Nasib Nasrani-Yahudi yang Hidup Sebelum Nabi Muhammad: Surga atau Neraka?
Berikut tafsir ayat-ayat Alquran yang jelaskan nasib Nasrani dan Yahudi masa silam.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada suatu ketika, Salman al-Farisi menceritakan kepada Nabi Muhammad SAW perihal pengalaman hidupnya. Sebelum berislam, sahabat Rasulullah dari negeri Persia itu pernah memeluk agama Nasrani. Melalui interaksinya dengan sejumlah pendeta, ia pun kala itu pertama kali mengetahui ihwal utusan Allah yang juga penutup para nabi dan rasul (Khatam al-Anbiya) di akhir zaman.
Saat mengenang masa-masa itu, Salman teringat kawan-kawannya dahulu sewaktu masih beragama Nasrani. "Ya Rasulullah," katanya, "mereka itu tidak hanya shalat dan berpuasa, tetapi juga bersaksi bahwa kelak sang Khatam al-anbiya akan diutus sesudah Nabi Isa AS."
Salman juga mengaku bersyukur karena Allah menakdirkannya berumur panjang sehingga bisa menjumpai langsung dan beriman kepada Nabi Muhammad SAW. Tidak seperti kawan-kawannya itu, yang lebih dahulu wafat.
Setelah selesai bicaranya yang mengandung pujian tentang mereka itu, Salman pun bertanya, "Wahai Rasulullah, bagaimanakah kesudahan mereka?"
"Wahai Salman, mereka termasuk ahli neraka," jawab Nabi SAW.
Jawaban itu membuat Salman bersedih hati. Namun kemudian, turunlah wahyu kepada Rasulullah SAW, yakni Alquran surah al-Baqarah ayat ke-62.
اِنَّ الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا وَالَّذِيۡنَ هَادُوۡا وَالنَّصٰرٰى وَالصّٰبِـِٕـيۡنَ مَنۡ اٰمَنَ بِاللّٰهِ وَالۡيَوۡمِ الۡاٰخِرِ وَعَمِلَ صَالِحًـا فَلَهُمۡ اَجۡرُهُمۡ عِنۡدَ رَبِّهِمۡۚ وَلَا خَوۡفٌ عَلَيۡهِمۡ وَلَا هُمۡ يَحۡزَنُوۡنَ
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Sabi'in, siapa saja (di antara mereka) yang beriman kepada Allah dan hari akhir, dan melakukan kebajikan, mereka mendapat pahala dari Tuhannya, tidak ada rasa takut pada mereka, dan mereka tidak bersedih hati."
Menurut tafsir Ibnu Katsir, ayat itu menegaskan bahwa sebelum Nabi Muhammad SAW lahir atau diangkat menjadi utusan Allah, sudah ada orang-orang yang beriman kepada-Nya dan percaya akan kedatangan sang Penutup para nabi. Informasi akan datangnya Rasulullah SAW sudah disebut dalam Taurat maupun Injil.
Maka, orang-orang Yahudi yang tetap berpegang teguh pada Taurat dan sunnah Nabi Musa AS, iman mereka diterima Allah hingga Nabi Isa AS datang di tengah mereka. Apabila putra Maryam itu telah datang, diangkat menjadi utusan Allah, dan membawa Injil ke tengah mereka, sedangkan orang-orang itu tidak mau mengikuti syariat Nabi Isa, maka mereka telah durhaka.
Kemudian, orang-orang Nasrani yang tetap berpegang teguh pada Injil dan syariat Nabi Isa, maka mereka termasuk kalangan yang diterima imannya hingga Nabi Muhammad SAW tiba.
Barang siapa dari kalangan mereka, sesudah datangnya Rasulullah SAW, tidak mau mengikuti sang Khatam al-anbiya dan tidak mau meninggalkan syariat Nabi Isa serta ajaran Injil, maka mereka pun dinilai telah durhaka.
Bagaimana bila dihubungkan dengan ayat surah Ali Imran ini?
Bila al-Baqarah ayat ke-62 dihubungkan dengan Ali Imran ayat ke-85, bagaimanakah jadinya? Benarkah yang belakangan itu membatalkan (nasikh) yang terdahulu?
وَمَنۡ يَّبۡتَغِ غَيۡرَ الۡاِسۡلَامِ دِيۡنًا فَلَنۡ يُّقۡبَلَ مِنۡهُ ۚ وَهُوَ فِى الۡاٰخِرَةِ مِنَ الۡخٰسِرِيۡنَ
"Dan barangsiapa mencari agama selain Islam, dia tidak akan diterima, dan di akhirat dia termasuk orang yang rugi."
Menurut Buya Hamka dalam Tafsir al-Azhar, al-Baqarah ayat ke-62 tidaklah dibatalkan oleh ayat ke-85 dari surah Ali Imran. Alasannya adalah sebagai berikut.
"Ayat ini (QS Ali Imran: 85) bukanlah menghapuskan (nasikh) ayat yang sedang kita tafsirkan ini melainkan memperkuatnya. Sebab, hakikat Islam ialah percaya kepada Allah dan Hari Akhirat. Percaya kepada Allah, artinya percaya kepada segala firman-Nya, segala rasul-Nya dengan tidak terkecuali. Termasuk, percaya kepada Nabi Muhammad SAW dan hendaklah iman itu diikuti oleh amal yang saleh" (hlm 217).
"Kalau dikatakan bahwa ayat ini (QS al-Baqarah: 62) di-nasikh-kan oleh ayat ke-85 surah Ali Imran itu, yang akan tumbuh ialah fanatik: mengakui diri Islam walaupun tidak pernah mengamalkannya. Dan, surga itu hanya dijamin untuk kita saja.
Tetapi, kalau kita pahamkan bahwa di antara kedua ayat ini adalah lengkap melengkapi, maka pintu dakwah senantiasa terbuka. Dan, kedudukan Islam tetap menjadi agama fitrah, tetap dalam kemurniannya, sesuai dengan jiwa asli manusia" (hlm 217).