Pengamat: Pilgub Jateng Jadi Pertarungan PDIP dengan Jokowi
Terdapat dua episentrum politik dalam Pigub Jateng.
REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG – Pengamat politik dari Universitas Diponegoro, Wahid Abdulrahman, mengatakan, terdapat dua episentrum politik dalam pemilihan gubernur (pilgub) Jawa Tengah (Jateng). Dua episentrum adalah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dan figur Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Wahid mengungkapkan, selain menjadi barometer politik nasional dengan lebih dari 28 juta pemilih, pilgub Jateng menarik disimak karena tidak ada petahana yang kembali maju berkontestasi. Dengan demikian, semua figur yang bertarung memiliki kesempatan sama untuk menang. “Saya melihat paling tidak ada dua episentrum kekuasaan yang cukup besar saat ini di Jawa Tengah yang itu bisa menarik partai-partai,” ucap Wahid kepada Republika, Jumat (26/7/2024).
Dia mengatakan, episentrum pertama adalah PDIP. Menurut Wahid, Jateng dikenal sebagai “Kandang Banteng” karena menjadi basis pemilih tradisional PDIP. Dengan latar belakang tersebut, PDIP dinilai akan bertarung habis-habisan untuk dapat memenangkan pilgub Jateng. Namun Wahid berpendapat, saat ini situasinya “di luar normal”. “Kenapa? Karena ada episentrum kedua, yaitu faktor Pak Jokowi,” ucapnya.
Wahid mengungkapkan, fondasi electoral Jokowi di Jateng juga cukup kuat. Dan Jokowi, dalam pandangan Wahid, mempunyai kepentingan untuk menempatkan figurnya di Jateng. “Jadi dua episentrum ini, PDI Perjuangan dan Pak Jokowi, saling tarik menarik,” ujarnya seraya mengingatkan bahwa saat ini hubungan PDIP dan Jokowi tidak harmonis.
Sepengamatan Wahid, untuk pilgub Jateng, saat ini Jokowi sudah memberikan dukungannya kepada Kapolda Jateng Irjen Pol. Ahmad Luthfi. Sebab Jokowi memiliki relasi baik dengan Luthfi. Ketika Jokowi menjabat sebagai wali kota Solo, Luthfi diketahui menjabat sebagai wakapolres Solo.
Menurut Wahid, dukungan Jokowi pada Luthfi tampak ketika Presiden memutuskan mengangkat Ketua DPD Gerindra Jateng Sudaryono menjadi wakil menteri pertanian (wamentan). Wahid mengatakan, sebelum diangkat sebagai wamentan, Sudaryono sudah melakukan sosialisasi dan pergerakan masif di Jateng. “Tapi kemudian ketika Pak Jokowi yang bahasa Jawanya ‘nembung’, yang meminta sendiri, begitu ya, maka kemudian ya dalam tanda kutip, harus mengalah, maka dicarikan tempat jadi wamentan,” ucapnya.
Dia juga menyinggung tentang potensi Ketua Umum PSI Kaesang Pangarep maju dalam pilgub Jateng. Wahid menilai, Kaesang, sebagai putra Presiden Jokowi, punya keunggulan absolut. Namun, karena baru terjun di dunia politik, banyak yang masih meragukan kemampuan Kaesang untuk memimpin Jateng.
"Karena Jawa Tengah ini kan beda dengan Jakarta ya. Jawa Tengah butuh figur yang punya kapasitas kepemimpinan yang mumpuni karena di bawahnya itu harus mengkoordinir 35 bupati/walikota yang latar belakang politiknya beda-beda," kata Wahid.
Dia berpendapat jika Kaesang ingin tetap maju di pilgub Jateng, akan lebih tepat jika putra Presiden itu mendampingi Ahmad Luthfi. Wahid mengatakan, jika ingin memenangkan pilgub Jateng, PDIP harus mencari lawan sepadan untuk Ahmad Luthfi. Sebab saat ini, beberapa partai dari Koalisi Indonesia Maju, yakni Gerindra, Golkar, PAN, dan PSI.