Pada Hari Sama Donald Trump Ditembak, 90 Warga Gaza Dibunuh Israel
Israel mengeklaim menargetkan pemimpin Hamas dalam serangan di Gaza.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aksi penembakan terhadap mantan Presiden AS Donald mendapat respons cepat baik di internal maupun luar Amerika Serikat. Presiden AS Joe Biden langsung menggelar rapat, dan memberikan pernyataan pers. Sejumlah pemimpin negara dunia pun memberikan kecaman terhadap aksi penembakan tersebut.
Trump selamat dari penembakan tersebut. Sementara pelaku yang diketahui bernama Thomas Matthew Crooks, berusia 20 tahun, dilaporkan tewas ditembak.
Diduga pelaku menembak Trump dari atas atap. Badan Federal Amerika Serikat (FBI) mengonfirmasi penembakan pada kampanye mantan presiden Donald Trump pada Sabtu (14/7/2024) malam sebagai percobaan pembunuhan. Trump terluka di bagian telinga. Kondisinya pun baik-baik saja, dan kini dalam penjagaan ketat.
Namun berita jauh lebih dahsyat juga terjadi di Jalur Gaza. Pada waktu hampir bersamaan, Israel dilaporkan kembali menggempur besar-besaran Jalur Gaza.
Serangan Israel ke daerah padat penduduk menewaskan sedikitnya 90 orang termasuk anak-anak. Demikian menurut pejabat kesehatan setempat.
Israel mengeklaim menargetkan komandan militer bayangan Hamas dalam serangan besar-besaran pada hari Sabtu di Jalur Gaza selatan.
Namun Hamas menolak klaim tersebut, dan menyatakan bahwa Deif tidak berada di wilayah tersebut. Serangan itu terjadi di wilayah yang ditetapkan militer Israel sebagai wilayah yang aman bagi ratusan ribu warga Palestina.
Pejabat tinggi Deif dan Hamas di Gaza, Yahya Sinwar, diyakini oleh Israel sebagai arsitek utama serangan 7 Oktober yang menewaskan sekitar 1.200 orang di Israel selatan dan memicu perang Israel-Hamas.
Tidak terlihat di depan umum selama bertahun-tahun, Deif telah lama menduduki puncak daftar orang yang paling dicari Israel dan diyakini lolos dari berbagai upaya pembunuhan Israel. Pada 7 Oktober, Hamas mengeluarkan rekaman suara langka Deif yang mengumumkan operasi Al-Aqsa.
Serangan itu terjadi pada saat yang sulit dalam upaya gencatan senjata. Kematian Deif akan memberi Israel kemenangan besar dan Hamas mendapat pukulan psikologis yang menyakitkan. Hal ini juga bisa memberikan kemungkinan bagi Netanyahu untuk membuka diri.
Perdana menteri Israel menyatakan tidak akan mengakhiri perang sampai kemampuan militer Hamas dihancurkan. Kematian Deif akan menjadi langkah signifikan menuju arah tersebut.