Istri Mendiang Sandera Israel yang Tewas di Gaza Tolak Bertemu Netanyahu
Enam sandera Israel tewas di Jalur Gaza
REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV- Istri salah satu dari enam sandera yang jenazahnya diambil dari Gaza pekan lalu menolak untuk bertemu dengan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu ketika ia tiba di rumah keluarga untuk kunjungan belasungkawa pada hari Selasa (3/9/2024), demikian dilaporkan Yedioth Ahronoth.
Netanyahu mengunjungi rumah sandera Alex Lobanov di Ashkelon, namun jandanya, Michal, menolak untuk menemuinya atau berbicara dengannya melalui telepon.
Surat kabar tersebut mengatakan bahwa Netanyahu telah menelepon orang tua Lobanov pada hari ketika jenazahnya dan jenazah-jenazah lainnya ditemukan, dan menyatakan “penyesalan yang mendalam atas kegagalan Negara Israel untuk mengembalikannya”.
Keluarga dari seorang tawanan perempuan yang terbunuh di Gaza dan jenazahnya juga ditemukan beberapa hari yang lalu mengatakan bahwa putri mereka adalah korban dari kebijakan Netanyahu yang gagal.
Keluarga Carmel Gat menolak upaya Netanyahu untuk mengeksploitasi pembunuhan putri mereka untuk mendukung posisi politiknya untuk mempertahankan pasukan Israel di Koridor Philadelpia di perbatasan antara Jalur Gaza dan Mesir.
“Kami baru saja mengucapkan selamat tinggal kepada Carmel yang kami sayangi, yang merupakan korban dari kebijakan Perdana Menteri Netanyahu yang gagal, dan kami mendengar bahwa dia mempresentasikan presentasi media di mana dia bersumpah untuk membalas dendam kepada Hamas atas pembunuhan enam orang yang diculik,” kata keluarga tersebut seperti yang dilaporkan oleh Channel 13.
Mereka menekankan penolakan mereka terhadap “mengizinkan Netanyahu menggunakan pembunuhan Carmel dengan cara yang sinis, untuk melanjutkan perang dan menyebabkan pembunuhan lebih banyak orang yang diculik.”
Strategi Netanyahu yang gagal, tambah mereka, telah menyebabkan Israel membawa lebih dari 20 orang yang diculik ke dalam peti mati dalam beberapa bulan terakhir.
“Satu-satunya tanggapan terhadap pembunuhan Carmel di bawah Netanyahu bukanlah balas dendam atas darah, tetapi sebuah kesepakatan kehidupan yang akan mengembalikan orang-orang yang diculik ke tanah air.”
Sebelumnya, Israel dan gerakan perjuangan Palestina Hamas telah mencapai beberapa kemajuan dalam negosiasi melalui mediator mengenai rincian pertukaran sandera Israel yang ditahan di Jalur Gaza dengan tahanan Palestina, tetapi gagal mencapai kesepakatan tentang gencatan senjata di wilayah tersebut, demikian dilaporkan portal berita Walla pada Jumat (30/8/2024) mengutip pejabat Israel dan Amerika Serikat yang tidak disebutkan namanya.
Pekan lalu, Israel memberikan daftar sandera kepada Hamas yang akan dibebaskan pada tahap pertama kesepakatan, dan pekan ini, Hamas menyerahkan nama-nama tahanan yang ingin dibebaskan kepada Israel, menurut laporan tersebut.
Selama beberapa hari terakhir, pembicaraan dilaporkan berfokus pada rincian pertukaran dengan mediasi Amerika Serikat (AS), Mesir, dan Qatar. Pertemuan ini diadakan baik di Kairo maupun Doha, tambah portal berita tersebut.
Sementara itu, pejabat tinggi Israel mengatakan kepada Walla bahwa Washington, bersama mitra Mesir dan Qatar, ingin memastikan bahwa Israel dan Hamas menyetujui sebanyak mungkin rincian, dengan mencampurkan ide-ide mereka sendiri, sehingga mereka dapat menyajikan kesepakatan paket.
Pendekatan ini dapat menjadi kunci dalam meyakinkan pemimpin Hamas, Yahya Sinwar dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk berkompromi pada beberapa isu utama yang masih diperdebatkan sehingga kesepakatan dapat dilaksanakan, lapor Walla.
Masalah yang diperdebatkan mencakup, antara lain, kontrol atas koridor pusat di Jalur Gaza serta koridor Philadelphi di perbatasan antara wilayah Palestina dan Mesir, penarikan pasukan Israel, gencatan senjata yang bertahan lama, serta pemerintahan masa depan di Gaza.
Sementara itu, seorang sumber Hamas mengatakan kepada Sputnik pada Jumat bahwa saat ini tidak ada informasi tentang kemajuan dalam negosiasi mengenai gencatan senjata di wilayah tersebut. Penasihat Netanyahu, Dmitry Gendelman, mengatakan hal yang sama kepada Sputnik.
Putaran baru pembicaraan mengenai kesepakatan antara Israel dan Hamas tentang gencatan senjata di Jalur Gaza dan pembebasan sandera berlangsung pada awal Agustus di Kairo dengan partisipasi Direktur CIA William Burns, Perdana Menteri Qatar Mohammed bin Abdulrahman Al Thani, serta pejabat tinggi dari Israel dan Mesir.
Pembicaraan tersebut berakhir tanpa kesepakatan, karena Israel dan Hamas tidak menerima sejumlah usulan dari mediator, demikian dilaporkan media mengutip sumber keamanan Mesir.
Kehadiran militer Israel yang terus berlanjut di koridor Philadelphia tetap menjadi persyaratan keamanan utama bagi negara Yahudi tersebut. Wall Street Journal melaporkan bahwa Israel ingin membangun tembok sepanjang koridor tersebut untuk mencegah Hamas menggali terowongan.