Potensi Industri Halal Bisa Sampai 11,2 Triliun Dolar AS, di Mana Posisi Indonesia?

Potensi besar industri halal belum semuanya dimaksimalkan.

Republika/Prayogi
Pengunjung melihat produk yang dijual dalam acara BSI International Expo 2024 di Jakarta Convention Center (JCC), Senayan, Jakarta, Kamis (20/6/2024). BSI International Expo 2024 merupakan acara berskala International sebagai wujud komitmen untuk terus mendorong perkembangan ekosistem keuangan syariah dan gaya hidup halal. Selama gelaran ini, BSI menargetkan jumlah transaksi sebesar Rp1 triliun dan 20.000 pengunjung. Mengusung tema Connecting You to Halal Lifestyle Ecosystem, acara tersebut digelar pada 20-23 Juni 2024.
Rep: Muhammad Nursyamsi Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dosen Program Studi Bisnis dan Manajemen, Universiti Brunei Darussalam (UBD) Mohammad Nabil Almunawar mengatakan industri halal bukan hanya menjadi isu bagi negara-negara dengan penduduk mayoritas Muslim, melainkan sudah menjadi isu global. Nabil menyampaikan banyak negara-negara yang notabene bukan negara Muslim justru menjadi produsen industri halal dunia, seperti Brasil hingga Australia. 

Baca Juga


"Pangsa pasar industri halal itu besar sekali. Bayangkan dua miliar penduduk Muslim itu 25 persen total penduduk dunia. Tentu memerlukan produk makanan dan minuman hingga fashion halal," ujar Nabil dalam diskusi publik Indef bertajuk 'Penguatan Ekosistem Halal untuk Masa Depan Ekonomi dan Keuangan Syariah' di Jakarta, Jumat (4/10/2024).

Nabil menyampaikan nilai pasar industri halal dunia pada 2020 sebesar 7,2 triliun dolar AS pada 2020 dan diperkirakan mencapai 11,2 triliun dolar AS pada 2028. Nabil menyebut ceruk besar ini belum dapat dioptimalkan negara-negara dengan penduduk mayoritas Muslim, tak terkecuali Indonesia. 

"Yang menikmati kue dari pasar yang besar ini sebagian besar dari negara-negara non-Muslim. Indonesia memang memproduksi juga tapi kecil dan masih menjadi konsumen," ucap Nabil. 

Nabil menyampaikan industri halal global mengalami perkembangan cukup pesat dalam beberapa tahun terakhir. Banyak negara melihat industri halal sebagai sumber pertumbuhan ekonomi baru yang potensial. 

Nabil mencatat jumlah permintaan produk halal terus meningkat seiring pertumbuhan populasi umat Muslim dunia. Nabil menyebut industri makanan dan minuman halal menjadi sektor dengan permintaan tertinggi sebesar 43 persen dibandingkan sektor industri halal lain seperti keuangan, fashion, pariwisata, hingga media. 

"Ini menjadi tantangan sekaligus peluang bagi Indonesia," sambung Nabil. 

Nabil menyebut Indonesia selalu menjadi incaran sebagai target pasar karena populasi muslim yang besar dan tingginya kesadaran untuk mengkonsumsi produk halal. Nabil mendorong pemerintah lebih memperkuat ekosistem industri halal agar Indonesia tak terus menerus menjadi konsumen produk halal dunia. 

"Populasi Muslim Indonesia itu 237 juta atau 12,5 persen populasi Muslim dunia. Kontribusi industri makanan dan minuman di Indonesia itu 38,42 persen atau terbesar di luar nonmigas dan berkontribusi 6,66 persen terhadap PDB. Sinergi dan kolaborasi jadi kunci utama untuk meningkatkan industri halal, khususnya makanan dan minuman halal Indonesia," kata Nabil. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler