INDEF: Siapapun Pemenang Pemilu AS, Indonesia Harus Manfatkan Peluang

Indonesia harus melakukan berbagai upaya bilateral memperlancar akses perdagangan,

Dian Fath Risalah/Republika
Tangkapan layar Diskusi Publik yang Bertajuk Donald Trump vs Kamala Harris: Dampaknya Bagi Ekonomi Indonesia yang diikuti secara daring, Senin (29/7/2024).
Rep: Dian Fath Risalah Red: Gita Amanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dinamika Pemilu Amerika Serikat (AS) terus menjadi perhatian lantaran erat kaitannya dengan arah kebijakan Negeri Paman Sam yang akan berdampak ke ekonomi  dan politik internasional termasuk Indonesia. Peneliti Center of Industry, Trade and Investment INDEF Ahmad Heri Firdaus mengatakan, siapapun Presiden AS harus dijadikan peluang untuk memanfaatkan kedalaman kerja sama.

Baca Juga


"Meningkatkan iklim investasi yang semakin kondusif di seluruh Indonesia menjadi keharusan. Terutama meningkatkan peran Indonesia dalam rantai pasok global dan regional," kata Heri dalam Diskusi Publik yang Bertajuk "Donald Trump vs Kamala Harris: Dampaknya Bagi Ekonomi Indonesia yang diikuti secara daring, Senin (29/7/2024).

Lebih lanjut ia mengatakan, bila Donald Trump memenangi Pemilu AS, maka besar kemungkinan perang dagang lanjutan AS dan China akan kembali terjadi. Hal ini akan mengakibatkan pergeseran impor AS berdasarkan negara asal. Diketahui, pertumbuhan impor AS dari China turun 13,9 persen. Sementara itu, impor AS dari Vietnam melonjak hingga 40 persen.

Adapun beberapa sektor yang memiliki keunggulan komparatif di Indonesia adalah pertumbuhan investasi dan ekspor yang positif, tetapi relatif lebih kecil dibandingkan dengan beberapa negara ASEAN. Hal ini lantaran derajat keterbukaan perdagangan Indonesia masih relatif kecil dibandingkan Malaysia, Thailand dan Vietnam.

"Dengan demikian, ketika terjadi gejolak global seperti perang dagang, Indonesia perlu mengoptimalkan peluang yang ada," tegasnya lagi.

Produk Domestik Bruto (PDB) dan investasi Indonesia sebenarnya mengalami peningkatan, tetapi masih saja lebih rendah dibandingkan Malyasia, Thailand dan Vietnam. Pasalnya, pertumbuhan output dan ekspor sektoral negara ASEAN tersebut secara umum mengalami peningkatan yang lebih besar dibandingkan dengan Indonesia.

"Indonesia harus melakukan berbagai upaya bilateral untuk memperlancar akses perdagangan ke destinasi baru, termasuk mengoptimalkan market intelligence di seluruh negara, terutama untuk produk ekspor yang berdaya saing tinggi," tutur Heri.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler