Pesan Nabi Muhammad SAW kepada Pemimpin Agar tidak Menipu Rakyat

Allah SWT mengharamkan surga terhadap pemimpin yang mati dalam keadaan menipu rakyat.

Republika/ Yasin Habibi
Ilustrasi Mencari Pemimpin Umat
Rep: Fuji E Permana Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menipu adalah penyakit buruk dan kronis jika ia telah merasuki tubuh masyarakat Muslim. Jika menipu telah menjangkiti tubuh masyarakat, ketahuilah ia mulai menggerogoti anggota badannya dan meretakkan struktur bangunannya. Maka, akibatnya adalah kerugian yang besar.

Abu Hurairah Radiyallahu anhu berkata Nabi Muhammad SAW pernah melewati seonggok makanan, lalu beliau memasukkan tangan ke dalamnya. Namun, jari-jarinya merasakan ada yang basah.

Maka Rasulullah SAW bertanya, "Apakah ini wahai pemilik makanan?" Pemilik makanan menjawab, "Ia terkena air hujan, wahai Rasulullah."

Nabi Muhammad SAW bersabda, "Mengapa tidak kamu letakkan yang basah ini di bagian atas sehingga manusia bisa melihatnya. Barangsiapa yang menipu, maka ia bukan termasuk golonganku." (HR Muslim dan Abu Dawud)

Berdasarkan sabda Nabi Muhammad SAW tersebut bisa diketahui, urusan menipu adalah perkara besar dan sangat buruk akibatnya. Karena, penipuan bisa menyebabkan pelakunya keluar dari Islam.

Ungkapan Rasulullah SAW, "Bukan termasuk golonganku" seringkali digunakan untuk masalah yang sangat jelek yang menyebabkan pelakunya terjerumus kepada perkara yang berbahaya. Sehingga, hal itu pun dikhawatirkan menyebabkan kekufuran.

Baca Juga


Menipu bentuknya beraneka ragam, di antara bentuk-bentuk menipu satu di antaranya adalah pemimpin yang menipu rakyatnya. Rasulullah SAW bersabda, "Tidaklah seseorang yang diamanahkan oleh Allah untuk memimpin suatu rakyat meninggal pada saat ia menipu rakyatnya, melainkan Allah mengharamkan baginya surga.”

Dalam satu riwayat, "Namun ia tidak menjelaskan penipuannya dengan nasihatnya (perkataannya), maka ia tidak akan mencium bau wangi surga.” (Muttafaq alaihi, disepakati Imam Bukhari dan Imam Muslim)

Dalam buku Wasiat Rasul Buat Lelaki yang ditulis Muhammad Khalil Itani diterjemahkan Ahmad Syakirin, dijelaskan rakyat beserta kekayaannya adalah amanah yang berada di atas pundak pemerintah yang dipegang oleh para pemimpin pemerintahan. Karena itu, hendaknya para pemimpin selalu berusaha mencegah segala hal yang membahayakan prinsip-prinsip dan muamalahnya serta mendatangkan sesuatu yang bermanfaat.

Sehingga, pemimpin dituntut untuk terjun ke tengah-tengah masyarakat dan melihat-lihat keadaannya agar mengetahui penyakit dan problem yang sedang terjadi. Misalnya, kemiskinan, kebodohan, penipuan, dan lain sebagainya, untuk kemudian diobati.

Demikianlah kewajiban atas pemimpin, yakni memerangi penipuan. Tapi jika ada pemimpin yang menipu rakyatnya, maka sebagaimana dijelaskan dalam hadits di atas, Allah SWT mengharamkan surga terhadap pemimpin yang mati dalam keadaan menipu rakyatnya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler