Keluarga Asal Rawa Kalong yang Lahirkan Juara Panahan Berkuda Hingga ke Prancis

Anak-anak pasangan Sunaryo-Ernita hampir setiap hari belajar panahan di rumahnya.

Dok. KPBI
Arsa Wening Arrosyad beraksi pada ajang kejuaraan panahan berkuda (Horseback Archery) International Mounted Archery Games Grunwald 2022, di Polandia, Selasa (3/5).
Red: A.Syalaby Ichsan

REPUBLIKA.CO.ID, Mata Ernita Susanti (37 tahun) memicing. Dia sedang fokus membidik target sejauh 70 meter. Beberapa kali anak panahnya mengenai sasaran. Tidak sedikit yang meleset. Ernita mengincar target huruf mim alias mumtaz yang mempunyai poin tujuh. Di luar mim, ada tiga lingkaran yang mengitarinya. Masing-masing mempunyai poin berbeda, yakni lima, tiga hingga satu. Jika target tidak terkena sempurna, nilainya nol.

Baca Juga


Di lapangan hijau di Jalan Bojong Sari, Rawa Kalong, Tangerang Selatan, ada beberapa keluarga lain yang berlatih panah. Mereka tergabung dalam Komunitas Panahanan Berkuda Indonesia (KPBI). Pada umumnya, komunitas yang dibentuk pada 2015 ini berbasis keluarga dengan ayah, ibu, dan anak-anaknya. Pada masa istirahat, mereka asyik bercengkerama. Beragam kudapan yang dibawa para keluarga tersebut menjadi teman berbincang yang asyik ketika hari mulai siang.

BACA JUGA: Niat Sholat 5 Waktu untuk Makmum dan Imam

Sabtu itu, Ernita dan para anggota KPBI sedang melakukan latihan rutin. Khusus buat Ernita, dia memang sedang menyiapkan diri untuk menjadi peserta festival panahan di Turki, Conquest Cup, Fetih Kupasi 2018 pada 24-28 Mei. Kejuaraan yang mengombinasikan antara panahan tradiisonal dan panahan modern ini akan dihelat di Istanbul, Turki. Ernita menjadi calon peserta perempuan satu-satunya dari Indonesia yang mewakili panahan tradisional. Dia berangkat bersama empat peserta pria yang juga merupakan pemanah tradisional.

Arsa Wening Arrosyad remaja 15 tahun dari Perkumpulan Panahan Berkuda Indonesia (KPBI), sukses membawa Indonesia meraih Medali Perak pada ajang kejuaraan panahan berkuda (Horseback Archery) paling bergengsi di Eropa, 11th International Mounted Archery Games Grunwald 2022 – European Grand Prix Series 1st Stage. Grunwald Battle Field Poland. - (dok. istimewa)

Lima meter dari Ernita, anak berusia 11 tahun tak kalah serius membidik target. Arsa Wening, anak itu, berhasil membuat gruping pada jarak yang lebih pendek, yakni 20 meter. Arsa merupakan anak kedua Ernita. Namanya sudah bertengger sebagai juara satu kompetisi panahan tradi sio nal nasional. Arsapun sudah mengikuti beragam lomba panahan tradisional. Turkoglu Avasim Anatolia di Turki (peringkat 33 dari 108 anak), hingga International Traditional Archery Festival 2018 di Malaysia (peringkat 33 dari 108 anak).

Arsa belajar memanah sejak berusia 9 tahun. Siswa kelas 6 SDIT as- Salamah Pamulang, Tangerang Selatan, ini hampir setiap hari berlatih panah di rumahnya di Rawa Kalong, Pamulang. Pada awalnya, Arsa di per kenalkan ayahnya, busur berbahan plastik sebagai sarana latihan. Busur tersebut digunakan agar anak terhindar dari cedera. Setelah cukup menguasai busur, Arsa diberikan busur buatan Turki.

Busur panahan tradisional dari Turki itu berasal dari bahan fiber dan kayu. Bentuk busur serupa huruf C. Dia memiliki tiga bagian. Siyah (un tuk mengaitkan tali busur), Dustar (bagian tengah atau gagang inti bu sur), dan gagang yang dilem jadi satu. Rerata busur yang digunakan para pemanah tradisional di Komunitas Pemanah Berkuda Indonesia (KPBI) memiliki kekuatan berat tarikan 60 LBS. Artinya, tali busur bisa menarik beban seberat 60 pon atau sekitar 27 kilogram. Berat tarikan busur bisa di atur hingga berkisar 200 LBS. Ja rak tempuhnya bisa mencapai lebih dari 200 meter.

Busur tradisional memang berbeda dengan busur modern. Busur ini tak memiliki beragam fasilitas yang biasa ada pada busur modern, seperti stabilizer, pembidik, hingga katrol untuk compound bow. Busur tradisional benar-benar mengandalkan kekuatan panca indera manusia untuk melesatkannya.

 

Membuat anak fokus..

Selain Arsa, dua anak Ernita lainnya memang sudah berlatih panahan. Arum Najlus (9 tahun) dan Azmiah Rusidina (15 tahun) sudah memiliki busurnya sendiri. Ernita menjelaskan, panahan tradisional bisa membangun karakter anak-anaknya. Berlatih panahan tradisional ternyata membuat anak-anaknya lebih mandiri.

Untuk Arsa, dia lebih fokus dalam membuat perencanaan dan jujur dalam bersikap. Pernah pada satu kali, Arsa mengumpulkan uang sen diri untuk membeli jam tangan. Setelah terkumpul Rp 80 ribu. Dia lantas berbicara kepada ibunya jika uang hasil tabungannya masih ku rang Rp 20 ribu. "Itu yang saya kaget. Padahal, dia tadinya anak manja, tapi sekarang mau mengumpulkan uang sendiri," kata ernita.

Sunaryo Adhiatmoko, suami Ernita, mengenal panahan tradisional sejak empat tahun lalu. Seusai mem baca literatur dan berdiskusi tentang panahan, dia memutuskan untuk mem perkenalkan olahraga tersebut kepada keluarganya.

Dia menjelaskan, pada zaman digital yang mela hir kan generasi milenial seperti seka rang, pancaindera manusia terbu nuh. Manusia benar-benar tergantung pada fasilitas yang bernama gadget. Dari berkomunikasi, belanja hingga berkendara akan kembali ke gadget. "Manusia sudah kehilangan nalar

nya,"ujar dia.

 

Menurut Sunaryo yang juga menjadi sekretaris jenderal KPBI, adanya panahan tradisional bisa mem buat insting manusia kembali lahir. Anak-anak bisa dilatih bagai mana menguasai panah sepenuhnya mengandalkan panca inderanya. Dia pun harus disiplin agar sepenuhnya aman saat berlatih panahan. Prinsip 3 S dalam berlatih panah, yakni Safety, Safety, Safety harus diikuti oleh pemanah. "Kalau dia aman, orang lain aman,"tegas Sunaryo.

Inteligensia dan insting anak juga dilatih. Saat memanah dengan jarak lebih dari 50 meter, misalnya, dia ha rus memprediksi bagaimana titik elevasinya sehingga anak panah bisa hinggap ke target dengan tepat. Tak ha nya itu, panahan tradisional men jadi ajang berkumpulnya keluarga. Anak bisa mengenal teman-teman ayah dan ibunya. "Dia jadi punya adab. Dia menghormati yang lebih tua,"kata Sunaryo.

 

Jadi juara dunia..


Arsa Wening, yang kini berusia 17 tahun, menjadi juara dunia di berbagai kompetisi. Terakhir, Arsa ikut dalam tim pemanah berkuda Indonesia dari Indonesia Equestrian Archery (IEA) yang meraih Juara III pada kompetisi panahan berkuda yang digelar oleh Asian Horseback Archery Federation di Kazakhstan pada 14 - 18 Apri 2024.

Kompetisi diikuti oleh 60 atlet dari 14 negara  Asia meliputi; Indonesia, Kuwait, Kyrgyzstan, Russia, China, Thailand, Mongolia, Saudi Arabia, Kazakhstan, Pakistan, Oman, Suriah, dan Uzbekhistan. 

Arsa Wening Arrosyad (17 tahun), membawa Indonesia meraih posisi Juara III kategori Tukic Style. Adapun Feryanda Fahmi dan Yusron Abdullah menempati posisi 10 besar pada kategori Maygar dan Jamby. Kejutan juga diberikan oleh srikandi Indonesia, Rahmah Putri Jayanti yang tampil trengginas mengimbangi para jawara panahan berkuda dari Asia Tengah lainnya.

Arsa Wening yang selalu mengibarkan merah putih di setiap kompetisi internasional yang ia ikuti, mengibaratkan perjuangannya memenangi berbagai kompetisi elit seperti David vs Goliat. Ia dan teman-temannya berjuang dengan kocek pribadi melawan tim-tim besar yang bertanding didukung penuh oleh negara secara sistem dan finansial.

“Harapan saya dan teman-teman penggiat panahan berkuda di seluruh Indonesia, prestasi yang telah kami raih di level Asia, Eropa hingga dunia dapat menjadi perhatian pemerintah bahwa olahraga baru ini sedang tumbuh di berbagai negara dan kita telah berada pada level setara dengan negara-negara yang punya tradisi panahan berkuda”, tegas Arsa Wening yang di Usianya 17 tahun ini sukses membawa Indonesia Juara Umum di Rusia, Polandia, dan podium hari ini di Kazakhstan pada ajang Asian Cup 2024.

Arum Nazlus Shobah - (Dokpri)

Tak mau kalah dari Arsa, Arum Nazlus Shobah meraih trofi setelah lama tidak mengikuti kompetisi internasional. Arum come back dengan meraih juara umum II Gauchoux Open International Competition Equestrian Archery di Gauchoux, Perancis pada 21 - 24 Agustus 2024.

Kompetisi ini digelar dibawah federasi dunia International Horseback Archery Federation (IHAA) yang berpusat di Perancis. Diikuti 16 negara (Perancis, Belanda, Belgia, Indonesia, Brasil, Finlandia, Polandia, Inggris, Spanyol, Jerman, Afrika Selatan, Swis, Turkiye, Amerika, Irlandia dan Malasysia) dengan 110 kompetitor.

Arum Nazlus Shobah, gadis belia dari MilBos Internasional tampil trengginas dengan meraih juara umum II Stars 2 dengan menyumbang juara I kategori Tower 90 dan Juara I Raid 233. Meski berhijab, Arum mendapat banyak respek dan dukungan dari para kompetitor yang mayoritas dari Eropa dan tuan rumah Prancis.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler