Pangkalan Militer AS di Irak Ditembaki Roket, Iran Mulai Menyerang?
Sedikitnya lima personel AS terluka akibat serangan tersebut.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Sedikitnya lima personel Amerika Serikat terluka akibat sebuah serangan terhadap sebuah pangkalan militer di Irak pada Senin (5/8/2024), lapor Reuters yang mengutip para pejabat AS.
Serangan tersebut terjadi di tengah ketegangan di Timur Tengah saat terbukanya kemungkinan gelombang serangan baru oleh Iran dan sekutunya menyusul pembunuhan anggota senior kelompok militan Hamas dan Hizbullah pada pekan lalu.
Dua roket Katyusha ditembakkan ke pangkalan udara Ain al-Assad di Irak barat, kata dua sumber keamanan Irak. Salah satu sumber keamanan Irak mengatakan, roket-roket tersebut jatuh di dalam pangkalan. Tidak jelas apakah serangan tersebut terkait dengan ancaman Iran untuk membalas pembunuhan tersebut.
Seorang pejabat Gedung Putih juga mengonfirmasi bahwa Presiden Joe Biden telah diberi pengarahan mengenai insiden tersebut. Sejauh ini belum ada kelompok di Irak atau di tempat lain di wilayah tersebut yang mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut.
Beberapa laporan media Israel mengatakan, sedikitnya dua personil Amerika tewas dalam serangan terhadap pangkalan di Irak. Jaringan Al-Mayadeen Lebanon, mengutip sumber-sumbernya, melaporkan bahwa tiga ledakan yang disebabkan oleh serangan roket dan pesawat tak berawak terdengar di pangkalan Ain al-Assad.
Menurut laporan media AS, para pejabat militer di pangkalan tersebut sedang melakukan penilaian kerusakan pasca serangan untuk menentukan cakupan insiden dan potensi kerusakan struktural pada fasilitas tersebut.
Sekitar 10 hari yang lalu, sumber-sumber keamanan melaporkan bahwa empat roket mendarat di pangkalan yang sama di tengah meningkatnya sentimen anti-Amerika di wilayah tersebut atas kebijakan-kebijakan Washington, termasuk dukungannya terhadap genosida yang sedang berlangsung oleh Israel terhadap warga Palestina di Jalur Gaza.
Pada Rabu pekan lalu (hari dimana Ismail Haniyeh dibunuh), Iran mengatakan, AS memikul tanggung jawab atas pembunuhan mantan perdana menteri Palestina di Teheran karena dukungannya terhadap Israel.
Para pejabat AS, yang berbicara kepada Reuters dengan syarat tidak disebutkan namanya, mengatakan bahwa salah satu warga AS yang terluka mengalami luka serius. Jumlah korban tersebut didasarkan pada laporan awal yang masih bisa berubah, kata mereka. "Personel pangkalan sedang melakukan penilaian kerusakan pasca-serangan," tambah salah satu pejabat.
Pada pekan lalu, AS dilaporkan melakukan serangan di Irak terhadap individu-individu yang menurut mereka adalah militan yang bersiap-siap meluncurkan drone. Mereka dinilai bisa menjadi ancaman bagi pasukan AS dan koalisi.
AS telah mengamati untuk melihat apakah Iran akan memenuhi janjinya untuk menanggapi pembunuhan Haniyeh dua hari yang lalu di Teheran, salah satu dari serangkaian pembunuhan tokoh-tokoh senior dalam kelompok militan Palestina ketika perang antara Israel dan Hamas di Gaza berkobar.
Pentagon mengatakan akan mengerahkan jet-jet tempur tambahan dan kapal-kapal perang Angkatan Laut ke Timur Tengah. Washington berusaha meningkatkan pertahanan menyusul ancaman dari Iran dan sekutunya, Hamas dan Hizbullah.
Sebagai sekutu langka bagi AS dan Iran, Irak menjadi tuan rumah bagi 2.500 tentara AS dan memiliki milisi yang didukung Iran yang terkait dengan pasukan keamanannya. Negara ini telah menyaksikan peningkatan serangan saling balas sejak perang Israel-Hamas meletus pada Oktober.
Irak menginginkan pasukan dari koalisi militer pimpinan AS untuk mulai menarik diri pada bulan September dan secara resmi mengakhiri tugas koalisi pada bulan September 2025, sumber-sumber Irak mengatakan, dengan beberapa pasukan AS kemungkinan besar akan tetap berada di Irak dalam kapasitas sebagai penasihat yang baru dinegosiasikan.
Baghdad telah berjuang untuk mengendalikan kelompok-kelompok bersenjata yang didukung Iran yang telah menyerang pasukan AS di sana dan di negara tetangga Suriah puluhan kali sejak 7 Oktober.
Perdana Menteri Irak Mohammed Syiah al-Sudani berbicara dengan Menteri Luar Negeri AS Anthony Blinken pada hari Minggu.
Seorang pejabat Irak mengatakan bahwa Blinken meminta Sudani untuk membantu mengurangi ketegangan regional dengan membantu meyakinkan Iran untuk meredam responnya terhadap serangan Israel di Teheran yang menewaskan pemimpin Hamas pekan lalu.