Implementasi Visi Pembangunan IndonesiaSentris di Kepulauan Bangka Belitung

Pemerataan pembangunan yang dilakukan Indonesia Sentris berdampak di Babel.

Humas Pemprov Babel
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang dikenal sebagai salah satu provinsi di Indonesia yang terdiri dari banyak pulau besar dan kecil. Pemerataan pembangunan yang dilakukan Indonesia Sentris juga berdampak pada salah satu pulaunya yaitu Kepulauan Pongok di ujung selatan Pulau Bangka.
Red: Gita Amanda

REPUBLIKA.CO.ID, PANGKALPINANG -- Masyarakat Indonesia sering mendengar ungkapan “Indonesia-Sentris”. Istilah yang dipopulerkan Presiden Jokowi ini menekankan visi pembangunannya yang tidak berwawasan Jawasentris.

Perubahan cara pandang ini terlihat pada poin ketiga Nawa Cita: kebijakannya untuk “Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan”. “Untuk mencerminkan semangat pendiri bangsa, saya menegaskan kembali bahwa Indonesia bukan hanya Jakarta, bukan hanya Jawa,” kata Presiden RI Joko Widodo, saat Rapat Gabungan DPD RI dan DPR RI di Gedung DPR/MPR Senayan, Jakarta beberapa tahun silam.

Hal itu disampaikannya dalam Pidato Kenegaraan dalam rangka memperingati 74 tahun Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Untuk itu, Presiden menyampaikan, pembangunan yang dilakukan harus tetap fokus pada Indonesia dan membawa kegembiraan bagi seluruh lapisan masyarakat di seluruh wilayah nusantara.

Begitu pula dengan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang dikenal sebagai salah satu provinsi di Indonesia yang terdiri dari banyak pulau besar dan kecil. Pemerataan pembangunan yang dilakukan Indonesia Sentris juga berdampak pada salah satu pulaunya yaitu Kepulauan Pongok di ujung selatan Pulau Bangka.

Kepulauan Pongok merupakan kecamatan baru pemekaran dari Kecamatan Lepar Pongok dan diresmikan oleh Bupati Bangka Selatan pada tanggal 12 Juli 2012 dengan luas wilayah 89,67 km2. Kecamatan Kepulauan Pongok merupakan sebuah kecamatan yang terdiri dari dua pulau, secara administratif terbagi menjadi dua desa yaitu Pongok dan Celagen.

Secara geografis wilayah Kepulauan Pongok berbatasan dengan Selat Gaspar di utara dan timur serta Laut Jawa di selatan. Lokasi ini menghadap ke laut dan seluruh desa di wilayah Kepulauan Pongok merupakan desa pesisir. Sektor perikanan merupakan salah satu sektor perekonomian terpenting dan memberikan kontribusi terbesar terhadap PDRBnya. Oleh karena itu, mayoritas warga di wilayah Kepulauan Pongok berprofesi sebagai nelayan.

Gerbang Kemajuan Terbuka Lebar

Baca Juga



Interkonektivitas diperlukan untuk meningkatkan aksesibilitas wilayah, memudahkan akses, mengurangi perbedaan harga barang dan logistik, meningkatkan produktivitas wilayah, dan mempercepat pertumbuhan ekonomi. Infrastruktur dan transportasi menjadi simpul konektivitas yang mampu mengikat dan merajut keberagaman identitas, hingga ke seluruh wilayah bahkan di daerah terdepan, pelosok, dan terpencil demi untuk memperkokoh keberagaman.

Untuk itu pembangunan infrastruktur transportasi di seluruh wilayah sangat diperlukan sebagai bentuk menjalankan amanah Indonesia Sentris. Oleh karena itu, pembangunan infrastruktur transportasi di seluruh wilayah sangat diperlukan sebagai wujud pemenuhan misi Indonesia Sentris.

Bukti nyata Indonesia sentris telah membuat terobosan di wilayah Kepulauan Pongok sudah dapat dirasakan ketika kita mendekati wilayah tersebut. KM Banawa Nusantara, Kapal Pelayaran Rakyat (Pelra) yang didukung Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan, berangkat dari Pelabuhan Penyeberangan Sadai di Bangka Selatan setelah menempuh perjalanan empat jam dan siap mengangkut kami.

