Menlu AS Bicara Serangan Israel yang Sebabkan Pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah Syahid

Hassan Nasrallah syahid dalam serangan udara Israel di pinggiran Beirut.

EPA-EFE/HAIM TZACH/GPO
Foto oleh Kantor Pers Pemerintah Israel (GPO) menunjukkan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu (kanan) saat melakukan pertemuan dengan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken (kiri).
Red: Mas Alamil Huda

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK - Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken pada Sabtu (28/9/2024) menyerukan jalan menuju diplomasi saat Israel meningkatkan serangannya di Lebanon. Blinken kepada wartawan dalam konferensi pers di sela-sela Sidang Umum PBB di New York, juga memperingatkan, baik Israel maupun Hizbullah untuk "berhenti saling tembak."

Baca Juga


"Hal terpenting yang dapat dilakukan melalui diplomasi adalah mencoba terlebih dahulu menghentikan tembak-menembak di kedua pihak, dan kemudian menggunakan waktu dari gencatan senjata itu untuk melihat apakah kita dapat mencapai kesepakatan diplomatik yang lebih luas," kata Blinken.

"Jalan menuju diplomasi mungkin tampak sulit dilihat saat ini, tetapi itu ada, dan menurut penilaian kami, itu sangat diperlukan. Kami akan terus bekerja keras dengan semua pihak untuk mendesak mereka memilih jalur tersebut," tambahnya.

Blinken menggambarkan eskalasi terbaru di Timur Tengah sebagai "momen genting". Dia menekankan bahwa "keputusan yang diambil semua pihak dalam beberapa hari mendatang akan menentukan arah wilayah ini, dengan konsekuensi besar bagi rakyatnya saat ini dan mungkin selama bertahun-tahun ke depan."

Dia menekankan bahwa salah satu jalannya adalah melakukan diplomasi dan mencapai gencatan senjata di sepanjang perbatasan Israel-Lebanon. Sementara jalur lainnya mengarah pada lebih banyak konflik, kekerasan, penderitaan, serta ketidakstabilan dan ketidakamanan yang lebih besar.

Blinken juga menyatakan bahwa AS akan mengambil setiap langkah untuk melindungi personel dan kepentingan Amerika di wilayah tersebut. Ia menegaskan kembali posisi pemerintahan Presiden Joe Biden bahwa AS masih mengumpulkan informasi terkait serangan militer Israel baru-baru ini di Beirut bagian selatan pada Jumat.

Persenjataan Hizbullah - (CSIS)

Kekejian Israel di Lebanon.. baca di halaman selanjutnya.

Israel telah menghantam Lebanon sejak Senin (23/9/2024) pagi, menewaskan lebih dari 700 orang dan melukai hampir 2.200 lainnya, menurut angka yang dirilis oleh Kementerian Kesehatan Lebanon. Kementerian tersebut juga menyebutkan bahwa jumlah korban tewas di Lebanon sejak Oktober tahun lalu telah mencapai 1.540 orang, dan lebih dari 77 ribu orang telah mengungsi dari wilayah selatan dan timur negara itu.

Hizbullah dan Israel telah terlibat dalam perang lintas perbatasan sejak dimulainya perang Israel di Gaza, yang telah menewaskan lebih dari 41.500 orang, sebagian besar wanita dan anak-anak, setelah serangan lintas perbatasan oleh Hamas pada 7 Oktober tahun lalu.

Hizbullah pada Sabtu (28/9/2024) mengumumkan gugurnya pemimpin tertingginya, Hassan Nasrallah. Syahidnya sekjen Hizbullah itu dipastikan akibat apa yang mereka sebut sebagai "serangan Zionis licik" di pinggiran selatan Beirut.

Hizbullah, dalam sebuah pernyataan mengatakan "Seyyed Hassan Nasrallah, Sekjen Hizbullah, telah bergabung dengan rekan-rekannya yang hebat dan abadi yang menjadi martir, yang jalannya ia pimpin selama sekitar tiga puluh tahun, menjadi martir di jalan menuju Yerusalem dan Palestina."

Pernyataan itu menekankan kepemimpinan Nasrallah selama beberapa dekade dalam perlawanan terhadap Israel, mencatat bahwa dedikasinya terhadap perjuangan pembebasan Palestina menentukan hidupnya dan sekarang “kemartirannya.”

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler