Israel Dipunggungi Fans Italia, Palestina Disambut Hangat Fans Korsel

Timnas sepak bola Israel ditolak di berbagai negara Eropa.

Twitter/X/BDS Korea
Penggemar Korea Selatan mengibarkan bendera Palestina selama pertandingan di Stadion Piala Dunia Seoul pada 5 September 2024
Red: Fitriyan Zamzami

REPUBLIKA.CO.ID, BUDAPEST – Perlakuan berbeda didapatkan tim nasional sepak bola Israel dan Palestina dalam laga mereka sepekan belakangan. Saat Timnas Israel ditolak di berbagai kota di Eropa, pada pendukung Korea Selatan justru menyambut hangat Timnas Palestina.

Baca Juga


Stadion Piala Dunia Seoul yang merupakan salah satu arena sepak bola paling partisan dan mengintimidasi di Asia. Namun, para pendukung Pejuang Taeguk yang biasanya militan justru menyambut hangat Timnas Palestina. 

Pada pertandingan kualifikasi Piala Dunia 2026, Kamis pekan lalu, pendukung tuan rumah dengan bangga mengibarkan bendera, syal, dan spanduk untuk mendukung juga Palestina. Ada bendera Palestina raksasa dikibarkan di tribun penonton. 

Aljazirah melaporkan, itu merupakan malam yang patut dikenang di lapangan ketika tim asuhan pelatih Makram Daboub pulang dengan poin yang pantas dan tak ternilai setelah bermain imbang 0-0 melawan raksasa sepak bola Asia, berkat penjagaan gawang Rami Hamadeh yang andal dan penyelesaian akhir yang buruk dari Korea Selatan.

Sementara tim favorit prapertandingan, Para Pejuang Taegeuk Warriors, gagal meraih kemenangan kandang, Palestina juga harus menyesali penyelamatan bagus Jo Hyeon-woo di waktu tambahan yang menggagalkan Wessam Abou Ali mencatatkan kemenangan bersejarah untuk Palestina.

Penyesalannya, jika ada, terhapus oleh adegan gembira di waktu penuh. Senyum lebar dan pelukan hangat menutup malam bersejarah bagi para pemain dan staf ruang belakang, yang telah mengambil peran mewakili Palestina di panggung terbesar saat perang berkecamuk di kampung halaman mereka di Gaza.

Para Fedayin, alias Pejuang; julukan Timnas Palestina; melangkah ke lapangan dengan keyakinan kuat pada kemampuan mereka untuk mewujudkan impian mencapai kompetisi sepak bola global. “Saya selalu bermimpi,” kata gelandang Palestina Mohammed Rashid kepada Aljazirah menjelang kualifikasi.

“Mereka [pasukan Israel] mencoba membunuh impian kami, tapi kami tidak akan membiarkan mereka menghalangi kami. Kami tidak pernah bisa berhenti bermimpi.” “Ini adalah salah satu hak asasi manusia yang paling sederhana dan mendasar di dunia. Kita semua berhak untuk bermimpi. Saya tahu sulit untuk mencapai [final] Piala Dunia, tetapi segala sesuatu mungkin terjadi dalam sepak bola.

“Berada di posisi ini [di kualifikasi] sudah menjadi sebuah mimpi, dan melangkah ke langkah berikutnya adalah hal lain.”

Saat tim tersebut mengatasi tantangannya menuju tahun 2026, warga Palestina di Gaza terus menjadi sasaran pasukan Israel, yang telah menewaskan lebih dari 40.000 orang dan melukai lebih dari 94.000 orang, menurut Kementerian Kesehatan di Gaza. Di Israel, 1.139 orang tewas dalam serangan yang dipimpin Hamas pada 7 Oktober, yang mengawali perang saat ini.

Hingga Agustus, setidaknya 410 atlet, ofisial olahraga, atau pelatih syahid dalam perang tersebut, menurut Asosiasi Sepak Bola Palestina. Dari jumlah tersebut, 297 diantaranya adalah pesepakbola, termasuk 84 anak-anak yang memendam impian bermain untuk Palestina.

Israel ditolak... baca halaman selanjutnya

Sebaliknya, serangan brutal Israel ke Jalur Gaza ikut berdampak memicu penolakan terhadap tim nasional sepak bola negara Zionis tersebut di berbagai negara. Pada Senin, Puluhan penggemar Italia yang mengenakan pakaian serba hitam membalikkan badan mereka sebagai bentuk protes saat lagu kebangsaan Israel dinyanyikan sebelum pertandingan UEFA Nations League di Hongaria. Israel kalah 1-2 melawan Italia dalam pertandingan tersebut.

Fans Italia juga mengibarkan bendera Italia dengan tulisan “Liberta” (Kebebasan) di atasnya. Ada garis miring hitam pada spanduk lain yang dipasang oleh pendukung ultras tersebut. Israel memindahkan pertandingan kandangnya ke Hongaria sehubungan kondisi keamanan di wilayah mereka. 

Perdana Menteri Hongaria Viktor Orbán memiliki hubungan dekat dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan telah lama mempromosikan Hongaria sebagai negara teraman di Eropa bagi orang Yahudi. Orbán telah melarang protes solidaritas Palestina, dengan alasan bahwa protes tersebut merupakan ancaman terhadap keselamatan publik.

Pertandingan Israel-Italia dimainkan di Bozsik Arena di Budapest. Sebelumnya, Israel terpaksa bertanding melawan Belgia di Debrecen, juga di Hongaria karena tak ada kota di Belgia yang sudi menjadi tuan rumah pertandingan melawan negara Zionis tersebut. Belgia menang 3-1 dalam pertandingan itu. 

Suporter Italia menyemangati timnya saat pertandingan sepak bola UEFA Nations League melawan Israel di Bozsik Arena, di Budapest, Hongaria, Senin, 9 September 2024. - ( (AP Photo/Denes Erdos))

Pertandingan pada Jumat pekan lalu itu adalah pertandingan kandang bagi Belgia tetapi federasi sepak bola Belgia mengatakan pada bulan Juli “tidak ada otoritas lokal di Belgia yang menganggap mungkin” untuk menggelar pertandingan melawan Israel karena alasan keamanan.

Italia dijadwalkan menjamu Israel di Udine pada 14 Oktober, meskipun dewan kota Udine belum mendukung pertandingan tersebut dan protes pro-Palestina telah dijadwalkan pada hari yang sama di kota utara Italia tersebut.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler