Dokumen Bocor, Komandan Israel Perintahkan Tentara Lakukan Genosida, Ini Isinya

Pernyataan Kolonel Moshe Pesel kemudian dibela Menteri Bezalel Smotrich

IDF
Tentara dari Batalyon Netzah Yehuda, pasukan paling brutal Israel, sedang beroperasi di Jalur Gaza.
Red: A.Syalaby Ichsan

REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH — Seorang perwira yang membidangi kesehatan mental di militer Israel dilaporkan telah membocorkan sebuah dokumen yang mengungkapkan bahwa seorang komandan baru di salah satu brigade militer zionis  mendorong para tentaranya untuk melakukan genosida di Lebanon.

Baca Juga


Kantor berita Anadolu, mengutip lembaga penyiaran pemerintah Israel, melaporkan bahwa dalam sebuah postingan di media sosial pada Senin malam, Adi Engert, petugas kesehatan mental Brigade Alexandroni, memicu keributan dengan mengatakan, komandan baru brigade tersebut, Kolonel Moshe Pesel, “Menginginkan para pejuang melakukan genosida.”

Postingan itu kemudian dihapus.

Sebuah kutipan dari sebuah file yang dikirimkan Pesel kepada para tentara mengatakan, “Desa-desa di Lebanon akan menjadi sunyi dan jalan-jalannya tidak dapat dilalui,” tambah laporan tersebut.

Engert melampirkan komentar tersebut pada postingannya, yang gambarnya terus beredar di media Israel bahkan setelah dihapus.

Menurut penyiar tersebut, Engert mengatakan bahwa setelah Pesel mengambil alih komando, ia mengirim pesan kepada para prajurit brigade, dengan mengatakan: “Seorang komandan baru telah bergabung dengan brigade. Sebagai permulaan, saya berharap para pejuang melakukan genosida.”

Pada Selasa (27/8/2024), Menteri Keuangan sayap kanan Bezalel Smotrich mempertanyakan lewat X mengapa tentara Israel tidak mengambil tindakan terhadap Engert yang membocorkan dokumen tersebut. Dia mengatakan bahwa “tidak ada tempat” untuk pernyataan semacam itu di dalam tentara.

“Tidak ada tempat untuk pernyataan seperti itu di IDF (Militer Israel - PC) terhadap seorang komandan brigade dan terhadap anggota Zionis religius yang berada di garis depan dan mempertaruhkan nyawa mereka untuk rakyat Israel dalam persentase yang sangat besar. Adalah baik bahwa IDF menandai garis merah terhadap kampanye hasutan dan demonisasi terhadap Zionisme religius,” katanya.

PM Israel Benjamin Netanyahu dan Menkeu Bezalel Smotrich (kanan). Dalam pernyataannya yang beredar di media sosial, Smotrich menyerukan penghancuran total terhadap Gaza. - (EPA-EFE/RONEN ZVULUN / POOL)

Pada Ahad, pesawat-pesawat tempur Israel melancarkan lebih dari 40 serangan udara di Lebanon selatan, serangan yang paling parah sejak serangan lintas batas antara Tel Aviv dan Hizbullah dimulai pada bulan Oktober lalu.

Kelompok Hizbullah menegaskan bahwa mereka telah meluncurkan ratusan roket dan rudal ke dalam wilayah Israel sebagai  pembalasan tahap pertama dari responnya terhadap pembunuhan komandan seniornya Fouad Shukr bulan lalu dalam sebuah serangan udara di Beirut.

Eskalasi meningkat

Sejak dimulainya perang Israel di Gaza, pada 7 Oktober, gerakan Hizbullah Lebanon telah terlibat secara langsung. Meski demikian, pertempuran relatif terbatas dalam perang melawan pendudukan Israel.

Namun, dalam beberapa pekan terakhir, intensitas pertempuran telah meningkat, sehingga menimbulkan kekhawatiran bahwa perang habis-habisan antara Hizbullah dan tentara Israel akan segera terjadi.

Israel telah menduduki sebagian wilayah Lebanon selama beberapa dekade dan baru meninggalkan negara itu pada tahun 2000, setelah perlawanan keras Lebanon di bawah kepemimpinan Hizbullah.

Israel mencoba untuk menduduki kembali Lebanon pada tahun 2006 namun gagal dalam apa yang dianggap Lebanon sebagai kemenangan besar melawan Israel. Namun, Israel tetap menduduki sebagian wilayah Lebanon, yaitu wilayah Sheeba Farms.

Hizbullah telah bersumpah untuk merebut kembali setiap jengkal wilayah Lebanon yang telah diduduki oleh Israel yang bertentangan dengan hukum internasional.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler