Teladan Nabi Muhammad Terhadap Anak-Anak
Nabi Muhammad memberi keteladanan kepada anak-anak.
REPUBLIKA.CO.ID,MAKKAH -- Keluarga adalah pondasi utama dalam mendidik anak-anak. Di dalamnya, orang tua memiliki peran untuk mengasuh dan memberikan contoh apa yang baik dan buruk.
Dalam menghadapi anak-anak, Rasulullah SAW telah memberikan banyak contoh yang bisa diikuti. Dalam artikel yang dilansir di About Islam, digambarkan ada lima tips yang patut dicontoh.
Pertama, percayalah bahwa iman yang penuh sama dengan kebaikan pada keluarga. Nabi Muhammad SAW pernah bersabda dalam HR At-Tirmidzi, "Sesungguhnya di antara orang-orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah orang yang paling baik akhlaknya dan paling baik kepada keluarganya".
"Dalam Islam, iman dan keluarga berjalan beriringan. Orang tua kita memiliki hak atas kita, dan ketika kita sendiri menjadi orang tua, anak-anak kita memiliki hak atas kita," tulis Habeeba Husain dalam artikel tersebut.
Ia menyebut tidak ada jalan pintas dalam hal fokus dan membesarkan keluarga yang saleh. Meski demikian, ada panduan penting dari Rasul, sama seperti dalam setiap aspek kehidupan Muslim lainnya.
Selanjutnya, dalam mengasuh anak tidak ada salahnya dilakukan sambil bermain. Salah satu narasi dari Sunan Ibnu Majah menggambarkan bagaimana akrabnya Rasul bersama cucunya, Hussein.
Dikisahkan para sahabat sedang pergi keluar dengan Nabi SAW dan mereka melihat Hussein bermain di jalan. Nabi lantas berdiri di depan orang-orang dan mengulurkan tangannya, sementara anak itu mulai berlari kesana kemari. Nabi membuatnya tertawa sampai dia menangkapnya, kemudian meletakkan satu tangan di bawah dagu Hussein dan yang lain di kepalanya dan menciumnya.
Dalam posisi ini, Nabi SAW berkata, "Hussein adalah bagian dari saya dan saya adalah bagian dari dia. Semoga Allah mencintai orang-orang yang mencintai Husein. Husein adalah suku di antara suku-suku.
"Kisah di atas merupakan gambaran indah tentang cara Nabi berinteraksi dengan cucunya, Hussein. Keceriaan, kebahagiaan dan kasih sayang hanyalah sebagian dari kata-kata mengharukan yang terlintas di benak saat membaca narasi ini," lanjut Husain.
Melihat contoh tersebut, tidak ada salahnya bagi orang tua Muslim juga mencoba memperlakukan anak-anak dalam kehidupan mereka dengan cara yang sama. Karena iman dan keluarga berjalan beriringan dalam Islam, seorang Muslim harus memastikan hubungannya dengan keluarga kokoh, agar memiliki kedudukan yang dihormati di hadapan Yang Mahakuasa.
Ketiga, orang tua harus menahan diri dalam memarahi anak-anak atau keluarganya. Anas bin Malik, seorang hamba muda yang tinggal di rumah Nabi Muhammad SAW menceritakan ia belum pernah melihat ada orang yang lebih baik kepada keluarga daripada Rasulullah. (HR Muslim)
Meskipun terkadang Anas bin Malik terpeleset dalam tugasnya karena usianya yang masih muda, Nabi tidak akan cepat memarahinya. Bahkan, Anas bin Malik berkata, "Saya melayani Nabi di Madinah selama sepuluh tahun. Saya adalah seorang anak laki-laki. Setiap pekerjaan yang saya lakukan tidak sesuai dengan keinginan tuan saya, ia tidak pernah berkata kepada saya: 'Uff', dia juga tidak mengatakan kepada saya, 'Mengapa kamu melakukan ini? atau Mengapa Anda tidak melakukan ini?'". (Sunan Abi Dawud)
Keempat, Nabi SAW selalu mengajarkan untuk menunjukkan rasa cinta kepada orang-orang terdekat, terlebih keluarga dan anak-anak. Dalam sebuah kisah digambarkan beberapa orang Badui datang kepada Nabi SAW dan berkata, "Apakah Anda mencium anak-anak Anda?", dan dijawab Rasul, "Ya".
Mereka lanjut berkata, "Tapi kami, demi Allah, tidak pernah mencium (anak-anak kami)”. Mendengar itu, Nabi SAW berkata, "Apa yang bisa saya lakukan jika Allah telah mengambil rahmat dari Anda?" (Sunan bin Majah).
"Nabi SAW adalah ayah dan kakek yang sangat penyayang. Dia menunjukkan kasih sayang kepada anak-anak di masyarakat dan tidak ragu untuk membuat mereka merasa istimewa dan dicintai," tulis Habeeba Husain.
Apa yang dilakukan Rasulullah SAW ini sangat bertolak belakang dengan laki-laki pada masanya, yang menganggap menunjukkan kelembutan kepada keluarga dan anak-anak bukanlah ciri maskulin.
Orang Badui dalam kisah di atas sebenarnya menyombongkan diri untuk tidak mencium anak-anak, karena mereka sering dilihat sebagai komoditas belaka dan bertindak kasar lebih sesuai dengan gambaran “menjadi laki-laki”. Sementara, Nabi malah menyoroti menunjukkan belas kasihan dan kasih sayang kepada anak-anak memang jalan yang lebih baik untuk diambil.
Terakhir, dengarkan setiap perkataan anak dan jangan mengabaikan perasaannya. Pada suatu ketika, adik dari Anas bin Malik, Abu Umair, kehilangan burung peliharaannya yang bernama Nughayr. Setelah melihat kesusahan anak itu, Nabi SAW menghibur anak muda itu dan bertanya tentang hewan peliharaannya. (HR Bukhari)
Di sini, terlihat contoh Nabi SAW mengambil tindakan yang sangat perhatian untuk membantu seorang anak kecil, sementara banyak orang dewasa akan menepis situasi yang tampaknya "sepele". Hubungan semacam ini dapat membangun kepercayaan, komunikasi terbuka dan validasi bagi anak.