Berkesempatan Bertemu Presiden Israel, Zainul Maarif: Masa Saya Pukulin?
Zainul Maarif dan empat Nahdliyin lainnya bertemu Presiden Israel
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Salah satu intelektual muda Nahdlatul Ulama (NU), Zainul Maarif telah menyadari atas kesalahannya berkunjung ke Israel dan meminta maaf. Dia pun menegaskan bahwa kunjungannya ke Israel tersebut bukan berarti mendukung Israel.
Sebab menurut dia, apa yang dilakukan Israel terhadap rakyat Palestina saat ini merupakan kebiadaban.
"Bagi saya yang dilakukan oleh Israel sekarang, ini harus digarisbawahi, itu adalah kebiadaban. Ini jelas ini. Jangan katakan saya itu pro-Israel. Tidak. Saya pro-kemanusiaan, bahwa yang dilakukan oleh Israel itu biadab," ujar Zainul saat diwawancara di Kantor PWNU DKI Jakarta, Kamis (18/7/2024).
Menurut dia, apa yang dikakukan Israel terhadap warga Gaza sangat biadab. Namun, dia mengaku hanya bisa melakukan upaya dengan cara berdialog. Karena, tidak mungkin dia melakukan tindak kekerasan terhadap Presiden Israel langsung.
"Cuma tidak mungkin saya masa pukulin presiden? Itu tidak mungkin. Tidak mungkin. Yang memungkinkan bagi saya dan saya bisanya ngomong, ya saya ngomong," ucap dia.
Kendati telah melakukan dialog dengan Israel, dia tidak yakin bisa mengubah situasi yang terjadi di Palestina. Namun, menurut dia, harus tetap optimis dengan berbagai upaya untuk mewujudkan perdamaian.
"Ada yang mengatakan 70 tahun upaya untuk berdamai, upaya PBB sekalipun tidak berhasil. Tapi jangan patah semangat, teman-teman semua. Jangan patah semangat, kita berusaha agar mendamaikan," kata Zainul.
Menurut dia, upaya mendamaikan Israel dan Palestina juga telah dilakukan Almarhum Gus Dur pada masa lalu. Karena, menurut dia, Indonesia juga punya tugas untuk mendamaikan dua pihak yang berselisih..
"Maka kemudian kita Alhamdulillah sudah punya hubungan bagus dengan Palestina. Dan ini, kalau kita ingin mendamaikan dua orang yang sedang berantem, gak mungkin kita hanya fokus pada satu saja. Maka itulah yang dilakukan oleh Gus Dur dan juga Gus Yahya. Dan saya, dengan segala keterbatasan saya, itu juga berharap itu juga bisa dilakukan," jelas Zainul.
Sebelumnya, lima foto...
Sebelumnya, foto lima aktivis atau intelektual nuda NU bersama Presiden Israel, Isaac Herzog viral di media sosial. Kelima orang tersebut berasal dari sejumlah lembaga di bawah naungan PBNU, seperti Fatayat NU, Pengurus Pusat (PP) Pagar Nusa NU, Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia), dan Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Banten.
Mereka adalah Sukron Makmun, Zainul Maarif, Munawir Aziz, Nurul Bahrul Ulum, dan Izza Annafisah Dania. Dua nama terakhir merupakan pengurus Fatayat NU.
Foto mereka bersama Presiden Israel tersebut diunggah oleh Zainul Maarif melalui akun facebooknya @zenmaarif pada 8 Juli 2024 lalu. Meskipun foto tersebut telah dihapus, tapi ada nitizen yang sempat melakukan tangkap layar. Dalam foto itu, Zainul Maarif memberikan keterangan sebagai berikut:
"BERBINCANG LANGSUNG DENGAN PRESIDEN ISRAEL
Saya bukan demonstran, melainkan filsuf-agamawan. Alih-alih demonstrasi di jalanan dan melakukan pemboikotan, saya lebih suka berdiskusi dan mengungkapkan gagasan. Terkait konflik antara Hamas-lsrael, dan relasi Indonesia-lsrael, saya bersama rombongan berdialog langsung dengan Presiden Israel, Isaac Herzog (yang duduk dengan dasi biru) di istana Sang Presiden. Semoga hasil terbaik yang dianugerahkan untuk kita semua."
Ketua Umum...
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf menegaskan pertemuan lima orang warga NU (nahdliyin) dengan Presiden Israel Isaac Herzog tidak mewakili PBNU sebagai organisasi.
"Kami sudah mendapatkan konfirmasi dengan lembaga-lembaga terkait di bawah PBNU bahwa lembaga-lembaga yang personelnya berangkat itu sama sekali tidak tahu menahu, tidak ada mandat kelembagaan. Sehingga yang dilakukan oleh anak-anak tempo hari itu adalah tanggung jawab pribadi dan tidak terkait dengan lembaga," tegas Yahya Cholil Staquf dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa (17/7/2024).
Gus Yahya, sapaan akrabnya, menekankan berbagai kebijakan yang sifatnya hubungan kerja sama dengan lembaga lain baik dalam lingkup nasional maupun internasional harus melalui PBNU pusat.
Ia menambahkan ketetapan tersebut merupakan ketetapan yang sudah lama diterapkan, bahkan sejak periode kepengurusan sebelumnya.
"Bahkan, kalau ada pengurus daerah yang mengundang pejabat nasional harus lewat PBNU. Maka semua yang tidak lewat kelembagaan, organisasi tidak akan mengambil tanggung jawab," ujarnya.
Secara prinsip, kata Gus Yahya, PBNU telah menyerukan kepada seluruh warga dan kadernya bahwa pihaknya tidak akan mengadakan kerja sama apapun yang tidak bertujuan untuk membantu rakyat Palestina.