Mengungkap Kebohongan Bertumpuk-tumpuk Israel dalam Propaganda Hasbara

Benjamin Netanyahu dinilai sebagai pembohong utama dan pengabur informasi.

EPA-EFE/GIL COHEN-MAGEN / POOL
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menghadiri rapat Kabinet di Bible Lands Museum di Yerusalem, 05 Juni 2024.
Rep: Muhyiddin Red: A.Syalaby Ichsan

REPUBLIKA.CO.ID, Selama terlibat konflik dengan Palestina, Israel dikenal sebagai negara yang penuh dengan kebohongan dan tipu daya. Sangat mudah untuk melihat kebohongan, distorsi, dan upaya mengaburkan fakta yang dilakukan Israel.

Baca Juga


Seorang jurnalis Palestina, Daoud Kuttab dalam artikelnya yang dimuat Arabnews pada Mei lalu menyatakan bahwa sudah saatnya bagi Israel untuk mempertanggungjawabkan kebohongan dan tipu dayanya. 

BACA JUGA: Muhammadiyah Resmi Terima Konsesi Tambang, Begini Putusan Lengkapnya

Namun, kebiasaan propaganda yang buruk ini, atau yang disebut orang Israel sebagai "Hasbara," kini telah digunakan dalam skala yang lebih besar di AS. Karena, lobi pro-Israel sekarang ini sudah memenuhi gelombang udara, media sosial, dan bahkan gedung kongres dengan kebohongan yang jelas. 

Misalnya, seorang anggota kongres mengklaim bahwa intifada berarti genosida terhadap orang Yahudi. Para mahasiswa di universitas-universitas bergengsi mengklaim, tanpa bukti apa pun, bahwa hidup mereka terancam oleh pendukung Hamas yang teroris, yang kebetulan juga merupakan rekan mereka dan beberapa dari mereka bahkan merupakan rekan Yahudi.

Provokasi Israel di Kompleks Masjid al-Aqsa - (Republika)

Klaim tersebut sering kali dibuat oleh pihak ketiga, seperti miliarder Yahudi Amerika Bill Ackman, baik untuk mengarahkan media maupun untuk menggertak administrasi perguruan tinggi agar menghancurkan narasi pro-Palestina baru yang telah mulai menjadi tren di sekolah-sekolah pendidikan tinggi paling bergengsi di Amerika.

Salah satu kebohongan terbesar yang terus diulang-ulang di kampus-kampus AS sebenarnya berasal dari seorang pengunjuk rasa pro-Israel, yang berhasil menghasut pihak universitas untuk mencoba menekan pengunjuk rasa pro-Palestina. Mahasiswa di Universitas Northeastern itu mengulang-ulang frasa "bunuh orang Yahudi," yang memberi kesan bahwa ini adalah slogan para penentang kejahatan perang Israel di Gaza.

Dalam pembantaian tahun 1990 di Masjid Al-Aqsa di Yerusalem, sebuah rekaman video juga mengungkap rekayasa Israel terkait insiden ini, di mana 17 warga Palestina terbunuh dan tidak ada satu pun warga Israel yang terluka. Sebuah investigasi oleh mendiang Mike Wallace dalam acara CBS "60 Minutes" mengungkap kebohongan ini dan manipulasi media. 

Israel yang dipimpin oleh Perdana Menteri Netanyahu dinilai sebagai pembohong utama dan pengabur informasi, hari ini menjadi liar lagi, menciptakan fiksi total dan kemudian mengerahkan pasukan mereka untuk menindaklanjuti kebohongan ini.

Semua klaimnya telah terbukti tidak benar, namun telah diulang berkali-kali, termasuk oleh Gedung Putih, sehingga pemeriksa fakta sebagian besar menyerah untuk memeriksa kebohongan PM Israel dan propagandisnya yang dibayar mahal di Israel, AS, dan seluruh dunia.

Demikian pula, Israel telah melancarkan upaya yang tidak berdasar dan terkoordinasi untuk mendelegitimasi organisasi bantuan pengungsi terkemuka PBB untuk Palestina, UNRWA. Pada 2016 lalu, seorang pekerja kemanusiaan Palestina, Mohammed El-Halabi , yang menjalankan proyek kemanusiaan World Vision International di Gaza, ditangkap dan didakwa mentransfer bantuan senilai 50 juta dolar AS kepada Hamas. 

Jumlah itu tidak hanya lebih besar dari seluruh anggaran lembaga amal Kristen yang berbasis di AS, tetapi di pengadilan Israel gagal menunjukkan satu dokumen pun untuk membuktikan klaim yang tidak masuk akal ini.

Sungguh mengherankan bagaimana sebuah negara kecil dapat terus menipu dan mengelabui negara paling kuat di dunia, yang juga merupakan pendukung utamanya. Para pemeriksa fakta pun sebagian besar sudah menyerah untuk memeriksa kebohongan PM Israel dan para propagandisnya yang dibayar mahal.

Baru-baru ini Benjamin Netanyahu kembali diberikan untuk berpidato di hadapan Kongres AS. Namun, pejuang Hamas menilai, apa yang disampaikan Netanyahu dalam kongres tersebut hanya untuk memoles citranya di hadapan dunia dan menutupi pembunuhan massal dan pembersihan etnis di Gaza. 

Netanyahu juga dinilai menyatakan sejumlah kebohongan terang-terangan dalam pidatonya tersebut. Di antaranya, dalam pidatonya Netanyahu mengeklaim telah mengizinkan lebih dari 40 ribu truk bantuan memasuki Gaza yang membawa setengah juta ton makanan.

Sementara, menurut data PBB, 28.018 truk bantuan telah memasuki Gaza sejak perang dimulai. Rute menuju wilayah tersebut tidak lagi mencakup penyeberangan Rafah, yang diserbu pasukan Israel pada awal Mei, sehingga membatasi pasokan bantuan ke wilayah selatan.

Banyak kebohongan lainnya yang disampaikan PM Israel tersebut. Misalnya, Netanyahu juga mengklaim bahwa Israel telah berupaya melindungi warga sipil di Gaza melalui selebaran dan telepon langsung ke warga Gaza. Sementara, Kementerian Kesehatan Gaza mengungkapkan, sebanyak 37 ribu warga Gaza syahid akibat serangan Israel. Dari jumlah itu, 14.671 orang, atau 52 persen dari syuhada yang teridentifikasi, adalah perempuan dan anak-anak.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler