Media Barat: Israel Kemungkinan tak Mampu Lolos dari Serangan Rudal Iran
Iran menyebut akan membalas kematian Ismail Haniyeh
REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW- Sistem pertahanan rudal Iron Dome yang dimiliki Israel kemungkinan tidak akan mampu melindungi penduduk dari beberapa drone atau pesawat nirawak serta rudal Iran, menurut laporan surat kabar The Wall Street Journal (WSJ).
Iron Dome memungkinkan Israel untuk menembak jatuh rudal jarak pendek dan melindungi daerah berpenduduk dari serangan yang dilakukan gerakan Palestina, Hamas.
Namun menurut laporan WSJ pada Selasa (6/8/2024), tingkat kemampuan yang dimiliki oleh Iran maupun gerakan Hizbullah Lebanon dinilai lebih tinggi.
Sebuah sistem pertahanan udara berukuran besar diciptakan dengan partisipasi Amerika Serikat, dengan melibatkan angkatan udara Amerika Serikat, Israel dan negara-negara lain, serta sistem radar negara-negara tetangga, lapor surat kabar itu.
Laporan tersebut menambahkan bahwa pelaksanaan sistem tersebut terutama dikoordinasikan oleh Komando Pusat Amerika Serikat.
Iran dilaporkan bersiap untuk menyerang Israel segera setelah pemimpin politik Hamas, Ismail Haniyeh, terbunuh oleh serangan Israel di Teheran pekan lalu.
Gerakan perlawanan itu menyalahkan Israel dan Amerika Serikat atas kematian Haniyeh, dan mengatakan serangan tersebut tidak akan dibiarkan begitu saja tanpa pembalasan.
Teheran dilaporkan telah memesan sistem pertahanan udara canggih dari Rusia sebagai persiapan untuk menghadapi kemungkinan perang dengan Israel, menurut para pejabat Iran yang dikutip oleh New York Times.
Para pejabat tersebut mengatakan bahwa Rusia telah mulai mengirimkan radar canggih dan peralatan pertahanan udara ke Iran.
Sebelumnya pada Senin (5/8/2024), Sekretaris Jenderal Dewan Keamanan Rusia Sergei Shoigu tiba di Teheran untuk melakukan pembicaraan dengan para pejabat senior Iran.
Kunjungan ini dilakukan setelah pembunuhan Ismail Haniyeh, kepala biro politik Gerakan Perlawanan Islam (Hamas), beberapa hari yang lalu di ibukota Iran, Teheran.
Israel, yang belum secara resmi mengaku bertanggung jawab atas pembunuhan Haniyeh, telah meningkatkan status siaga pasukan dan fasilitas-fasilitas vitalnya ke level tertinggi untuk mengantisipasi respon dari Iran.
Ekspektasi telah meningkat bahwa Iran akan melancarkan serangan balasan terhadap Israel dalam beberapa jam mendatang sebagai tanggapan atas pembunuhan Haniyeh.
Penasihat Panglima Tertinggi Garda Revolusi Iran, Hojjatoleslam Taeb, pada Ahad (4/8/2024) mengatakan balasan terhadap pembunuhan Ismail Haniyeh, Kepala Biro Politik Gerakan Perlawanan Islam (Hamas) oleh Israel, akan menjadi hal yang baru dan mengejutkan .
Operasi yang dirancang untuk membalaskan dendam atas kematian martir Ismail Haniyeh akan menjadi sesuatu yang baru dan mengejutkan, IRNA mengutip pernyataan Taieb.
"Skenario yang dirancang untuk membalaskan dendam darah syuhada Haniyeh adalah salah satu skenario yang tidak dapat dibaca," tambahnya, seraya menambahkan bahwa situasi sosial Israel bermasalah, karena mereka tidak tahu apa skenario Iran, tidak ada yang berinvestasi di Israel secara ekonomi, dan para penanam modal meninggalkan wilayah itu.
