Geliat Ekonomi Distrik Salawati Berkat BBM Satu Harga

Warga terpencil berkesempatan mendapatkan BBM dengan harga yang sama.

Republika/Friska
Petugas SPBU BBM 1 Harga tengah mengisi bahan bakar kendaraan bermotor pelanggan di Kampung Sakabu, Distrik Salawati Tengah, Kabupaten Raja Ampat, Provinsi Papua Barat Daya, Jumat (13/9/2024).
Rep: Friska Yolandha Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Shesa (17 tahun) hendak pulang ke rumahnya. Namun, di tengah perjalanan, ia melihat indikator kendaraannya sudah berkedip-kedip. Ia pun memutuskan untuk melipir sejenak ke Stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) Satu Harga yang ada di wilayah tempat tinggalnya.

Baca Juga


Irfan Effendi, petugas SPBU 1 H Kalobo R4 dengan sigap melayani Shesa dan menuangkan satu liter BBM jenis pertalite ke sepeda motor Honda Beat pelajar Madrasah Aliyah tersebut. Shesa menyerahkan uang Rp 10 ribu dan kembali melanjutkan perjalanannya.

Tak jauh dari lokasi, Murniati (50) tengah sibuk melayani pembeli di toko kelontongnya. Sementara suaminya, Anwar Patar Batubara (56), tengah berkutat dengan satu biji kelapa muda yang merupakan pesanan pelanggan.

Sudah hampir empat tahun Kampung Sakabu, Distrik Salawati Tengah, Kabupaten Raja Ampat, memiliki SPBU Satu Harga. SPBU ini merupakan satu-satunya di wilayah tersebut. Beroperasi sejak Oktober 2021, SPBU Satu Harga ini melayani warga di Pulau Kalobo hingga Batanta yang berjarak hampir 50 kilometer.

Kehadiran SPBU ini sangat dinanti masyarakat setempat. Pasalnya, warga tidak perlu jauh menyeberang lautan untuk mendapatkan BBM dengan harga yang sama dengan daerah lainnya.

"Sangat menolong kami di sini karena mendapatkan harga BBM lebih murah," kata Shesa saat ditemui Republika di Raja Ampat, Jumat (13/9/2024).

Sebelum ada SPBU Satu Harga, ia membeli BBM di pengecer atau warung-warung. Satu liter ia bayar mulai dari Rp 12 ribu hingga Rp 15 ribu.

Selama ini, BBM di wilayah Raja Ampat dipasok dari Sorong melalui pengecer mandiri. Mereka membeli BBM di pangkalan dan membawanya ke daerah masing-masing. Hal inilah yang membuat konsumen terpaksa membayar lebih mahal.

Petugas SPBU BBM 1 Harga tengah mengisi bahan bakar di Kampung Sakabu, Distrik Salawati Tengah, Kabupaten Raja Ampat, Provinsi Papua Barat Daya, Jumat (13/9/2024). - (Republika/Friska)
 

Dengan hadirnya SPBU Satu Harga, warga pun akhirnya merasakan harga BBM yang sama dari Sabang sampai Merauke.

"Semoga ada lebih banyak SPBU di sini untuk memudahkan konsumen mengakses BBM," kata Shesa.

Penanggungjawab BBM Satu Harga Kalobo, Zainudin Majid, mengatakan SPBU Satu Harga melayani konsumen dari berbagai segmen, mulai dari pekerja, petani, hingga nelayan.

SPBU ini mendapatkan kuota pertalite 85 kiloliter per bulan. Sementara, kuota Bio solar sebanyak 39 kiloliter. "Semua itu disuplai dari Sorong," katanya pada kesempatan berbeda.

Menurutnya, kuota yang ditentukan Pertamina sejauh ini masih mencukupi untuk kebutuhan wilayah tersebut. Rata-rata, SPBU Satu Harga Kalobo menjual tiga sampai empat ton BBM setiap harinya.

Program BBM Satu Harga

Program BBM Satu Harga diluncurkan pada 2017 yang bertujuan agar masyarakat di wilayah 3T atau tertinggal, terdepan, terluar dapat menikmati BBM bersubsidi dengan harga yang sama dengan masyarakat di wilayah lain. Berdasarkan catatan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), sampai akhir 2023, terdapat 512 lembaga penyalur BBM Satu Harga.

Lembaga tersebut tersebar di beberapa kepulauan terpencil di Indonesia. Wilayah Papua dan Maluku memiliki jumlah lembaga penyalur terbanyak, yaitu 175 lembaga penyalur, disusul oleh daerah di Kepulauan Kalimantan dengan 108 lembaga penyalur, dan Kepulauan Nusa Tenggara dengan 94 lembaga penyalur.

Petugas SPBU BBM 1 Harga tengah mengisi bahan bakar ke jerigen milik warga Kampung Sakabu, Distrik Salawati Tengah, Kabupaten Raja Ampat, Provinsi Papua Barat Daya, Jumat (13/9/2024). - (Republika/Friska)
 

Area Manager Comm, Rel & CSR Pertamina Patra Niaga Regional Papua Maluku Edi Mangun mengatakan, BBM Satu harga di Provinsi Papua Barat Daya tersebar di 36 titik, yaitu 17 titik di Kabupaten Maybrat, 7 titik di Kabupaten Raja Ampat, 6 titik di Kabupaten Sorong Selatan, dan 6 titik di Kabupaten Tambrauw.

"Pelayanan BBM Satu Harga di sini (Salawati) cukup luas hingga ke lokasi transmigrasi," katanya.

Dampak ekonomi

Kehadiran SPBU Satu Harga ternyata tak hanya berdampak pada konsumen tetapi juga ekonomi wilayah tersebut secara keseluruhan. Selain mempercepat pergerakan orang dan barang, SPBU Satu Harga juga meningkatkan perekonomian masyarakat.

Hal ini pula yang dirasakan oleh Anwar. Pemilik toko kelontong dan penginapan di Kalobo tersebut mengaku omzetnya naik cukup pesat sejak SPBU Satu Harga beroperasi.

"Ketika mendengar mau dibangun SPBU, saya langsung bangun warung, kebetulan kami punya tanah persis di sebelah SPBU," ujar Anwar.

Pria asal Porsea, Kabupaten Toba, Sumatra Utara, itu mengatakan warung tersebut dibangunnya tak lama setelah SPBU Satu Harga dibangun. Dari yang hanya sepetak warung, Anwar kini juga memiliki penginapan yang bisa dimanfaatkan oleh pendatang dan wisatawan.

Tidak sedikit orang yang mampir ke warungnya usai mengisi BBM di lokasi tersebut. Pun ramai wisatawan yang menyewa kamarnya saat menjelajahi Papua.

"Kehadiran SPBU sangat terasa manfaatnya bagi kami, tidak hanya yang beli BBM tapi juga perekonomian daerah setempat," ujar pria yang merantau ke Papua pada 1986 tersebut.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler