Detik-Detik Seorang Ustadz Wafat Saat Mengulas Hadits Kabut yang Menyamarkan Kebaikan
Ustadz Syatibi wafat saat saat mengulas hadits kabut yang menyamarkan kebaikan kedua.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Innalillahi wa inna ilaihi rojiun. Seorang dai bernama Ustadz Syatibi al-Faroek mengembuskan nafas terakhir saat mengisi kajian Subuh di Masjid Puri Cinere, Depok, Sabtu 24 Agustus 2024 lalu. Dai yang juga dikenal sebagai dosen Sekolah Tinggi Ilmu Ushuluddin Dirosat Islamiyah (STIUDI) Al-Hikmah, Jakarta, ini meninggal dunia saat membawakan tafsir sebuah hadits Rasulullah SAW dari Hudzaifah Al-Yamani.
Dalam kajian Tafsir Tematik tersebut, Ustadz Syatibi sempat menjelaskan tentang salah satu hadits Muslim bernomor 3434 dari Hudzaifah Al-Yamani, seorang sahabat yang dikatakan sebagai pemegang rahasia Rasulullah SAW. Hadits tersebut mengungkap bagaimana Hudzaifah bertanya kepada Rasulullah mengenai keburukan atau kejahatan pada saat orang-orang bertanya soal kebaikan. Apa yang ditanyakan Hudzafah tersebut karena dia takut kejahatan akan menimpanya.
Hudzaifah bertanya bahwa dahulu mereka berada dalam kebodohan dan kejahatan sampai kemudian Allah menurunkan kebaikan (Islam) kepada mereka. Lantas, Hudzaifah pun bertanya apakah akan datang kembali kejahatan? Rasulullah mengiyakan pertanyaan tersebut. Hudzaifah bertanya kembali apakah akan turun kembali kebaikan? Rasulullah kembali mengiayakan. Hanya saja, ada dakhan yang menyelimutinya.
Dalam menafsirkan 'kebaikan kedua', Ustadz Syatibi mengungkapkan, jikalau dakhan yang dimaksud adalah kabut. "Jadi nanti kebaikan kedua itu muncul namun kebaikannya mengandung kabut. Berarti tidak murni tidak terang benderang karena seperti kita berkendaraan di kawasan yang dingin pada sore atau pagi hari kita butuh lampu. Kata Rasulullah, kebaikan yang muncul berikutnya mengandung kabut,"ujar dia.
Hudzaifah bertanya apa bentuk kabutnya itu? "Ini sebuah jawaban yang sangat menarik yang bisa jadi pegangan kita hari ini. Kata Rasulullah, kalau kamu ingin tahu, kebaikan yang sudah bercampur itu maka campurannya itu apa.. Kaumun akan muncul satu kaum. Kaum itu bisa bangsa, masyarakat, komunitas, dia memberikan petunjuk guidance bukan atas petunjukku. Jadi bertentangan dengan petunjuk Rasulullah SAW tapi penampilannya menunjukkan kalau dia membawa petunjuk,"kata dia.
Apa yang dikatakan Nabi, ujar Ustadz Syatibi, tampak pada kehidupan saat ini dimana banyak pandangan hidup yang tidak berasal dari Nabi SAW. Sebagai contoh, ideologi yang ada pada masyarakat seperti liberalisme dan kapitalisme yang menghasilkan masyarakat sekuler. Di sisi lain, ada ideologi sosialisme dan komunisme yang melahirkan masyarakat atheis.
"Kabutnya itu pandangan hidup yang bukan pandangan hidup dariku jadi bukan dari Rasulullah SAW. Pada tingkat ini, kata Rasulullah, 'ta'rifu minhum watunkiru'. Kalian punya kemampuan.. mengenal.." Setelah mengatakan kalimat tersebut, terdengar dengkuran keluar dari suara Ustadz Syatibi. Dai itu pun wafat dalam kondisi yang khusnul khatimah.
Hadits lengkap dari Hudzaifah..