Pada Juli, surat kabar Israel Maariv mengungkapkan bahwa 46 ribu perusahaan Israel telah menutup pintu mereka sejak pecahnya perang di Gaza pada tanggal 7 Oktober, dengan ekspektasi bahwa jumlah tersebut akan meningkat menjadi 60 ribu pada akhir tahun ini.
"Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu ingin mengubah kekalahannya melawan Hamas menjadi perang regional," kata penasihat Garda Revolusi, menekankan bahwa era hegemoni Amerika Serikat telah berakhir, dan bahwa kebijakan-kebijakannya tidak akan menjadi penghalang.
Meskipun tidak ada komentar langsung mengenai pernyataan penasihat Garda Revolusi ini, para pejabat Israel sebelumnya mengatakan bahwa mereka siap menghadapi skenario apa pun terkait hal ini, dan berpacu dengan waktu untuk mengembangkan rencana-rencana darurat sebagai persiapan untuk menghadapi respon militer Iran.
Israel mengharapkan respons militer dari Iran dan Hizbullah, dan telah meningkatkan kewaspadaan ke tingkat tertinggi, setelah pembunuhan Haniyeh di Teheran pada hari Rabu pagi, dan tentara Israel mengumumkan pembunuhan komandan militer Hizbullah Fouad Shukr di pinggiran selatan Beirut pada hari Selasa.
Hal ini terjadi ketika Amerika Serikat terus mengerahkan lebih banyak kapal perang dan jet tempur untuk apa yang dikatakannya sebagai upaya melindungi pasukannya dan sekutunya, Israel, dari ancaman-ancaman Iran dan faksi-faksi yang terkait, terutama Hizbullah Lebanon, di tengah-tengah seruan dari beberapa negara agar warganya segera meninggalkan Lebanon.
Perang Israel di Jalur Gaza, yang mendapat dukungan penuh dari Amerika Serikat, telah mengakibatkan lebih dari 130 ribu orang Palestina tewas dan terluka, sebagian besar anak-anak dan perempuan, dan lebih dari 10 ribu orang hilang, dalam salah satu bencana kemanusiaan terburuk di dunia.
Untuk menuntut diakhirinya perang di Gaza, faksi-faksi Lebanon dan Palestina di Lebanon, terutama Hizbullah, telah saling bertukar tembakan setiap hari di sepanjang Garis Biru dengan tentara Israel sejak 8 Oktober, yang mengakibatkan ratusan orang tewas dan luka-luka, sebagian besar dari pihak Lebanon.
Pada hari Rabu pagi, Hamas mengumumkan pembunuhan kepala biro politik Ismail Haniyeh di kediamannya di ibukota Iran, Teheran, di mana ia sedang melakukan kunjungan untuk berpartisipasi dalam upacara pelantikan Presiden Iran yang baru, Masoud Bazeshkian.
Hamas mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa kepala gerakan tersebut telah menjadi martir oleh serangan Zionis yang berbahaya, dan menggambarkan pembunuhannya sebagai tindakan teroris penuh dan pelanggaran terhadap kedaulatan Iran.
Dalam rincian pembunuhan tersebut, Kantor Berita Iran melaporkan bahwa Haniyeh dibunuh sekitar pukul 2 pagi pada hari Rabu (31/7/2024), di mana ia tinggal di markas khusus Garda Revolusi Iran di utara Teheran, dan mengkonfirmasi kesyahidannya bersama salah satu pengawalnya.
Kantor Berita Fars Iran mengkonfirmasi bahwa Ismail Haniyeh, Kepala Biro Politik Gerakan Perlawanan Islam (Hamas), dibunuh oleh sebuah rudal yang menghantam kediamannya, menghancurkan sebagian atap dan jendelanya.
Laporan tersebut menambahkan bahwa investigasi telah mengkonfirmasi bahwa Israel merencanakan dan melaksanakan pembunuhan Ismail Haniyeh.