UGM dan NUS Siap Kolaborasi Sukseskan Proyek IKN sebagai Kota Modern dan Berkelanjutan
Kedua universitas sepakat menyukseskan proyek IKN di Kalimantan Timur.
REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Universitas Nasional Singapura (NUS) telah memulai kolaborasi penelitian dan akademis yang inovatif yang akan mendorong kemajuan ilmu pengetahuan, penelitian, inovasi, dan teknologi. Selain itu, kedua universitas sepakat menyukseskan proyek Ibu Kota Nusantara (IKN) di Kalimantan Timur, kedua universitas siap berkolaborasi mengusung penelitian terkait pembangunan kota berkelanjutan.
Hal ini disampaikan oleh Rektor UGM, Prof Ova Emilia kepada wartawan di Balai Senat UGM, Senin (2/9/2024) usai menerima kunjungan President NUS. Ova menuturkan bahwa kolaborasi antara UGM dan NUS telah mencapai tahap diskusi ahli dan penyusunan proposal dari kedua pihak.
Ova mengatakan UGM dan NUS bersama-sama terlah berhasil mempertemukan para pakar dan akademisi antardisiplin dari kedua universitas terkemuka untuk membahas dan merumuskan agenda penelitian dan akademik untuk mengembangkan kota yang modern dan berkelanjutan. “Dengan berfokus pada keberlanjutan pembangunan dan pengelolaan IKN, kita ingin mensinergikan kebijakan pemerintah dengan inovasi akademis dan solusi praktis, guna memastikan kelancaran pembangunan IKN yang sejalan dengan prinsip keberlanjutan, efisiensi, dan inklusivitas,” kata Rektor.
Kolaborasi ini menurut Rektor diharapkan bisa berkontribusi dalam mengatasi tantangan akuisisi pengetahuan dan kebijakan dalam membangun lingkungan yang berkelanjutan untuk masa depan, khususnya menuju keseimbangan antara pembangunan dan konservasi. Pasalnya, pembangunan IKN perlu mencakup program pemulihan keanekaragaman hayati sebagai landasan penting untuk membangun regulasi iklim.
Beberapa riset kolaborasi yang akan dilakukan meliputi mengatasi dampak pembangunan di masa depan dengan meningkatkan kualitas udara, pengelolaan air, dan perbaikan iklim mikro di Ibu Kota Nusantara. Peningkatan kualitas lingkungan akan secara signifikan meningkatkan kualitas hidup masyarakat, meliputi kesehatan dan pendidikan, dan mendorong keterlibatan masyarakat yang lebih kuat. “Hal ini, pada gilirannya, akan berkontribusi dalam mengembangkan kota yang berkelanjutan di masa depan, termasuk ketahanan panas di antara masyarakat,” terangnya.
Selain memberi masukan pada pengembangan IKN, UGM dan NUS juga sepakat memfasilitasi pertukaran pengetahuan dan pengalaman antara para ahli dari universitas dan pejabat pemerintah. Disamping mendorong inovasi dan penelitian terkait dengan pembangunan dan pengelolaan kota baru dengan memanfaatkan sumber daya akademis dan teknologi.
Menurutnya kolaborasi ini akan lebih mengedepankan pembangunan berkelanjutan yang memperhatikan isu lingkungan. Ova mengatakan bahwa UGM mengusung konsep restorasi dan reforestasi lingkungan di kawasan IKN. “Setelah itu sudah berjalan, kita akan lanjut ke tahap riset selanjutnya,” tutur Ova.
Presiden NUS, Prof Tan Eng Chye, mengaku senang dapat bekerja sama dengan UGM. Menurutnya, salah satu topik yang menjadi penelitian antara UGM dan NUS adalah topik tentang penanganan perubahan iklim dan solusinya. Terlebih lagi, Tan merasa terhormat bahwa NUS dilibatkan dalam proses penelitian untuk pembangunan IKN. “Kami berharap bisa berkolaborasi dengan UGM untuk mengetahui bagaimana dua perspektif dapat membantu mempertegas apa yang sudah kita semua usahakan,” ucap Tan.
Tan Eng Chye memaparkan lebih lanjut mengenai kolaborasi antara UGM dan NUS. Terdapat sedikitnya lima pakar dari NUS yang akan bekerja sama dengan Fakultas Geografi UGM untuk mencari solusi terkait perubahan iklim regional dan global. Selain itu, NUS akan memanfaatkan program mereka, NUS Cities, untuk memecahkan masalah urbanisasi yang akan dihadapi oleh IKN. “Kami harap penelitian bersama ini dapat bermanfaat bagi IKN,” ujar Tan.