Hadits Muslim Nomor 3434
حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى حَدَّثَنَا الْوَلِيدُ بْنُ مُسْلِمٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ يَزِيدَ بْنِ جَابِرٍ حَدَّثَنِي بُسْرُ بْنُ عُبَيْدِ اللَّهِ الْحَضْرَمِيُّ أَنَّهُ سَمِعَ أَبَا إِدْرِيسَ الْخَوْلَانِيَّ يَقُولُ سَمِعْتُ حُذَيْفَةَ بْنَ الْيَمَانِ يَقُولُا كَانَ النَّاسُ يَسْأَلُونَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ الْخَيْرِ وَكُنْتُ أَسْأَلُهُ عَنْ الشَّرِّ مَخَافَةَ أَنْ يُدْرِكَنِي فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّا كُنَّا فِي جَاهِلِيَّةٍ وَشَرٍّ فَجَاءَنَا اللَّهُ بِهَذَا الْخَيْرِ فَهَلْ بَعْدَ هَذَا الْخَيْرِ شَرٌّ قَالَ نَعَمْ فَقُلْتُ هَلْ بَعْدَ ذَلِكَ الشَّرِّ مِنْ خَيْرٍ قَالَ نَعَمْ وَفِيهِ دَخَنٌ قُلْتُ وَمَا دَخَنُهُ قَالَ قَوْمٌ يَسْتَنُّونَ بِغَيْرِ سُنَّتِي وَيَهْدُونَ بِغَيْرِ هَدْيِي تَعْرِفُ مِنْهُمْ وَتُنْكِرُ فَقُلْتُ هَلْ بَعْدَ ذَلِكَ الْخَيْرِ مِنْ شَرٍّ قَالَ نَعَمْ دُعَاةٌ عَلَى أَبْوَابِ جَهَنَّمَ مَنْ أَجَابَهُمْ إِلَيْهَا قَذَفُوهُ فِيهَا فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ صِفْهُمْ لَنَا قَالَ نَعَمْ قَوْمٌ مِنْ جِلْدَتِنَا وَيَتَكَلَّمُونَ بِأَلْسِنَتِنَا قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ فَمَا تَرَى إِنْ أَدْرَكَنِي ذَلِكَ قَالَ تَلْزَمُ جَمَاعَةَ الْمُسْلِمِينَ وَإِمَامَهُمْ فَقُلْتُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ لَهُمْ جَمَاعَةٌ وَلَا إِمَامٌ قَالَ فَاعْتَزِلْ تِلْكَ الْفِرَقَ كُلَّهَا وَلَوْ أَنْ تَعَضَّ عَلَى أَصْلِ شَجَرَةٍ حَتَّى يُدْرِكَكَ الْمَوْتُ وَأَنْتَ عَلَى ذَلِكَ
Telah menceritakan kepadaku [Muhammad bin Al Mutsanna] telah menceritakan kepada kami [Al Walid bin Maslim] telah menceritakan kepada kami [Abdurrahman bin Yazid bin Jabir] telah menceritakan kepadaku [Busr bin 'Ubaidullah Al Hadlrami] bahwa dia mendengar [Abu Idris Al Haulani] berkata; saya mendengar [Hudzaifah bin Yaman] berkata, "Biasanya orang-orang bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tentang kebajikan. Namun justru saya bertanya kepada beliau tentang kejahatan, karena saya khawatir akan menimpaku. Lalu saya bertanya, "Wahai Rasulullah! Kami dahulu berada dalam kejahilan dan kejahatan, karena itu Allah Ta'ala menurunkan kebaikan (agama) ini kepada kami. Mungkinkah sesudah ini timbul lagi kejahatan?" beliau menjawab: "Ya." Saya bertanya lagi, "Apakah setelah itu ada lagi kebaikan?" beliau menjawab: "Ya, akan tetapi ada cacatnya! saya bertanya, "Apa cacatnya?" Beliau bersabda: "Kaum yang mengamal sunnah selain dari sunnahku, dan memimpin tanpa hidayahku, kamu tahu mereka tapi kamu ingkari." Saya bertanya, "Apakah setelah itu akan ada kejahatan lagi?" Jawab beliau: "Ya. Yaitu orang-orang yang menyeru menuju neraka Jahannam, barangsiapa memenuhi seruannya maka ia akan dilemparkan ke dalam neraka itu." Maka saya bertanya lagi, "Wahai Rasulullah! Tunjukanlah kepada kami ciri-ciri mereka." Beliau menjawab: "Baik. Kulit mereka seperti kulit kita dan berbicara dengan bahasa kita." Aku bertanya lagi, "Wahai Rasulullah, bagaimana petunjuk anda seandainya saya menemui hal yang demikian?" Jawab beliau: "Tetaplah kamu bersama jama'ah kaum muslimin dan imam (pemimpin) mereka." Saya bertanya lagi, "Jika tidak ada jama'ah dan imam?" beliau menjawab: "Tinggalkan semua kelompok meskipun kamu menggigit akar kayu sampai ajal menjemput, dan kamu masih tetap pada pendirianmu."