mulai dari buku, kanal Youtube, dan lainnya.
Almarhum merupakan jebolan Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab (LIPIA). Kemudian dia berguru kepada Abdur Razaq bin Abdul Muhsin al-Abbad, seorang guru besar di Universitas Islam Madinah.
Kampus tersebut terletak di Kota Nabi Muhammad dimakamkan. Di sana terdapat banyak pemuda Muslim dari berbagai kawasan, termasuk Indonesia, untuk mencari ilmu.
Yazid diketahui juga pernah berguru kepada Muhammad bin Shalih al-Utsaimin, seorang ulama dari Makkah. Dia merupakan ulama rujukan banyak orang. Utsaimin belajar kepada ahli Alquran Abdurrahman as-Sa’di.
Utsaimin kerap mendakwahkan pemikiran akidahnya yang dikatakan mengikuti sunnah. Bahkan ketika dia sudah terbaring sakit, ceramahnya direkam dan diperdengarkan di tempat umum. Hal itu dilakukan hingga akhir hayatnya.
Selain berguru kepada mereka, Yazid juga dikenal sebagai pendakwah yang menguasai kitab-kitab turos, seperti hadits, Bulughul Maram. Ini merupakan turos karangan Ibnu Hajar al-Asqalani. Di dalamnya terdapat banyak hadis yang menjelaskan masalah fikih dan adab keseharian.
Yazid membina sebuah pondok pesantren di bilangan Dramaga, Bogor, yaitu pondok pesantren Minhajus Sunnah. Pesantren Minhajus Sunnah Bogor merupakan lembaga pengkaderan Da’i yang dijalankan selama 3 tahun. Para santri dibekali ilmu syariah serta disokong oleh pondasi akidah dan manhaj yang kuat.
Selain sibuk dengan aktivitas mengajar para santri di pondok, dia juga aktif menjadi narasumber di Radio Rodja dan mengisi pengajian rutin dan tabligh akbar di berbagai kota di Indonesia.