Tak Hadir di Acara Rabithah, Kiai Imad Nongol di Podcast, Ini Pembelaannya

Catatan Kiai Imad ditujukan kepada Habib Hanif Alatas dan Gus Maimun Nafis.

Tangkapan Layar
Kiai Imaduddin Utsman.
Red: A.Syalaby Ichsan

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA — Pengasuh Pondok Pesantren Darul Ulum, Banten, yang membatalkan nasab Ba'alawi, KH Imaduddin Utsman tidak hadir dalam acara diskusi bertema "Membedah Tulisan yang Membatalkan Nasab Ba'alawi" yang digelar Rabithah Alawiyah di Jakarta, Sabtu (7/9/2024). Hanya saja, Kiai Imad muncul di sebuah acara podcast sambil memberikan catatan dan jawaban terhadap beberapa narasumber dalam acara tersebut. 

Baca Juga


"Dalam kesempatan ini singkat saja kita akan memberikan catatan-catatan dari apa yang telah disampaikan oleh para pembicara yang ada di Rabitah Alawiyah," ujar Kiai Imad dikutip dari video yang diunggah Youtube Gus Fuad Channel, Senin (9/9/2024). 

Catatan Kiai Imad ini setidaknya ditujukan kepada dua narasumber dalam acara debat tersebut, yaitu kepada Habib Hanif Alatas dan Gus Maimun Nafis. Menurut dia, ada beberapa hal yang dibicarakan oleh Habib Hanif Alatas, diantaranya soal nasab Ba'alawi yang sudah diijma'.

"Ijma' itu bisa dikatakan sahih kalau sebelumnya tidak terjadi khilaf. Sedangkan nasab alawi ini jelas sebelumnya terjadi khilaf, maka ijma' itu tidak dapat dibenarkan," ucap Kiai Imad. 

Selain itu, dia merespons apa yang disampaikan Habib Hanif Alatas bahwa nasab itu ada metode. Menurut Kiai Imad, menantu Habib Rizieq Shihab itu menyatakan bahwa satu saja metode isbat nasab terpenuhi, maka nasab itu shahih. 

Namun, menurut Kiai Imad, seluruh metode isbat nasab tidak bisa untuk mengisbat Baalawi sebagai cucu nabi. Karena, isbat nasab itu adalah birruq'ah dengan adanya kitab. Sedangkan syarat kitab itu adalah tidak boleh berbeda dengan kitab-kitab sebelumnya.

"Sedangkan apa yang dikatakan oleh kitab-kitab yang mengisbat balawi mulai dari abad 9 sampai hari ini, yang katanya itu berjumlah 180 kitab, semuanya itu berbeda dengan kitab-kitab nasab dari mulai abad ke-4 sampai abad ke-9," kata Kiai Imad. 

Semua itu dijelaskan Kiai Imad secara panjang lebar. Hingga akhirnya, dia menyimpulkan bahwa apa yang disampaikan Habib Hanif Alatas dalam debat di Kantor Rabithah Alawiyah tidak satu pun menjawab 12 pertanyaan yang Kiai Imad ungkap dalam tesisnya. 

"Mas Hanif Alatas itu tidak satu pun bisa menjawab 12 pertanyaan daripada tesis saya. Dan telah nyata bahwa metode-metode menetapkan nasab tidak bisa mengisbat nasab Ba'alawi," jelas Kiai Imad. 

 

12 pertanyaan dari Kiai Imad..

 

Seperti diketahui, sebelumnya ada 12 pertanyaan yang diajukan Kiai Imad untuk Rabithah Alawiyah terkait nasab Ba'alawi. Berikut pertanyaannya: 

1. Mengapa Ibnu Samrah (w. 586 H) dalam kitabnya Tabaqat Fuqaha al-Yaman tidak menyebut 8 (delapan) nama keluarga Ba Alawi yang masa hidupnya sebelum Ibnu Samrah meninggal, atau semasa dengan hidup Ibnu Samrah?

2. Apakah Ali, ayah Faqih Muqoddam adalah sosok historis yang ada di Tarim pada tahun 575 Hijriah?

3. Mengapa kakek Fakih Muqoddam yang bernama Ali Khali Qosam (wafat tahun 529 Hijriah), ulama besar menurut Baalwi, tidak disebut oleh Ibnu Samrah?

4. Mengapa ayahnya Ali Khali Qosam yang bernama Alwi II, tidak dicatat? 

5. Mengapa ayahnya Alwi II yang bernama Muhammad tidak dicatat? 

6. Mengapa ayahnya Muhammad yang bernama Alwi I tidak dicatat?

7. Mengapa ayahnya Alwi I yang bernama Ubaidillah tidak dicatat?

8. Mengapa Muhammad “Sohib Mirbat” Ba Alawi (wafat tahun 550 Hijriyah) tidak disebut, tapi Muhammad bin Ali al-Qola’i (wafat tahun 577 Hijriyah) disebut oleh Ibnu Samrah?

9. Mengapa Muhammad bin Ali al-Qola’i namanya disebut Ibnu Samrah, tetapi gurunya, Muhammad “Sohib Mirbat” Ba Alawi, dilupakan?

10. Betulkah Muhammad “Sohib Mirbat” adalah guru dari al-Qola’i? 

11. Betulkah Muhammad “Sohib Mirbat” pembawa Madzhab Syafi’i di Mirbat? 

12. Apakah ada nama Muhammad Sohib Mirbat disebut di dalam kitab sejarah yang mu’tabar sebelum abad ke-sembilan yang dikarang bukan Ba Alawi?



BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler