Rupiah Loyo ke Level Rp 15.400-an, Apa Pasal?
Pada perdagangan sebelumnya, rupiah berada di Rp 15.428 per dolar AS.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar mata uang rupiah tergelincir menuju level Rp 15.400-an. Mata uang Garuda ditutup melemah 56,50 poin atau 0,37 persen menjadi Rp 15.485 per dolar AS pada penutupan perdagangan Jumat (4/10/2024). Pada perdagangan sebelumnya, rupiah berada di Rp 15.428 per dolar AS.
"Fokus investor tertuju pada laporan utama penggajian nonpertanian AS yang akan dirilis hari ini, yang akan memberikan petunjuk lebih lanjut tentang prospek suku bunga The Fed serta meningkatnya ketegangan di Timur Tengah membuat pasar gelisah," kata Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi Direktur dalam keterangannya, Jumat (4/10/2024).
Ibrahim menjelaskan, serangkaian rilis data minggu ini menunjukkan bahwa ekonomi AS masih dalam kondisi solid, setelah aktivitas sektor jasa negara itu melonjak ke level tertinggi 1-1/2 tahun pada September di tengah pertumbuhan yang kuat dalam pesanan baru. Sementara laporan terpisah dari Departemen Tenaga Kerja pada Kamis menunjukkan pasar tenaga kerja meluncur pada akhir kuartal ketiga.
"Hal itu membuat para pedagang mengurangi taruhan tentang pemotongan suku bunga 50 basis poin lagi oleh Fed bulan depan, dengan kontrak berjangka menunjukkan peluang hanya 35 persen dari skenario seperti itu," ujar dia.
Ibrahim melanjutkan pasca serangan Iran ke Israel sebelumnya, AS sedang mendiskusikan apakah akan mendukung serangan Israel terhadap fasilitas minyak Iran sebagai balasan atas serangan rudal Teheran terhadap Israel, kata Presiden Joe Biden pada hari Kamis. Sementara militer Israel menyerang Beirut dengan serangan udara baru dalam pertempurannya melawan kelompok bersenjata Lebanon, Hizbullah.
Sementara itu, sentimen internal pelemahan rupiah adalah diantaranya deflasi yang terjadi selama lima bulan berturut-turut sejak Mei. Itu mengindikasikan terjadinya pelemahan daya beli masyarakat.
"Pasar terus mengamati deflasi yang terjadi selama lima bulan berturut-turut sejak Mei hingga September 2024 memperlihatkan dengan jelas masyarakat kelas menegah (pekerja) sudah tidak punya uang lagi untuk berbelanja. Oleh karena itu, permintaan bank sentral Indonesia agar masyarakat lebih banyak belanja untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di atas 5 persen mustahil terwujud. Pasalnya, hampir semua sektor industri melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK), yang bakal berimbas pada anjloknya daya beli," jelasnya.
Kementerian Ketenagakerjaan mencatat sebanyak 53.993 tenaga kerja terkena PHK per 1 Oktober 2024. Ribuan orang yang di-PHK, sebagian besar berasal dari sektor manufaktur. Tiga provinsi dengan angka PHK terbesar adalah Jawa Tengah, Banten, dan Jakarta. Dan di predikisi sampai akhir tahun angka PHK akan melonjak lebih dari 75 ribu, sebab mulai banyak perusahaan dinyatakan pailit atau akhirnya pindah ke daerah lain yang upah minimumnya lebih kecil.
Selain itu juga, Ibrahim melanjutkan, terjadi kondisi minimnya lapangan kerja di sektor padat karya. Di tengah membludaknya PHK, pembukaan lapangan pekerjaan baru di sektor padat karya dalam lima tahun terakhir juga nyaris tidak ada. Padahal sektor ini menjadi andalan untuk menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar, sehingga diharapkan bisa melahirkan apa yang disebutnya sebagai warga kelas menengah.
Data BPS menunjukkan 9,48 juta warga kelas menengah Indonesia justru turun kelas dalam lima tahun terakhir, menjadi hanya 47,85 juta. Situasi tersebut tak lepas dari kebijakan pemerintah yang lebih menggenjot investasi di sektor padat modal seperi tambang ketimbang padat karya yang membuka lapangan kerja baru.
Ibrahim melanjutkan mengenai faktor tingginya suku bunga. Walaupun Bank Indonesia (BI) akhirnya memangkas suku bunga acuan pada September 2024 menjadi 6 persen dari sebelumnya 6,25 persen, demi menjaga penguatan atau stabilitas nilai tukar rupiah.
Namun uang yang beredar di masyarakat jadi lebih mahal dan bukan berarti bisa mengurangi lonjakan deflasi di bulan-bulan mendatang. Sebab, PHK massal dan tak adanya lapangan kerja baru belum sepenuhnya teratasi. Konsekuensinya, daya beli masyarakat juga belum akan membaik.
"Untuk perdagangan Senin depan (7/10/2024), mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah direntang Rp 15.470 - Rp 15.580 per dolar AS," tutupnya.