WHO Umumkan Darurat Kesehatan Mpox, Australia Catat Lonjakan Kasus

WHO menyatakan situasi mpox sebagai darurat kesehatan masyarakat yang meresahkan.

AP Photo/Jeenah Moon
Seorang petugas kesehatan menyiapkan vaksin mpox.
Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kasus mpox (cacar monyet) di Australia mengalami lonjakan signifikan. Negara itu mencatat 35 kasus baru dilaporkan dalam 15 hari terakhir di tengah darurat kesehatan global.

Baca Juga


Kementerian Kesehatan New South Wales pada Jumat melaporkan bahwa sejak bulan Juni, terdapat 93 pemberitahuan kasus mpox di negara bagian tersebut. Sebagian besar di antaranya memengaruhi pria yang terlibat dalam hubungan sesama jenis.

"Sejak 1 Juni 2024, telah ada 93 pemberitahuan kasus mpox di NSW. Sebelum 1 Juni, hanya satu kasus yang terdeteksi di NSW pada 2024. Pada tahun 2022, terdapat 56 pemberitahuan mpox di NSW, dan pada 2023 terdapat 12," ujar pihak kementerian, Jumat (16/8/2024).

Sejak 2022, telah terjadi wabah global mpox dengan laporan lebih dari 97.000 kasus di berbagai negara di luar Afrika, termasuk Australia. "Dengan peningkatan kasus baru-baru ini, Kesehatan NSW meminta orang-orang yang mungkin berisiko tertular mpox untuk tetap waspada terhadap gejala penyakit tersebut," kata Direktur Eksekutif Perlindungan Kesehatan NSW, Dr Jeremy McAnulty.

Mpox menyebar melalui kontak kulit-ke-kulit yang erat, termasuk kontak seksual, dan sering dimulai dengan lesi kulit kecil seperti jerawat, terutama di area yang sulit terlihat seperti alat kelamin, anus, atau bokong.

Sejak awal 2024, lebih dari selusin negara Afrika telah melaporkan penyakit ini, yang ditularkan melalui kontak dekat. Republik Demokratik Kongo mencatat lebih dari 90 persen kasus yang dilaporkan.

Sebelumnya, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Rabu (14/8/2024) menyatakan situasi penyakit Mpox terkini sebagai kedaruratan kesehatan masyarakat yang meresahkan dunia. “Kedaruratan kesehatan masyarakat yang meresahkan dunia merupakan tingkat peringatan tertinggi di bawah hukum kesehatan dunia," sebut Direktur Jenderal WHO pada X.

“Saran Komite Darurat kepada saya, dan dari @AfricaCDC, yang kemarin menyatakan darurat kesehatan masyarakat untuk keamanan regional, sudah sejalan,” tambahnya.

“WHO berkomitmen dalam beberapa hari dan pekan ke depan untuk mengoordinasikan respons global, bekerja sama dengan masing-masing negara yang terkena dampak, dan memanfaatkan kehadiran kami di lapangan, untuk mencegah penularan, mengobati mereka yang terinfeksi, dan menyelamatkan nyawa,” kata Ghebreyesus.

WHO telah mengembangkan....

 

Untuk mendanai pekerjaan ini, WHO telah mengembangkan rencana respons regional, yang membutuhkan dana awal sebesar 15 juta dolar AS (Rp 235 miliar). WHO telah mengeluarkan 1,45 juta dolar AS (Rp 22,7 miliar) dari Dana Kontingensi untuk Keadaan Darurat dan berencana untuk mengeluarkan lebih banyak lagi dalam beberapa hari mendatang.

"Kami juga meminta bantuan kepada para donor untuk mendanai sisa rencana respons,” lanjut dia.

Di sisi lain, perusahaan bioteknologi Denmark, Bavarian Nordic, mengumumkan mereka sedang mengajukan persetujuan Uni Eropa untuk vaksin cacar dan cacar monyet (mpox) bagi remaja berusia 12-17 tahun.

"Bavarian Nordic A/S telah mengajukan data klinis kepada Badan Obat Eropa (EMA) untuk mendukung perluasan indikasi vaksin IMVANEX, cacar dan mpox guna mencakup remaja berusia 12 hingga 17 tahun," kata perusahaan tersebut dalam sebuah pernyataan.

Vaksin itu saat ini hanya disetujui untuk orang berusia 18 tahun ke atas. Namun selama wabah mpox global pertama pada 2022, Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) memberikan izin darurat untuk penggunaan vaksin tersebut pada remaja berusia 12 tahun ke atas, jelas Bavarian Nordic.

Perusahaan itu juga menambahkan, telah melakukan uji klinis pada 315 remaja dan 211 orang dewasa yang menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan dalam respons imun serta profil keamanan yang serupa di antara kedua kelompok usia tersebut setelah menerima dua dosis vaksin standar.

Bavarian Nordic saat ini sedang mempersiapkan uji klinis untuk mengevaluasi kekuatan imunisasi dan keamanan vaksin pada anak-anak berusia 2 hingga 12 tahun, tambah perusahaan tersebut.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler