Larangan Mencari Rezeki untuk Bermegah-megahan
Rezeki adakalanya ditujukan untuk sekadar mencukupi kebutuhan hidup.
REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Ajaran agama Islam mengajarkan untuk giat mencari rezeki. Imam Al Ghazali dalam kitab Ihya Ulumuddin menjelaskan, meski umat Islam dianjurkan giat mencari rezeki tapi dilarang untuk bermegah-megahan atau foya-foya.
Dalam kitab Ihya Ulumuddin dijelaskan bahwa mencari rezeki adakalanya ditujukan untuk sekadar mencukupi kebutuhan hidup, dan adakalanya ditujukan untuk menumpuk-numpuk harta. Usaha mencari rezeki yang dilakukan untuk menumpuk-numpuk harta merupakan cara yang dilarang aturan agama. Sebab, usaha menumpuk-numpuk harta untuk tujuan bermegah-megahan (foya-foya) merupakan sumber kezaliman yang berakibat dosa dan siksa.
Oleh karena itu, Imam Al Ghazali ulama bergelar Hujjatul Islam Zainuddin al-Thusi mengingatkan, orang yang mencari rezeki untuk kepentingan bermegah-megahan atas dunia, niscaya ia akan terperosok dalam kehinaan nanti saat berada di alam akhirat.
Pada suatu ketika, Nabi Muhammad SAW menerangkan cara burung mencari makan. Rasulullah SAW bersabda, "Mereka keluar pagi-pagi dengan kantung makanan yang kosong, dan pulang sore hari dengan kantung makanan yang penuh terisi." (Diriwayatkan Imam At-Tirmidzi dan Imam Ibnu Majah)
Burung-burung keluar di pagi hari mencari rezeki yang telah Allah SWT sediakan untuk mereka. Adapun para sahabat Rasulullah SAW, mereka pergi mencari rezeki dengan berniaga atau berdagang di daratan maupun lautan, dan sebagian lainnya bercocok tanam di kebun-kebun. Bagi kaum Muslim, sudah sepantasnya mengikuti jejak mereka untuk giat mencari rezeki.
Sayidina Umar bin Khattab Radhyialahu anhu pernah mengatakan, "Janganlah kalian duduk berpangku tangan dari mencari rezeki yang halal, dan hanya berdoa, 'Ya Allah, berilah aku rezeki.' Ketahuilah, bahwa langit tidak akan menurunkan hujan emas maupun perak."
Jabir bin Abdullah Radhiyallahu anhu pada suatu hari menaburkan benih di ladang yang tengah digarapnya. Umar bin Khattab datang dan berkata kepadanya, "Apa yang tengah engkau lakukan itu sungguh mulia, karena sekali-kali engkau tidak bergantung kepada orang lain dalam memenuhi kebutuhanmu. Semua yang telah engkau lakukan itu akan menyelamatkan agamamu, serta engkau akan lebih dihargai oleh orang lain atas usahamu."