Memahami Makna Hidayah
Dengan hidayah, manusia bisa memilah antara kebaikan dan keburukan.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seseorang dikatakan telah mendapatkan hidayah dari Tuhan ketika ia berubah sikap atau berhenti sebagai pencuri atau profesi apapun yang tercela. Agar pemahaman kita benar tentang hidayah ini, kita sebagai seorang Muslim harus memahami bahwa hidayah dalam Alquran sedikitnya mempunyai tiga makna.
Pertama, hidayah al-khalqi, yaitu hidayah yang datang bersama penciptaan manusia. Yang dimaksud dalam hidayah ini adalah akal manusia yang memiliki kemampuan untuk berfikir dan memahami sesuatu.
Melalui akalnya inilah manusia memiliki kebebasan berkehendak atau memilih. Bersamaan dengan diberinya hidayah ini, Allah SWT juga memberikan potensi baik dan buruk pada manusia sebagai konsekuensi kebebasan berkendak atau memilih.
Seperti dalam firman-Nya pada surah as-Syams ayat 8, “Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya."
Makna hidayah ini bahwa manusia diberi kemampuan mengenal dan membedakan kebaikan dan keburukan. Kemampuan ini sesungguhnya diberikan Allah SWT kepada semua manusia melalui kecerdasan intelektualnya maupun melalui informasi dari para Nabi dan Rasul Allah.
Mari kita perhatikan firman-Nya dalam surah Fushshilat ayat 17, "Dan adapun kaum Tsamud, mereka telah Kami beri petunjuk tetapi mereka lebih menyukai kebutaan (kesesatan) daripada petunjuk itu, maka mereka disambar petir sebagai azab yang menghinakan disebabkan apa yang telah mereka kerjakan."
Terhadap kaum Tsamud, mereka telah diberi petunjuk untuk mencapai jalan kebaikan dengan mengutus Nabi Saleh. Sebagai bukti kebenaran risalahnya, kepada Nabi Saleh diberi mukjizat berupa unta yang tidak boleh disembelih, tetapi mereka lebih menyukai kebutaan atau kesesatan yang disebabkan kebutaan mata hati, daripada petunjuk yang telah disampaikan itu. Maka, mereka disambar petir dan halilintar sebagai azab.
Disambung dengan surah Maryam ayat 36, "Sesungguhnya Allah adalah Tuhanku dan Tuhanmu maka beribadalah kepada-Nya. Inilah jalan yang lurus."
Dengan uraian di atas, semoga kita bisa memperoleh hidayah menuju jalan yang lurus.
Kedua, hidayah al-irsyad wa al-bayan, yaitu hidayah yang diturunkan Allah SWT dengan diturunkannya Alquran dan diutusnya Rasulullah SAW kepada seluruh manusia. Hal ini berfungsi sebagai tuntunan bagi manusia dalam melaksanakan tugas di dunia sebagai wakil Allah SWT.
Sebagaimana firman-Nya pada surah ash-Shaff ayat 9, "Dia-lah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk (Alquran) dan agama yang benar agar Dia memenangkannya di atas segala agama meskipun orang-orang musyrik benci."
Makna hidayah ini berupa peningkatan kualitas hidup manusia yang terus membaik dari waktu ke waktu. Kualitas hidup itu meliputi kualitas iman, ilmu, dan kualitas kerja. Hal ini karena adanya petunjuk yang diturunkan Allah SWT dan Rasulullah SAW.
Ketiga, hidayah at-taufiq, sebelumnya kita simak dulu firman-Nya dalam surah al-An’am ayat 125, "Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) islam. Dan barangsiapa yang dihendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman."
Kemudahan yang datang dari Allah SWT ketika seseorang menjalankan perintah untuk menaati-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Maka Allah pun akan memberikan taufik kepadanya agar dapat menjalankan ketaatan itu dengan lebih mudah.
Makna hidayah ini berupa pencerahan jiwa. Orang yang memperoleh hidayah dalam bentuk ini mencapai tingkat kesempurnaan dan kematangan jiwa. Pikiran dan jiwanya menjadi terang, bahkan seluruh hidupnya menjadi terang benderang karena pencahayaan Ilahi yang tidak pernah putus.
Hidayah tersebut di atas sungguh penting dan amat menentukan kualitas hidup manusia. Oleh sebab itu, kaum Muslim diperintahkan agar mencari dan menggapai petunjuk Allah SWT itu.
Setidaknya, 17 kali dalam sehari semalam, mereka harus membaca doa ini, "(Ya Allah), tunjukkan kami ke jalan-(Mu) yang lurus." (QS al-Fatihah: 6).
Tanpa petunjuk-Nya, kita bisa sesat jalan dan terjerembab ke jurang kebinasaan. Memohon agar diberi petunjuk, maka seharusnya pikiran kita dalam suasana yang jernih. Dengan pikiran yang kusut dan hati yang gundah akan sulit menerima petunjuk.
Ini penting bagi orang-orang yang berpegang teguh kepada Allah SWT dan bukan mengikuti dorongan hawa nafsu, berarti ia telah diberikan petunjuk ke jalan yang lurus. Coba simak firman-Nya pada surah Ali-Imran ayat 101, "Dan barangsiapa yang berpegang teguh pada Allah, maka sesungguhnya dia diberi petunjuk ke jalan lurus."