KM Banawa Nusantara merupakan salah satu kapal yang menghubungkan kawasan kepulauan yaitu kawasan Kecamatan Kepulauan Pongok dan Kecamatan Lepar. Kapal tersebut juga menjadi langkah pemerintah untuk memperlancar pergerakan penduduk, sirkulasi barang, dan mendukung akses terhadap potensi wisata pulau tersebut. Sesampainya kami di Pongok, masyarakat yang berada di ujung dermaga menyambut kami dengan sangat ramah dan penuh sapaan.

Dermaga ini dimanfaatkan masyarakat untuk menyandarkan kapalkapalnya untuk berbagai kegiatan. Berkat struktur beton permanen yang dibangun pada tahun 2021, dermaga ini akan mampu menampung 10 kapal berukuran antara 30 dan 50 GT, menjadi bukti lain pelaksanaan Indonesia Sentris yang sudah sampai di pulau itu. Masyarakat berharap dermaga tersebut berkembang menjadi pelabuhan untuk memudahkan pergerakan penumpang dan barang.

“Dermaga ini penting untuk aktivitas warga, terutama yang berprofesi sebagai nelayan. Sebelum ada dermaga yang ada saat ini, kami harus antri menunggu bongkar muat,” kata Syahrial Fitri, Sekretaris Kecamatan Kepulauan Pongok.

Anak-anak Pongok Kini Bisa Bermimpi

Indonesia menunjukkan komitmennya terhadap pendekatan Indonesia melalui pengembangan sumber daya manusia dengan fokus pada pertumbuhan berkualitas di bidang pendidikan. Program-program seperti dukungan pendidikan, penyediaan infrastruktur, pelatihan dan sertifikasi guru, serta pengembangan kurikulum terkait akan meningkatkan kualitas pendidikan.

Pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran juga menjamin pemerataan akses terhadap pendidikan, yang menunjukkan bahwa pengembangan sumber daya manusia merupakan prioritas utama untuk mencapai visi IndonesiaSentris. Sekolah merupakan salah satu pilar penting bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) masyarakat.

Saat ini terdapat tiga sekolah dasar, satu sekolah menengah pertama, dan satu sekolah menengah atas di Kecamatan Pongok. Sekolah di Kepulauan Pongok menggunakan sistem pembelajaran kurikulum Merdeka Belajar.

Beberapa sekolah telah mengintegrasikan penggunaan teknologi pembelajaran digital ke sekolah menengah. Guru juga dibekali berbagai pelatihan keterampilan untuk meningkatkan kemampuannya. Peningkatan akses pendidikan ini, tentu saja sangat penting bagi masyarakat Kepulauan Pongok.

Jumlah anak sekolah dari tahun ke tahun semakin meningkat, dibandingkan dengan beberapa tahun sebelumnya, di Kepulauan Pongok ini hanya ada satu sekolah (tingkat dasar). Itulah sebabnya dalam data di tahun lampau, banyak anak di Kepulauan Pongok putus sekolah, yang disebabkan karena jauhnya sekolah lanjutan.

“Senang sekali bisa bersekolah di sini. Dulu kalau mau SMP harus keluar pulau dan berangkat ke Toboali (Ibukota Kabupaten Bangka Selatan)” ucap ibu enam anak yang tinggal di desa Celagen, Na’imah.

Pemerataan pembangunan meningkatkan semangat anak untuk terus belajar dan tetap bersekolah. Mereka memiliki ambisi besar dan harapan untuk masa depan yang lebih baik.

Menjelajah Tanpa Batas

Dengan pesatnya perkembangan teknologi di zaman modern, sangatlah penting untuk memiliki akses internet di segala bidang untuk menunjang kehidupan kita. Sebagai negara yang dipisahkan oleh lautan, penguatan jaringan internet secara merata di seluruh tanah air dapat menciptakan keterhubungan antar wilayah dari ujung barat nusantara hingga ujung timur.

Pemerataan pembangunan infrastruktur juga sejalan dengan konsep Indonesia sentris yang mengedepankan pembangunan berimbang dan berkeadilan. Masyarakat Kepulauan Pongok lambat laun mulai terbiasa dengan kemajuan teknologi.

Berdasarkan data Kementerian Komunikasi dan Informatika, hingga tahun 2021, sebagian desa di Kecamatan Pongok Kepulauan masih blank spot. Untuk mendukung penggunaan internet, pemerintah meluncurkan Program Aksi WiFi Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI).

Desa Pongok merupakan salah satu desa sasaran program. Akses internet ini memberikan peluang baru bagi masyarakat lokal untuk mengakses informasi dan layanan digital guna meningkatkan kualitas hidup mereka, sehingga mengarah pada peningkatan pendidikan dan pertumbuhan ekonomi lokal.

“Sekarang kami memiliki BTS (Base Transceiver Station) di sini dan masyarakat dapat menikmati akses internet. Namun listrik yang dihasilkan oleh menara transmisi tidak stabil karena kurangnya pasokan bahan bakar, terutama saat cuaca buruk mungkin terganggu di sini,'' jelas Sekcam Kepulauan Pongok.

Kian Cerdas dengan Babel Semakin Cakap Digital

Indonesia Sentris, arahan pemerintah pusat, harus dilaksanakan oleh seluruh instansi baik pusat maupun daerah sesuai bidang keahliannya, begitu pula dengan Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Diskominfo Babel). Sesuai tugas pokok dan fungsinya, Diskominfo Babel meluncurkan kampanye #BabelSemakinCakapDigital untuk mendukung pencapaian Indonesia Sentris dan memberikan informasi kepada masyarakat.

Tujuan kampanye ini adalah untuk meningkatkan literasi digital, memfasilitasi akses informasi dan mendorong masyarakat untuk menggunakan teknologi digital dengan lebih baik. Kampanye #BabelSemakinCakapDigital berfokus tidak hanya di ibu kota tetapi juga di pulau-pulau di provinsi Kepulauan Bangka Belitung, termasuk Kecamatan Kepulauan Pongok di wilayah Bangka Selatan. Dalam kampanye #BabelSemakinCakapDigital di Kepulauan Pongok, Diskominfo Babel berfokus pada siswa sekolah dasar sebagai kelompok sasarannya.

"Kami mengimplementasikan strategi mikrotargeting, khususnya untuk anak-anak di pulau-pulau tersebut, dengan fokus pada siswa SD. Mengapa siswa SD? Karena literasi digital adalah kunci untuk bersaing di berbagai bidang saat ini, dan di masa depan. Dengan meningkatkan keterampilan digital sejak dini, kami berharap anak-anak bisa melihat peluang global dan berani bermimpi besar," jelas Plt Kepala Bidang IKP Diskominfo Babel, Leo Randika.

Diskominfo Babel memastikan semua anak memiliki akses yang sama terhadap pengetahuan dan keterampilan digital untuk mencapai impian besar mereka dengan kunjungan langsung ke pulau tersebut sebagai bagian dari kampanye #BabelSemakinCakapDigital.

Oase Hijau di Tengah Pulau

Di tengah-tengah statusnya sebagai daerah kepulauan, Kecamatan Kepulauan Pongok menyadari arti pentingnya ketahanan pangan dengan memaksimalkan lahan menjadi potensi pertanian. Petani yang berjumlah tak lebih dari 1 persen penduduk menunjang program jangka menengah (RPJMN 2020-2024), dengan berhasil mengolah bentangan lahan seluas 25 hektare menjadi sawah.

Hasilnya, mereka mampu secara mandiri memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari setidaknya setengah dari total penduduk Desa Pongok, meski para nelayan menghadapi musim buruk dan faktor cuaca yang dapat menghambat pengiriman produk ke luar pulau. Kecamatan Kepulauan Pongok, menjadi salah satu kecamatan di Indonesia dengan lanskap biru-hijau. Terletak di tengah-tengah 'kepungan' birunya lautan, daerah ini memiliki sumber daya yang meliputi ruang lingkup kehidupan laut hayati (flora dan fauna), maupun non hayati. Tak heran, dengan latar belakang tersebut mayoritas penduduknya (95 persen) memilih nelayan sebagai profesi, dan sebagian besar roda perekonomian akan dimulai dari sektor ini.

Namun, daratan kecamatan yang seluas 89,67 kilometer persegi, menyisakan potensi lain. Kecil memang, tak lebih dari 1 persennya saja, atau 25 hektare daratannya menganga sebuah penghijauan di pinggiran wilayah. Lahan yang bersumber dari bantuan optimasi lahan (oplah) itu dikelola menjadi sebuah bentangan sawah, berhias pematang sebagai penanda kepemilikan antarpetani yang tergabung dalam dua kelompok tani, dan hanya berjumlah 30-an orang saja.

Namun, dari tangan-tangan mereka, dari sebuah keyakinan, serta kerja keras, sawah ini berimbas pada kecukupan, dan kesejahteraan warga. Mereka berani keluar pakem, keluar dari zona laut yang sudah menjadi sumber ekonomi. Kelompok ini berpikir untuk memenuhi kebutuhan kehidupan bermasyarakat di sana. “Sebagai petani, kami sangat bersemangat karena mengingat kami adalah sebuah pulau. Pulau kami jauh dari (pusat) Bangka Selatan dan berada di zona 6. Kalau tidak ada sawah, apa jadinya? Kami jauh dari Pulau Bangka, jauh dari Pulau Belitung, karena kami berada di tengah-tengah. Kalau angin kencang, perahu tidak bisa masuk, berarti kami tidak makan. Jadi sawah yang ada dirancang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat saat ini,” kata Zumri, Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Kepulauan Pongok.

Keseriusan dan keberlanjutan petani Kepulauan Pongok merupakan bagian dari amanat RPJMN 2020- 2024 yang menjadikan ketahanan pangan sebagai program prioritas nasional. Sejak tahun 2006, persoalan pangan ini dilakukan oleh para petani, setidaknya untuk memenuhi kebutuhan penduduk di kecamatan tersebut dan mencegah terjadinya krisis pangan sebagai tujuan utama lahirnya rencana pembangunan nasional.

“Pada tahun 2017 sudah ada sawah yang baru ditanami, namun belum terlaksana dan digarap oleh masyarakat. Sejauh ini dengan hasil panen 1,5 ton sekali panen bisa memenuhi separuh kebutuhan pangan Desa Pongok. Kalau lahan yang digunakan 137 hektar, itu bisa cukup untuk seluruh kecamatan,” kata Zumri.

Negeri Bahari Terus Lestari

Subsidi BBM melalui Stasiun Pengisian Bahan Bakar Nelayan (SPBN) merupakan langkah penting dalam menekan biaya operasional dan meningkatkan kesejahteraan nelayan. Dengan lokasi SPBN yang strategis, biaya bahan bakar menjadi lebih terjangkau sehingga meningkatkan frekuensi pelayaran laut dan stabilitas harga ikan. Kebijakan ini mendukung pendekatan Indonesia Sentris, memastikan pemerataan pembangunan, termasuk Pulau Pongok, yang sebagian besar penduduknya adalah nelayan.

Dampaknya, kesejahteraan masyarakat nelayan meningkat dan kontribusinya terhadap perekonomian nasional menjadi lebih optimal. Kepulauan Pongok yang terletak di tepi pantai merupakan contoh bagaimana masyarakat pesisir dapat bertahan dan berkembang dengan memanfaatkan sumber daya laut. Sebagai penggerak utama perekonomian, nelayan menjadi tulang punggung kehidupan masyarakat pulau ini.

Dengan laut sebagai sumber pendapatan utama, para nelayan di Pulau Pongok menghabiskan hari-harinya dengan menangkap ikan dan hasil laut lainnya, yang kemudian dijual di pasar lokal atau diangkut ke daerah lain. Hasil laut ini juga dikenal dengan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) pengolahan ikan. Sebagai masyarakat nelayan, keberadaan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Nelayan (SPBN) yang dibangun di negeri ini sebagai langkah pembangunan berkeadilan sangat penting untuk menunjang aktivitas mereka.

Sebelumnya, mereka harus melakukan perjalanan jauh ke pulau lain untuk mendapatkan bahan bakar, yang tidak hanya menyita waktu, namun juga meningkatkan biaya operasional. Dengan adanya SPBN di Pulau Pongok, diharapkan dapat menghemat waktu dan biaya secara signifikan sehingga nelayan dapat lebih fokus dalam melakukan aktivitas penangkapan ikan dan meningkatkan hasil tangkapan.

“Sekarang di sini sudah ada SPBN, jadi kami isi bahan bakar perahu kami di sini,” kata Suyoto, salah satu nelayan asal Desa Pongok. Menurut Sutoyo, selain keterjangkauan tempat pengisian, harga dan ketersediaan BBM serta kestabilan harga jual hasil tangkapan, juga menjadi harapan bersama masyarakat nelayan yang ada di Kepulauan Pongok.

Indonesia Sentris di Kepulauan Berjalan, Tapi Pelan

Dalam wawancara dengan Kepala Biro Perekonomian dan Administrasi Pembangunan (Karo Ekbang) Sekretariat Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Prov. Kep. Babel), Ahmad Yani, S.E, M.Si, Ph.D mengatakan, saat ini Indonesia Sentris berjalan perlahan di Kepulauan Pongok. Menurut Karo Ekbang Ahmad Yani, konsep pembangunan yang berpusat pada Indonesia yang masih berjalan saat ini akan memungkinkan daerah ini berkembang lebih cepat dan setara dengan daerah maju lainnya di Indonesia.

Selain itu, karakteristik Bangka Belitung sebagai provinsi kepulauan menjadikannya sebuah keuntungan sekaligus tantangan. "Saat ini, pemerintah pusat sedang menyusun formula khusus wilayah kepulauan melalui peraturan perundang-undangan. Formula ini diharapkan dapat mengakomodir masyarakat kepulauan yang sebagian besar wilayahnya berupa perairan” ujarnya.

Di bidang pendidikan, menurut Karo Ekbang Sekretariat Daerah Babel, Ahmad Yani, peningkatan pendidikan suatu daerah ditentukan oleh anggaran dan tenaga pengajar serta harus didukung oleh sektor lain. “Untuk pendidikan, mau tidak mau, adalah ketersediaan anggaran dan tenaga pengajar. Pemerintah harus menyusun rencana yang mencakup dan menyesuaikan dengan dunia pendidikan, khususnya SD, SMP, SMA, terutama sumber daya manusia gurunya. Ya, pendidikan tidak bisa berdiri sendiri, tapi berdampingan dengan sektor lain, termasuk teknologi, dan lain-lain,” jelasnya.

Keseriusan pemerintah dalam pelaksanaan perencanaan di bidang pendidikan harus mencakup 20 persen anggaran. Jika tidak, negara-negara kepulauan yang terisolasi, lebih kecil, lebih terpencil, dan berisiko tinggi tidak akan berpengaruh. Terkait infrastruktur jaringan internet di Kepulauan Pongok, Ahmad Yani menilai perkembangan teknologi tidak bisa dipungkiri merupakan kebutuhan penting. Teknologi digital akan mempercepat percepatan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi di suatu daerah.

“Jika suatu negara tidak bisa mengikuti, maka negara itu akan gagal,” katanya.

Namun, ia mengingatkan pemanfaatan teknologi digital oleh suatu wilayah harus dibarengi dengan sumber daya manusia yang lebih berkompeten di bidang digital. Jangan sampai kemajuan tersebut dimanfaatkan untuk hal-hal negatif seperti fenomena perjudian online yang terjadi belakangan ini.

Terkait permasalahan akses internet yang tidak stabil akibat kurangnya pasokan bahan bakar ke pabrik BTS, pemerintah terus mengupayakan koordinasi dengan pihak terkait untuk penyediaan bahan bakar. “Kami terus berupaya berkoordinasi dengan PT. Pertamina, untuk memastikan pasokan BBM khusus ke Kepulauan Pongok,” ujarnya.

Ahmad Yani juga menyampaikan harapannya terhadap pembangunan Indonesia Sentris. “Konsep Indonesia Sentris yang diusung pemerintah merupakan sebuah gagasan yang luar biasa. Pembangunan dari pinggiran hingga pusat merupakan upaya yang cukup besar dan tidak mudah. Dengan berkembangnya setiap daerah, jalan, pusat bisnis, dan UMKM semakin berkembang, diharapkan tidak ada lagi perpindahan masyarakat dari desa ke kota karena fasilitas dan peluang di daerah sudah cukup,” ujarnya.

Pembangunan benar-benar sebuah proses, melalui pemikiran para pemimpin yang tentunya berharap agar Indonesia semakin maju. Pada akhirnya masing-masing pihak berharap roda Indonesia Sentristerus berputar untuk mencapai pembangunan Indonesia yang adil, makmur, dan merata.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler