88 Kasus Mpox di Indonesia, Seks Sesama Lelaki Jadi Resiko Utama

Varian terbaru yang lebih mematikan dari Kongo belum sampai Indonesia.

ANTARA FOTO
Penumpang melintasi alat pendeteksi suhu tubuh untuk mengantisipasi gejala Mpox saat tiba di Bandara Juanda Surabaya di Sidoarjo, Jawa Timur, pada 2019 lalu.
Red: Fitriyan Zamzami

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI mengumumkan sejauh ini terdeteksi 88 kasus Mpox alias cacar monyet di Indonesia. Hubungan seksual sesama jenis, terutamm lelaki dengan lelaki disebut jadi salah satu penyebab penyebaran wabah yang telah ditetapkan Badan Kesehatan Dunia (WHO) sebagai darurat kesehatan global tersebut.

Baca Juga


Dalam lansiran Kemenkes, disebutkan bahwa secara rinci, kasus tersebar di DKI Jakarta sebanyak 59 kasus konfirmasi, Jawa Barat 13 kasus konfirmasi, Banten 9 konfirmasi, Jawa Timur 3 konfirmasi, Daerah Istimewa Yogyakarta 3 konfirmasi, dan Kepulauan Riau 1 konfirmasi. Dari jumlah tersebut, sebanyak 87 kasus telah dinyatakan sembuh. 

Jika dilihat tren mingguan kasus konfirmasi Mpox di Indonesia dari tahun 2022 hingga 2024, periode dengan kasus terbanyak terjadi pada Oktober 2023. Plh Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes RI dr. Yudhi Pramono, MARS mengatakan, dari 88 kasus yang dikonfirmasi, sebanyak 54 kasus memenuhi kriteria untuk dilakukan whole genome sequencing (WGS) guna mengetahui varian virusnya.

"Dari 54 kasus ini seluruhnya varian Clade IIB. Clade II ini mayoritas menyebarkan wabah Mpox pada Tahun 2022 hingga saat ini dengan fatalitas lebih rendah dan ditularkan sebagian besar dari kontak seksual," ujar dr Yudhi pada konferensi pers Perkembangan Kasus Mpox di Indonesia, Ahad (18/8/2024).

Badan Kesehatan Dunia (WHO) pekan lalu menyatakan mpox sebagai darurat kesehatan masyarakat global untuk kedua kalinya dalam dua tahun. Hal ini  menyusul wabah infeksi virus di Republik Demokratik Kongo yang telah menyebar ke negara-negara tetangga.

Sebuah komite darurat bertemu pada Rabu pagi untuk memberikan nasihat kepada Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengenai apakah wabah penyakit ini merupakan “darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional,” atau PHEIC.

Status PHEIC adalah tingkat kewaspadaan tertinggi WHO dan bertujuan untuk mempercepat penelitian, pendanaan, dan langkah-langkah kesehatan masyarakat internasional serta kerja sama untuk mengatasi suatu penyakit. “Jelas bahwa respons internasional yang terkoordinasi sangat penting untuk menghentikan wabah ini dan menyelamatkan nyawa,” kata Tedros.

Mpox dapat menyebar melalui kontak dekat. Biasanya ringan, namun dalam kasus yang jarang berakibat fatal. Penyakit ini menyebabkan gejala mirip flu dan lesi berisi nanah di tubuh.


Wabah di Kongo dimulai dengan penyebaran strain endemik yang dikenal sebagai Clade I. Namun varian baru, Clade Ib, tampaknya menyebar lebih mudah melalui kontak dekat rutin, termasuk kontak seksual. Penyakit ini telah menyebar dari Kongo ke negara-negara tetangga, termasuk Burundi, Kenya, Rwanda, dan Uganda, sehingga memicu tindakan dari WHO.

Swedia mengkonfirmasi kasus pertama varian mpox yang lebih menular dengan infeksi virus yang menyebar melalui kontak dekat, Jumat (16/8/2024). Hal ini menandai pertama kalinya virus tersebut ditemukan di luar Afrika.

“Warga yang tertular itu terinfeksi ketika berada di wilayah Afrika di mana terjadi wabah besar penyakit ini,” kata Olivia Wigzell, direktur jenderal badan kesehatan masyarakat Swedia, pada konferensi pers kemarin dilansir the Guardian.

Varian di Indonesia... baca halaman selanjutnya

 

Menurut Kemenkes, sejauh ini yang terdeteksi di Indonesia adalah varian Clade II. Berbeda dengan Clade I, Clade II berasal dari di Afrika Barat dengan subclade IIa dan IIb dengan CFR 3,6 persen. Clade II memiliki CFR rendah dengan kasus sebagian besar berasal dari kontak seksual pada saat wabah pada 2022.

Sementara clade I berasal dari Afrika Tengah (Congo Basin) dengan subclade 1a. Subclade 1a ini memiliki case fatality rate (CFR) alias tingkat kematian yang lebih tinggi daripada clade lain dan ditularkan melalui beberapa mode transmisi. Sementara itu, subclade 1b ditularkan sebagian besar dari kontak seksual dengan CFR 11 persen.

Dr Prasetyadi Mawardi, SPKK(K), dari Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (PERDOSKI) mengatakan, varian Mpox Clade I, baik 1a maupun 1b, belum terdeteksi di Indonesia. Sejak 2022 hingga saat ini, varian yang ditemukan di Indonesia adalah varian Clade II.

"Clade I memang menurut refleksi angka fatalitas rate nya relatif lebih tinggi dibanding Clade II, terus kemudian varian ini biasanya disebabkan oleh close contact (kontak erat), tidak melulu seksual kontak," ucapnya.

Karena Mpox terutama menyerang kulit, dr Prasetyadi mengimbau kepada siapa pun yang dicurigai terinfeksi Mpox dan muncul gejala untuk tidak melakukan manipulasi pada lesi yang ada di kulit seperti memencet, dan menggaruk, serta sebaiknya membiarkan lesi tersebut. Sebab, lesi tersebut, baik yang basah maupun yang sudah mengering, berpotensi menularkan virus.

"Pasien juga tidak boleh berbagi barang-barang pribadi seperti handuk dan pakaian. Apabila terdapat benjolan atau bintil dan mengalami luka atau erosif, sebaiknya segera diberi obat," ucapnya.

Sebagai upaya pencegahan, Kemenkes telah melakukan surveilans di seluruh fasilitas kesehatan, melakukan penyelidikan epidemiologi bersama komunitas dan mitra HIV/AIDS, menetapkan 12 laboratorium rujukan secara nasional untuk pemeriksaan Mpox, serta melakukan pemeriksaan WGS.


Untuk obat-obatan, Kemenkes sudah menyiapkan pemberian terapi simtomatis, tergantung derajat keparahan kasus. Pasien dengan gejala ringan dapat melakukan isolasi mandiri di rumah dengan pengawasan dari puskesmas setempat, sedangkan pasien dengan gejala berat harus dirawat di rumah sakit.

Perlu diketahui oleh masyarakat, Yudhi menjelaskan, Mpox menular melalui kontak langsung dengan ruam bernanah di kulit, termasuk saat berhubungan seksual.

"Orang yang berhubungan seks dengan banyak pasangan dan berganti-ganti berisiko tinggi tertular Mpox. Kelompok risiko utama adalah laki-laki yang melakukan seks dengan sejenis," tutur dr Yudhi.

Ia mengimbau masyarakat untuk menggunakan masker medis jika merasa tidak sehat. Jika muncul gejala seperti ruam bernanah atau keropeng pada kulit, segera periksakan diri ke puskesmas, klinik, atau rumah sakit terdekat.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler