Abu Hamza: Peledak Al-Quds Rusak Tank-Tank Israel

Para pejuang menargetkan kendaraan militer Israel

EPA-EFE/ATEF SAFADI
Israeli Merkava tanks from the Reserve Brigade 4 are loaded on trucks after they pulled out from southern Gaza Strip, at an undisclosed location in Israel, 28 January 2024. More than 26,200 Palestinians and at least 1,330 Israelis have been killed, according to the Palestinian Health Ministry and the Israel Defense Forces (IDF), since Hamas militants launched an attack against Israel from the Gaza Strip on 07 October 2023, and the Israeli operations in Gaza and the West Bank which followed it.
Red: A.Syalaby Ichsan

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Abu Hamza, juru bicara militer Brigade al-Quds, sayap bersenjata gerakan Jihad Islam Palestina (PIJ), mengumumkan pasukan perlawanan berhasil menetralisir pasukan penjajah Israel dari jarak dekat di lingkungan al-Shujaiya, Gaza utara.

Baca Juga


Dalam sebuah pernyataan, Abu Hamza menekankan ketidakefektifan strategi penjajah Israel di Rafah, lingkungan Shabora, Yibna, dan Tell al-Sultan. Abu Hamza mengonfirmasi alat peledak menargetkan dan merusak tank-tank penjajah. Dia menegaskan, para pejuang masih mampu mempertahankan berbagai wilayah.

Abu Hamza juga mengutuk penganiayaan terhadap para tahanan Palestina di penjara-penjara Israel, dan menggambarkannya sebagai cerminan dari kebrutalan dan ketidakadilan Zionis yang sistematis. Dia menegaskan bahwa hak-hak tahanan dilanggar pada tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya oleh pasukan pendudukan.

Dia menegaskan bahwa perlawanan Palestina memprioritaskan nasib para tawanan, dengan menyatakan, “Pembebasan mereka tidak bisa dihindari meskipun ada arogansi dan penindasan dari musuh.”


Selain itu, Abu Hamza menuduh penjajah Israel menggunakan taktik “tercela” dengan menargetkan warga sipil dan melakukan pembantaian untuk menutupi kegagalan operasional mereka.

Dia menegaskan kembali bahwa pihak perlawanan bertekad untuk melanjutkan perjuangan dengan segala cara dan metode yang tersedia sampai penjajah diusir. Para pejuang pun menyerukan mobilisasi dan upaya tempur yang berkelanjutan.

Pasukan pendudukan Israel mengumumkan pada Kamis bahwa mereka akan menghentikan serangan mereka terhadap al-Shujaiya. Pengumuman ini bertepatan dengan serangan lanjutan yang dilakukan oleh Perlawanan, yang menggarisbawahi kehadiran Perlawanan yang gigih di daerah tersebut, serta kemampuan operasionalnya yang kuat.

Brigade al-Quds mengatakan, para pejuang mereka menembakkan rentetan peluru mortir ke arah pasukan pendudukan Israel yang diposisikan di puncak bukit di tenggara al-Shujaiya.

Para pejuang Brigade Al-Quds yang kembali dari garis depan pada Rabu juga melaporkan telah melakukan beberapa serangan yang mencakup konfrontasi langsung dengan pasukan penjajah dan operasi penembakan.

Faksi Perlawanan mengungkapkan, para pejuangnya menyerang pasukan khusus Israel yang diposisikan di sebuah bangunan di lingkungan itu. Mereka mengonfirmasi adanya korban di antara pasukan pendudukan.

Pejuang Brigade Al-Quds juga meledakkan beberapa alat peledak IED, menargetkan kendaraan Israel, dan terlibat dalam pertempuran jarak dekat dengan pasukan Israel di lingkungan tersebut. Sebuah unit penembak jitu juga menembak seorang tentara Israel di dekat puncak bukit yang disebutkan sebelumnya.

 

Pasukan penjajah Israel (IDF) akhirnya mengakui bahwa mereka menderita kerugian besar di Gaza ketika mereka menjelaskan mengapa perempuan tidak dapat dimasukkan dalam beberapa brigade. Seberapa banyak kerugian kendaraan tempur tersebut?

IDF pada Senin mengumumkan bahwa mereka akan menunda integrasi awak tank perempuan ke dalam korps lapis baja di Gaza karena kekurangan tank dan amunisi yang signifikan. Banyak di antaranya rusak dalam konfrontasi baru-baru ini, demikian dilaporkan surat kabar Israel Yedioth Ahronoth. 

Keputusan ini muncul setelah adanya petisi yang menuntut agar instruktur tank perempuan diizinkan bergabung dengan pasukan tempur di Gaza setelah mereka berpartisipasi dalam konfrontasi yang terjadi setelah Operasi Topan al-Aqsa pada 7 Oktober.

Kepala Staf Israel memutuskan untuk menunda integrasi tentara wanita ke dalam korps lapis baja yang bermanuver hingga November 2025 karena kekurangan tank dan amunisi akibat perang yang berkepanjangan.

Menurut petisi tersebut, pasukan pendudukan Israel telah merencanakan program percontohan untuk awak tank wanita mulai bulan Oktober, namun karena kendala perang, program tersebut ditunda hingga November 2025.

Ini menandai pertama kalinya IDF mengakui kehilangan sejumlah besar tank dalam perang di Gaza dan menderita kekurangan peluru serta banyak tentara dan komandan yang terluka atau tewas dalam pertempuran.

“Ada banyak kendala yang menghalangi diresmikannya program integrasi tahun depan, termasuk tidak dapat dioperasikannya banyak tank, kekurangan amunisi, dan sejumlah besar rekrutan yang diperlukan untuk mengisi posisi di korps lapis baja di selatan dan utara. sebagai bagian dari program, dan kurangnya personel pelatihan,” pendudukan Israel menanggapi petisi Mahkamah Agung.

“Kesulitan obyektif telah muncul akibat pertempuran di Jalur Gaza dan front lainnya, terutama di unit tempur IDF, di mana komando dan perhatian sistemik terfokus pada perang tersebut,” tambah tanggapan tersebut.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler