Puji Pembebasan Pilot Susi Air Philip M Mehrtens, Wasekjen MUI Kutip 2 Ayat Alquran

Pembebasan sandera diyakini sebagai jalan menuju perdamaian berikutnya

Dok Republika
Suasana pelepasan Kapten Philip Mark Mehrtens di Nduga pada Sabtu (21/9/2024).
Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA—Wasekjen MUI Bidang Ukhuwah Islamiyah, KH Arif Fahrudin menyatakan rasa syukurnya sekaligus menyampaikan apresiasi yang tinggi kepada pihak-pihak yang sudah terlibat secara aktif dan gigih atas keberhasilan proses negosiasi pembebasan Philip Mark Mehrtens, pilot Susi Air yang disandera kelompok separatis bersenjata di Papua selama hampir 19 bulan.

Apresiasi yang tinggi diberikan kepada pemerintah, TNI, Polri, tokoh Adat Papua, dan tokoh Gereja Papua. Respek juga diberikan kepada Egianus Kogeya pimpinan milisi Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) Kabupaten Nduga, Papua Pegunungan. Egianus Kogeya dan milisinya sudah tepat beritikad baik dalam bernegosiasi tanpa menggunakan kekerasan.

Menurut Arif, ini menjadi preseden positif bagi upaya perdamaian di Papua. Ini adalah asa semakin hilangnya kabut memoria passionis menuju memoria metanoia.

Dari dominasi pikiran-pikiran tidak obyektif terhadap Papua berupa memori kelam menuju memori komitmen kebaikan di jalan Tuhan dalam koridor taat hukum di wilayah negara kesatuan Republik Indonesia.

Philip Mark Mehrtens merupakan pilot Susi Air asal Selandia Baru yang disandera kelompok separatis bersenjata di Papua selama 1,5 tahun. Diketahui Mehrtens diculik di Bandara Nduga pada 07/02/2023 dan pesawat yang dipilotinya dibakar di Lapangan Terbang Paro, Nduga, Papua Pegunungan.

Kiai Arif yang juga pimpinan MUI Korwil Papua ini, mengutip keterangan tertulis dari Satgas Operasi Damai Cartenz gabungan TNI-Polri, Pemerintah Republik Indonesia telah melakukan berbagai upaya untuk membebaskan Kapten Philip.

Kaops Damai Cartenz 2024, Brigjen Pol Dr. Faizal Ramadhani, menyatakan bahwa Satgas Operasi Damai Cartenz 2024 selama ini lebih mengutamakan pendekatan secara persuasif dan damai. Pendekatan yang dilakukan adalah melalui tokoh agama, tokoh gereja, tokoh adat dan keluarga dekat dari Egianus Kogeya.

Pendekatan ini penting dilakukan untuk meminimalkan jatuhnya korban jiwa baik dari aparat, masyarakat sipil dan sekaligus menjaga keselamatan dari pilot itu sendiri.

BACA JUGA: Saat Hizbullah Dihajar Habis-habisan, ke Mana Iran dan Balas Dendamnya yang Dinantikan?

Kiai Arif merefleksikan hal ini dengan Alquran surat An-Nisa ayat 114. “Tidak ada kebaikan pada banyak pembicaraan rahasia mereka, kecuali (pada pembicaraan rahasia) orang yang menyuruh bersedekah, (berbuat) kebaikan, atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Siapa yang berbuat demikian karena mencari rida Allah kelak Kami anugerahkan kepadanya pahala yang sangat besar.”

Dia menjelaskan, dalam konteks penguatan damai di Papua, ayat di atas memberikan inspirasi kepada kita perihal kunci memperkuat kedamaian dan kemaslahatan yang sangat tinggi nilainya.

Pertama, adanya kebijakan dan perilaku saling memberi kebaikan. Saling memberi kebaikan di sini tentu diharapkan tidak hanya oleh satu pihak saja. Namun semua pihak di Papua hendaknya memiliki itikad bersama untuk kebaikan dan kemajuan Papua.

 

Dalam hal ini pemerintah, tokoh adat, tokoh gereja, tokoh agama, dan juga para pegiat kemanusiaan di Papua hendaknya mendahulukan kepentingan rakyat Papua untuk semakin baik dan maju dalam segala aspeknya. Memastikan keselamatan seseorang yang tidak berdosa dan tidak bersalah adalah kewajiban seluruh masyarakat Indonesia termasuk rakyat Papua.

“Pembebasan pilot Philip bisa diartikulasikan sebagai turunnya berkat Tuhan berupa kebaikan dan terhindar dari pertikaian dan pertumpahan darah di Papua akibat aksi penyanderaan,” kata dia.

Kedua, menjaga kondite untuk senantiasa berperilaku baik. Hendaknya kelompok separatis Papua tidak mempertontonkan aksi kekerasan terhadap generasi masa depan rakyat Papua.

Di antaranya adalah aksi penyanderaan terhadap mereka yang tak bersalah, aksi teror dan ancaman kekerasan bersenjata. Biarkanlah pemerintah Indonesia berdaulat untuk menyelesaikan dinamika permasalahan yang ada untuk diselesaikan dengan cara-cara yang baik dan konstitusional khas Nusantara seperti musyawarah, saling memahami dan menghormati rakyatnya sendiri.

“Kelompok separatis tidak memiliki otoritas untuk menentang kedaulatan hukum negara Indonesia,” ujar dia.

Oleh karenanya, Kiai Arif menyebut bebasnya Philip ini menjadi preseden positif bahwa kesepahaman dan itikad bersama untuk Papua damai masih terbentang. Menjelang pelantikan pemimpin baru bangsa Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto, pembebasan Philip Mehrtens bisa menjadi babak baru dari memoria passionis menuju memoria metanoia, yaitu dari jubelan memori kelam menuju komitmen perdamaian sebagaimana firman Allah SWT.

“…dan damaikanlah di antara sesama saudara kalian…” (QS. Al-Hujurat:10).

Baca Juga


Ketiga, saling mendamaikan dalam setiap pertentangan atau konflik. Pembebasan Philip Mehrtens menjadi babak baru bahwa melindungi jiwa dan nyawa manusia tak berdosa di negara Indonesia hendaknya diletakkan dalam posisi teratas untuk melepaskan segala ego kelompok demi nama baik negara di mata dunia.

“Posisi ini menggambarkan telah ditinggalkannya ego kuasa dan ego berbasis hak. Milisi Egianus Kogeya telah melepaskan ego kuasa sandera terhadap Philip,” tutur dia.

Pemerintah Indonesia juga telah melepaskan ego kuasa penegakan tindakan militer dan lebih mengedepankan pendekatan negoisasi tanpa senjata kepada kelompok penyandera.

BACA JUGA: Israel Tebar Selebaran Berbahasa Arab untuk Warga Lebanon, Begini Isinya

Dia mengatakan, sekiranya dua hal tersebut yaitu ego kuasa dan ego hak terus berkobar, niscaya kebaikan dan kemaslahatan negara tidak tercapai. Karena kemaslahatan bangsa hanya dapat tercapai jika masing-masing kelompok lebih mengedepankan kepentingan bersama, yaitu kepentingan nama baik Indonesia, dan kepentingan menjaga suasana damai di Papua.

Jika kepentingan-kepentingan tersebut lebih diprioritaskan, niscaya masa depan kedamaian di Papua menjadi lebih utuh, komprehensif dan menjadi modal sangat berharga bagi upaya pemerintah Indonesia mewujudkan kebijakan pemajuan dan penyejahteraan rakyat Papua.

“Sehingga strategi pembangunan untuk Papua cerdas, Papua sehat, dan Papua sejahtera secara signifikan dapat tercapai untuk kemaslahatan seluruh rakyat Indonesia,” kata dia berharap.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler