Cerita Elite PDIP Saat Megawati Pilih Pramono untuk Tengahi Anak Abah dan Ahokers
Megawati diklaim tak pernah meminta Anies menjadi kader PDIP.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Ketua DPP PDI Perjuangan Bidang Pemenangan Pemilu Deddy Sitorus mengatakan, faktor Ahok atau Basuki Tjahaja Purnama yang berisiko memunculkan kerenggangan internal di partainya membuat PDIP akhirnya mengambil jalan tengah. Yaitu dengan menunjuk Pramono Anung-Rano Karno sebagai pasangan calon gubernur dan calon wakil gubernur (cagub-cawagub) dari PDI Perjuangan untuk Pilkada Jakarta tahun ini.
Menurut dia, tak ada pertentangan paham maupun ideologi antara Anies Rasyid Baswedan dengan PDI Perjuangan. Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Sukarnoputri, kata dia, juga tak pernah meminta mantan gubernur Jakarta 2018-2023 tersebut untuk bergabung menjadi kader Banteng Moncong Putih, jika ingin disorongkan ke Pilkada Jakarta 2024.
“Bisa disebut Pak Pramono Anung dan Bung Rano Karno ini menjadi jalan tengah,” begitu kata Deddy saat ditemui di Kantor DPP PDI Perjuangan di Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (28/8/2024).
Deddy mengungkap, di masa-masa akhir penentuan cagub untuk Pilkada Jakarta, Senin (26/8/2024), PDI Perjuangan sebetulnya sudah menyisakan dua nama, yakni Anies atau Ahok. Dan posisi untuk cawagub, sudah dipastikan untuk Rano atau yang dikenal sebagai Si Doel Anak Betawi.
Bahkan, Deddy mengungkapkan, datangnya Anies ke DPP PDI Perjuangan pada Senin (26/8/2024) dan bertemu dengan Rano sebagai bukti keseriusan dari Megawati untuk memasangkan keduanya. PDI Perjuangan mengakui, Anies Baswedan memiliki popularitas maupun elektabilitas tertinggi yang bisa menjadi solusi elektoral bagi PDI Perjuangan. Pun juga sesuai dengan ekspektasi dari PDI Perjuangan untuk bisa menjadi penyambung antara kelompok-kelompok berbasis agama dan kalangan nasionalis.
“Kita mengelaborasi potensi untuk bersama-sama dengan Pak Anies karena melihat beberapa hal yang bisa menjawab kebutuhan-kebutuhan psikologis politik, termasuk psikologis sosial, dan juga persoalan elektoral di Jakarta,” kata Deddy.
Deddy pun membantah keras Megawati mendesak Anies untuk terlebih dahulu menjadi kader jika ingin diusung oleh PDI Perjuangan. “Kita tidak pernah menawarkan Pak Anies menjadi anggota PDI Perjuangan. Kalau pun kemarin itu kita memilih Pak Anies, kita sudah diwakilkan oleh Bung Rano sebagai kader. Kita nggak serakah. Jadi tidak ada memang usulan kepada Pak Anies untuk menjadi kader,” kata Deddy.
Risiko kerenggangan di internal PDIP.. baca di halaman selanjutnya.
Deddy melanjutkan, sedangkan Ahok, juga nama yang diperhitungkan di internal PDI Perjuangan, mengingat mantan narapidana dalam kasus penistaan agama tersebut sudah menjadi kader sejak 2019. Pun juga memiliki basis pendukung yang kuat di ibu kota Jakarta.
Sedangkan para pendukung Anies, ‘tak melekat’ pada Ahok. Menurut Deddy itu lantaran masih adanya residu politik dari dampak Pigub Jakarta pada 2017 lalu. Rivalitas politik antara Anies dan Ahok tersebut yang menurut Deddy memunculkan risiko tinggi kerenggangan di internal PDI Perjuangan.
“Di sisi lain, ada kelompok juga yang mendorong supaya kita (PDI Perjuangan) untuk supaya mengusung Ahok,” begitu kata Deddy. Forum keras antara pengusung Anies dan Ahok ini pun terjadi di internal PDI Perjuangan sebelum diputuskan final oleh Megawati pada Senin (26/8/2024) malam.
“Kita menyadari kemudian dua kutub ini (Anies dan Ahok) sangat ekstrem perbedaannya. Kelompok pendukung Ahok, kelompok pendukung Pak Anies. Sehingga kemudian muncul lah alternatif, ke Pak Pramono Anung sebagai jalan tengah dari dua kutub ini,” begitu ujar Deddy.
Deddy memahami, perbedaan ekstrem antara Anies dan Ahok ini belum bisa menjadi satu bagi PDI Perjuangan. Pun PDI Perjuangan, belum memiliki perangkat yang jitu untuk bisa menyatukan dua basis massa para Anak Abah dan Ahokers di akar rumput.
“Ada tarik menarik antara dua kultur ini yang kemudian masih membutuhkan proses untuk disatukan. Masih butuh proses untuk disinergikan. Nah pada titik itulah kemudian kita melihat adanya kebutuhan untuk mendorong Pak Pramono Anung di situ sebagai solidarity maker,” begitu ujar Deddy.
Dan keputusan sudah bulat, Megawati menunjuk Pramono-Rano. Meskipun tanpa pengumuman resmi, pasangan cagub-cawagub dari PDI Perjuangan itu pada Rabu (28/8/2024) resmi digelandang ke Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Jakarta untuk mendaftarkan diri sebagai peserta dalam Pilkada Jakarta 2024. Pasangan tersebut, akan melawan Ridwan Kamil-Suswono pasangan cagub-cawagub yang diusung oleh 12 partai Koalisi Indonesia Maju (KIM) Plus.