Paus Fransiskus, Indonesia, dan Perdamaian Dunia
Paus Fransiskus mengunjungi Indonesia.
REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG -- Menteri Agama (Menag) Republik Indonesia Yaqut Cholil Qoumas memaknai kunjungan pemimpin tertinggi Gereja Katolik dunia sekaligus Kepala Negara Vatikan Paus Fransiskus ke Indonesia sebagai kesempatan untuk meningkatkan toleransi antarumat beragama.
"Sekarang Paus hadir, harus kita maknai sebagai sebuah keberbedaan yang harus dihargai semua umat manusia," ucapnya di Tangerang, Provinsi Banten, Selasa.
Dia mengajak seluruh masyarakat Indonesia menghargai perbedaan-perbedaan dalam beragama sehingga tercipta kedamaian di tengah kehidupan sosial dan kewarganegaraan.
"Kita ini ditakdirkan untuk hidup beragam, takdir kemanusiaan kita itu takdir perbedaan, tidak ada yang sama. Ini artinya menunjukkan kita ditakdirkan berbeda tapi pesan dari perbedaan itu adalah bagaimana bisa menjamin semua saling bersatu," ujarnya.
Ia mengatakan dalam rangkaian perjalanan apostolik ke Indonesia, Paus Fransiskus pada Rabu (4/9), melakukan pertemuan dengan Presiden Joko Widodo di Istana Merdeka Jakarta.
Dalam pertemuan kenegaraan ini, pemerintah akan fokus pembahasan isu-isu perkembangan global, termasuk tentang toleransi umat beragama.
"Dan yang paling penting menurut saya dari semua proses ini adalah mempererat hubungan antara Indonesia dan Vatikan. Besok akan saya 'update' lagi setelah pertemuan beliau berdua," ujarnya.
Pada pertemuan Paus Fransiskus dan Joko Widodo, katanya, pemerintah juga akan menyampaikan beberapa pesan mengenai keanekaragaman budaya dan agama di Indonesia.
"Kita ingin menunjukkan bagaimana Indonesia ini berbeda-beda banyak sekali agama, banyak sekali latar belakang keragaman, tapi kita tetap bisa bersatu. Jadi itu yang ingin kita sampaikan kepada beliau," katanya.
Paus Fransiskus melakukan perjalanan apostolik ke kawasan Asia-Pasifik selama 3-13 September 2024, untuk mengunjungi empat negara, yakni Indonesia, Papua Nugini, Timor Leste, dan Singapura. Perjalanan selama 11 hari itu akan menjadi lawatan paling lama Bapa Suci berusia 87 tahun tersebut, sejak 11 tahun kepemimpinan atas Tahta Suci Vatikan.
Indonesia menjadi negara pertama dikunjungi Paus Fransiskus selama 3-6 September 2024. Kunjungan tersebut bakal tercatat sebagai perjalanan ketiga Bapa Suci bagi umat Katolik ke Indonesia setelah Paus Paulus VI pada 1970 dan Paus Yohanes Paulus II pada 1989.
Indonesia sebagai negara pertama dikunjungi Paus Fansiskus, antara lain lantaran negeri berpenduduk 279 juta jiwa dan mayoritas beragama Islam tersebut, populasi pemeluk Kristen sekitar 20,5 juta orang dengan 8,5 juta di antaranya umat Katolik.
Setelah pertemuan dengan Presiden Jokowi di Istana Merdeka, Rabu (4/9), sekitar pukul 10.00 WIB, Paus Fransiskus yang bernama asli Jorge Mario Bergoglio itu, bertemu para pejabat pemerintahan, korps diplomatik, tokoh-tokoh masyarakat, dan masyarakat sipil di Aula Istana Negara.
Sekitar pukul 11.30 WIB, pertemuan pribadi dengan anggota Serikat Yesus di Kantor Kedutaan Besar Vatikan di Jakarta. Pada pukul 16.30 WIB, mantan Uskup Agung Buenos Aires itu dijadwalkan bertemu para uskup, imam, diakon, biarawan, biarawati, seminaris, dan katekis di Katedral Santa Maria Diangkat ke Surga Jakarta, sedangkan pada pukul 17.35 WIB kaum muda dari Scholas Occurantes berkesempatan berjumpa Paus Fransiskus di Youth Center Graha Pemuda Senayan.
Pada 5 September 2024, sekitar pukul 09.00 WIB, Paus Fransiskus menghadiri pertemuan dengan para tokoh lintas agama di Masjid Istiqlal Jakarta, kemudian pertemuan dengan penerima manfaat organisasi amal di Kantor Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), sedangkan pukul 17.00 WIB memimpin misa akbar di Stadion Utama Gelora Bung Karno Jakarta yang bakal dihadiri puluhan ribu umat Katolik, perwakilan dari berbagai keuskupan di Indonesia.