Marak Hukuman Guru Hingga Siswa Meninggal, Pakar: Sekecil Apapun Perlu Dihindari

Guru harus menjadi teladan.

ANTARA FOTO/Angga Budhiyanto
Ilustrasi siswa belajar.
Rep: Muhyiddin Red: Erdy Nasrul

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Belakangan ini marak oknum guru atau pendamping yang menghukum siswanya hinggaa menimbulkan keamatian. Kasus ini setidaknya terjadi di dua tempat, yaitu di Blitar dan Deli Serdang. Kasus ini pun menjadi sorotan kalangan akademisi.

Baca Juga


Pakar pendidikan Islam dari UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Prof Sri Sumarni mengatakan, sebenarnya dalam dunia pendidikan, hukuman sekecil apapun itu perlu dihindari.

"Hukuman itu sekecil apapun itu perlu dihindari karena hukuman sendiri itu menimbulkan rasa dendam ya," ujar Sri saat dihuhungi Republika pada Selasa (1/9/2024).

Jika anak sudah dendam, lanjut dia, maka ketika diberikan pelajaran atau contoh kebaikan itu akan susah diterimanya. "Karena hati anak yang jengkel, hati anak yang dongkol, hati anak yang dendam itu menutup ilmu, menutup nilai-nilai yang akan masuk pada diri anak itu," ucap dia.

"Sehingga di dalam dunia pendidikan, kalau bisa kita minimalisir hukuman dan memperbanyak hadiah, karena hadiah itu sekecil apapun bisa menyenangkan," kata Guru Besar Bidang Ilmu Pendidikan ini.

Karena dalam teori Albert Bandura, menurut dia, sesuatu yang menyenangkan itu akan menjadikan anak mengulang-ulang perilakunya. Kalau anak itu dikasih hadiah sedikit, kemudian dia senang, maka perilaku itu akan terus diulang-ulang. Apalagi kalau perilaku itu perilaku kebaikan.

"Dan hadiah itu tidak harus materi ya, pujian, kemudian sapaan yang hangat, tepuk-tepuk pundaknya sambil kasih jempol, itu sebenarnya sudah merupakan pujian. Dan pujian sekecil apapun itu kalau perlu sering dikasihkan, diberikan kepada anak agar anak senang. Dan kalau senang terus-menerus dia akan mengulang-ulang perilakunya," jelas Sri.

Seperti diketahui, hukuman yang diberikan oleh oknum guru terhadap murid di lingkungan sekolah yang memicu siswa terbunuh masih sering terjadi . Peristiwa ini menjadi indikator rendahnya literasi dampak kekerasan di kalangan pendidik.

Baru-baru ini, dua orang siswa dari sekolah berbeda kembali meninggal dunia akibat aksi disiplinan yang dilakukan oleh oknum guru. Korban pertama bernama Rindu Syahputra Sinaga (14 tahun) siswa SMP Negeri 1 STM Hilir Deli Serdang, Sumatera Utara yang meninggal sepekan setelah disuruh squat jam 100 kali oleh gurunya.

Sedangkan korban kedua berinisial KAF (13 tahun) dari MTs Blitar diberitakan juga meninggal dunia setelah dilempar kayu di bagian kepala oleh gurunya karena telat shalat dhuha. Namun, Direktur Guru dan Tenaga Kependidikan Madrasah, Ditjen Pendidikan Islam, Kementerian Agama (Kemenag) RI, Thobib Al Asyhar menyebut, perlaku bukanlah seorang guru MTs tersebut.

"Pelaku pelemparan kayu bukan guru MTs. Ini sepenuhnya kami serahkan kepada pihak berwajib untuk diproses secara hukum," kata Thobib. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler