Kedudukan Terendah dan Paling Tinggi Penghuni Surga Serta Cara Meraihnya di Dunia
Surga adalah balasan untuk orang beriman dan beramal saleh
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Meski sudah sama-sama berada di surga dan merasakan nikmatnya, tetapi para penghuni surga tidak mempunyai kedudukan yang sama.
Rasulullah SAW mengungkapkan peringkat bawah dan level atas penghuni surga dalam riwayat berikut ini:
عن ابن عمر - رضي الله عنهما - ، قال : قال رسول الله - صلى الله عليه وآله وسلم - : " إن أدنى أهل الجنة منزلة لرجل ينظر في ملكه ألفي سنة يرى أقصاه كما يرى أدناه ينظر في أزواجه وخدمه وسرره ، وإن أفضل أهل الجنة منزلة لمن ينظر في وجه الله تعالى كل يوم مرتين "
Dari Ibnu Umar RA, dai berkata, "Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya kedudukan terendah penghuni surga adalah milik seseorang yang melihat di kerajaannya seribu tahun, dia melihat ujung atasnya sebagaimana melihat ujung bawahnya, melihat para istri dan pelayannya lalu (semua itu) membuatnya bahagia. Dan kedudukan penghuni surga paling utama adalah yang melihat wajah Allah Ta'ala setiap hari dua kali." (HR Tirmidzi dan al-Hakim).
Dalam riwayat lain, disebutkan setelah itu Ibnu Umar membaca
وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ نَاضِرَةٌ إِلَىٰ رَبِّهَا نَاظِرَةٌ
"Wajah-wajah (orang-orang mukmin) pada hari itu berseri-seri. Kepada Tuhannyalah mereka melihat."
Nikmat melihat wajah Allah SWT ini juga sejalan dengan riwayat yang disebutkan dalam hadits riwayat Bukhari Muslim.
Dari Jarir bin Abdillah radhiallahu’anhu berkata, “Kami pernah duduk bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam saat itu beliau memandang ke arah bulan ketika purnama. Beliau bersabda,
أما إنكم سترون ربكم كما ترون هذا القمر لا تضامون في رؤيته فإن استطعتم أن لا تغلبوا على صلاة قبل طلوع الشمس وقبل غروبها فافعلوا يعني العصر والفجر ثم قرأ جرير وَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ قَبْلَ طُلُوعِ الشَّمْسِ وَقَبْلَ غُرُوبِهَا
BACA JUGA: Paskibraka Muslimah 'Dipaksa' Lepas Jilbab, Kiai Cholil: Ini tidak Pancasilais!
“Sesungguhnya kalian akan memandang Rabb kalian sebagaimana kalian memandang bulan ini. Kalian tidak berdesakan ketika memandang Allah. Jika kalian mampu, untuk tidak melewatkan shalat sebelum terbitnya matahari dan shalat sebelum tenggelamnya matahari (sholat Ashar dan Subuh), lakukanlah!”
Kemudian...
Kemudian Jarir membaca ayat
وَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ قَبْلَ طُلُوعِ الشَّمْسِ وَقَبْلَ غُرُوبِهَا
“Dan bertasbihlah dengan memuji Rabb-mu, sebelum terbit matahari dan sebelum terbenamnya” (QS Thaha: 130) (HR. Bukhori no 554, Muslim no 633)
Karena dua waktu di surga ini adalah waktu-waktu penglihatan bagi penghuni surga yang istimewa, Nabi SAW mengkhususkan secara rutin sholat pada dua waktu ini di dunia, sehingga barangsiapa yang memelihara kedua sholat ini di dunia pada dua waktu ini, dan sholat dengan bentuk, penghormatan, kekhusyuan, dan adab yang maksimal, diharapkan ia akan termasuk di antara orang-orang yang melihat Allah pada dua waktu ini di surga, terutama jika setelah itu ia memelihara zikir dan semua jenis ibadah hingga matahari terbit atau terbenam.
Gambaran
Gambaran nikmat surga banyak diabadikan baik dalam Alquran ataupun hadits Rasulullah SAW. Dalam hadits-hadits yang disampaikan Imam Abu Al Husain Muslim bin Al Hajjaj Al Qusyairi An Naisaburi atau Imam Muslim, Rasulullah SAW mengungkapkan nikmat surga yang tidak terbayangkan oleh manusia. Hadits-hadits tersebut tertulis dalam Shahih Muslim.
Rasulullah mengungkapkan bahwa nikmat surga belum pernah terlintas di benak manusia. Artinya manusia tidak bisa membayangkan betapa nikmatnya surga yang diperuntukkan bagi hamba-hamba Allah yang saleh. Nabi Muhammad SAW bersabda:
يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى أَعْدَدْتُ لِعِبَادِي الصَّالِحِينَ مَا لَا عَيْنٌ رَأَتْ وَلَا أُذُنٌ سَمِعَتْ وَلَا خَطَرَ عَلَى قَلْبِ بشر
“Allah SWT berfirman: Aku telah menyiapkan untuk hamba-hamba-Ku yang saleh sesuatu yang belum pernah dilihat mata, belum pernah didengar telinga dan tidak pernah terlintas di benak manusia untuk hamba-hamba-Ku yang saleh.” (HR Muslim)
Hadits ini sesuai dengan surat As Sajdah Ayat 17:
فَلَا تَعْلَمُ نَفْسٌ مَا أُخْفِيَ لَهُمْ مِنْ قُرَّةِ أَعْيُنٍ جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
“Tak seorangpun mengetahui berbagai nikmat yang menanti, yang indah dipandang sebagai balasan bagi mereka, atas apa yang mereka kerjakan.”