Kisah Desa Qana: Dibombardir Israel pada 1996, 2006, dan 2024
Israel terus melakukan penghancuran di Lebanon.
REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT – Serangan Israel telah menewaskan sedikitnya 15 orang di Desa Qana, Lebanon selatan. Israel sebelumnya menyerang kota itu pada 1996 dan 2006, menewaskan banyak warga sipil.
Belum ada komentar langsung dari militer Israel mengenai serangan di Qana Selasa malam. Pertahanan Sipil Lebanon mengatakan 15 jenazah telah ditemukan dari reruntuhan sebuah bangunan dan upaya penyelamatan masih berlangsung.
Pada 1996, penembakan artileri Israel terhadap kompleks PBB yang menampung ratusan pengungsi di Qana menewaskan sedikitnya 100 warga sipil dan melukai lebih banyak lagi, termasuk empat penjaga perdamaian PBB. Selama perang 2006, serangan Israel terhadap sebuah bangunan tempat tinggal menewaskan hampir tiga lusin orang, sepertiga dari mereka adalah anak-anak. Israel mengatakan pada saat itu bahwa mereka menyerang peluncur roket Hizbullah di belakang gedung.
Sementara itu, Israel menyerang pinggiran selatan Beirut pada Rabu pagi untuk pertama kalinya dalam hampir seminggu. Israel juga melakukan gelombang serangan udara di kota Nabatiyeh di selatan, menargetkan apa yang disebutnya sebagai situs militan Hizbullah yang berada di kalangan warga sipil, tanpa memberikan bukti.
Serangan tersebut menewaskan sedikitnya lima orang dan menghancurkan sebuah gedung kotamadya, menurut Kementerian Kesehatan Lebanon. Walikota kota tersebut, Ahmad Kahil, termasuk di antara korban tewas, kata gubernur provinsi Huwaida Turk kepada The Associated Press. Awal pekan ini, serangan udara Israel menghancurkan kawasan pasar Nabatiyeh yang berusia satu abad.
Serangan di Beirut selatan adalah yang pertama dalam enam hari, dan terjadi setelah Perdana Menteri sementara Lebanon Najib Mikati mengatakan Amerika Serikat telah memberinya jaminan bahwa Israel akan menghentikan serangannya di ibu kota tersebut. Belum ada laporan mengenai korban jiwa.
Hizbullah memiliki kehadiran yang kuat di Beirut selatan, yang dikenal sebagai Dahiyeh, yang juga merupakan kawasan pemukiman dan komersial yang menjadi rumah bagi sejumlah besar warga sipil dan orang-orang yang tidak terafiliasi dengan kelompok militan tersebut.
Militer Israel mengatakan pihaknya menargetkan gudang senjata di bawah bangunan tempat tinggal, tanpa memberikan bukti.
Mereka memasang peringatan evakuasi di platform medos X menjelang serangan, dan mengatakan bahwa mereka menargetkan sebuah bangunan di lingkungan Haret Hreik. Seorang fotografer Associated Press melihat tiga serangan udara di daerah tersebut, yang pertama terjadi kurang dari satu jam setelah pemberitahuan tersebut.
Hizbullah mulai menembakkan roket ke Israel pada 8 Oktober sebagai solidaritas dengan kelompok militan Palestina Hamas, menyusul serangan mendadak Hamas di Israel selatan yang memicu perang di Gaza. Pertempuran tingkat rendah selama setahun di sepanjang perbatasan Israel-Lebanon meningkat menjadi perang habis-habisan pada bulan lalu, dan telah membuat sekitar 1,2 juta orang di Lebanon terpaksa mengungsi.
Sekitar 2.300 orang telah terbunuh akibat serangan Israel di Lebanon sejak Oktober lalu, lebih dari tiga perempatnya terjadi dalam sebulan terakhir, menurut Kementerian Kesehatan Lebanon.
Hingga serangan di Gaza berhenti...
Serangan roket Hizbullah, yang jangkauannya semakin luas dan semakin intens selama sebulan terakhir, telah memaksa sekitar 60.000 warga Israel meninggalkan rumah mereka di wilayah utara. Serangan tersebut telah menewaskan hampir 60 orang di Israel, sekitar setengah dari mereka adalah tentara.
Hizbullah mengatakan mereka akan terus melakukan serangan sampai ada gencatan senjata di Gaza, namun hal ini tampaknya semakin sulit dilakukan setelah berbulan-bulan perundingan yang ditengahi oleh Amerika Serikat, Mesir dan Qatar terhenti.
Israel menginvasi Lebanon awal bulan ini setelah serangan udara menewaskan pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah dan sebagian besar komandan seniornya, dan telah melakukan operasi darat di sepanjang perbatasan. Mereka telah berjanji untuk melanjutkan serangannya sampai warganya dapat kembali dengan selamat ke komunitas di dekat perbatasan.
Israel masih melakukan agresi brutal di Gaza lebih dari setahun setelah serangan Hamas. Israel telah melakukan operasi besar selama lebih dari seminggu di Jabaliya, sebuah kamp pengungsi perkotaan di Gaza utara sejak perang tahun 1948 seputar pembentukan Israel. Pasukan Israel berulang kali kembali ke Jabaliya dan daerah lain setelah mengatakan pejuang Hamas telah berkumpul kembali.
Rumah sakit telah menerima sekitar 350 jenazah sejak serangan dimulai pada Oktober. 6, menurut Dr Mounir al-Boursh, direktur jenderal Kementerian Kesehatan Gaza. Dia mengatakan kepada Associated Press bahwa lebih dari separuh syuhada adalah perempuan dan anak-anak. Banyak jenazah yang masih berada di jalanan dan di bawah reruntuhan, sehingga tim penyelamat tidak dapat menjangkau mereka karena serangan Israel. “Seluruh keluarga telah hilang,” katanya.
Serangan Israel telah menewaskan lebih dari 42.000 orang, menurut Kementerian Kesehatan, lebih dari setengahnya adalah perempuan dan anak-anak. Serangan tersebut telah menyebabkan banyak wilayah hancur dan membuat sekitar 90 persen populasi Gaza yang berjumlah 2,3 juta orang mengungsi, memaksa ratusan ribu orang mengungsi di tenda-tenda yang penuh sesak atau sekolah-sekolah yang berubah menjadi tempat penampungan.