Segini Dana yang Dihabiskan Israel untuk Biayai Perang di Gaza-Lebanon Per Hari

Israel menghadapi defisit anggaran selama Perang Gaza-Lebanon

EPA-EFE/ABIR SULTAN
Polisi memeriksa kerusakan di lokasi ledakan yang diduga oleh Drone di Tel Aviv, Israel,Jumat (19/7/2024). Dikabarkan satu orang tewas dan delapan yang lain terluka dalam ledakan yang diduga disebabkan oleh serangan Drone.
Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM— YERUSALEM- Surat kabar Israel Yedioth Ahronoth mengutip seorang pejabat ekonomi senior Israel yang mengatakan bahwa bertahan dalam perang yang panjang di utara dan selatan merupakan hal yang sulit bagi perekonomian Israel, dengan menunjukkan bahwa perluasan perang di utara telah menelan biaya sebesar 6,7 miliar dolar AS (kira-kira Rp 103 triliun lebih) sejak awal September.

Baca Juga


Dia menambahkan bahwa biaya untuk satu hari pertempuran di Lebanon mencapai sekitar 134 juta dolar AS (setara dengan Rp 2 miliar lebih) dan mungkin akan segera meningkat, dengan mencatat bahwa biaya amunisi yang digunakan di Lebanon sangat tinggi.

Pejabat Israel tersebut menekankan bahwa perluasan perang membutuhkan peningkatan anggaran karena tidak adanya sumber pendanaan.

Pertumbuhan ekonomi Israel terus menurun pada kuartal kedua tahun ini, menurut data terbaru, dengan latar belakang perang Israel yang sedang berlangsung di Gaza dan perluasannya ke Lebanon.

Biro Pusat Statistik (CBS) melaporkan bahwa PDB naik hanya 0,3 persen dari tahun ke tahun dari April hingga Juni, turun dari pertumbuhan 0,7 persen di bulan sebelumnya dan 1,2 persen pada Agustus

Defisit anggaran

Sepuluh hari yang lalu, Kementerian Keuangan Israel mengumumkan bahwa defisit anggaran mencapai 8,8 miliar shekel (2,34 miliar dolar AS) pada September, seiring dengan meningkatnya perang di Jalur Gaza dan meluas ke Lebanon dan wilayah-wilayah lain.

Defisit dalam 12 bulan hingga September naik menjadi 8,5 persen dari PDB, naik dari 8,3 persen dalam 12 bulan hingga Agustus, dibandingkan dengan target 6,6 persen untuk seluruh 2024 yang dipatuhi oleh Menteri Keuangan Bezalel Smotrich.

Kenaikan defisit menjadi 8,5 persen berasal dari pengeluaran militer dan sipil yang lebih tinggi untuk membiayai perang, dan defisit meningkat selama enam bulan berturut-turut di atas target tahunan pemerintah sebesar 6,6 persen.

Pada 2023, defisit anggaran Israel ditetapkan sebesar 4,2 persen, dan berencana untuk menguranginya menjadi 4 persen tahun depan, yang tampaknya tidak mungkin tercapai.

Pengeluaran untuk perang, yang dimulai pada 7 Oktober 2023, melebihi 103 miliar shekel (27,35 miliar dolar AS).

BACA JUGA: Jamuan Makan Malam Terakhir, Perpisahan Mengenaskan Pasukan Elite Golani Israel

Kementerian Keuangan di Israel telah mendorong proposal untuk menaikkan pajak bagi orang-orang kaya, sebagai bagian dari rencana untuk mengelola defisit fiskal pada 2025 yang disebabkan oleh tingginya biaya perang di Gaza dan perluasannya ke Libanon di tengah-tengah saling bombardir dengan Iran dan Yaman.

Surat kabar ekonomi Israel, Globes, melaporkan bahwa Kementerian Keuangan mengusulkan untuk menaikkan pajak tambahan atas pendapatan pasif seperti bunga, selain menaikkan pajak tambahan dari tingkat saat ini sebesar 3 persen menjadi 5 persen, dan memperluas cakupannya dengan memasukkan mereka yang memiliki lebih dari satu rumah, yang akan mempengaruhi 10 persen pendapatan teratas dan akan menjadi penghalang bagi investasi modal oleh warga Israel.

Penghasilan pasif adalah pendapatan tunai yang mengalir secara teratur yang dihasilkan dari investasi dalam proyek tertentu tanpa perlu partisipasi fisik atau kehadiran investor.

Saat ini, pendapatan pasif tahunan yang melebihi NIS 721.560 (192.653 dolar AS) dikenakan pajak tambahan, termasuk keuntungan modal, bunga dan dividen.

Kebijakan yang lebih luas

Kementerian Keuangan Israel mengatakan bahwa langkah yang diusulkan adalah koreksi terhadap sistem pajak saat ini, karena banyak pajak atas pendapatan pasif lebih rendah daripada kurung pajak penghasilan tertinggi, yang mengarah ke situasi yang bermasalah, menurut surat kabar tersebut.

Kenaikan pajak tambahan ini merupakan bagian dari kebijakan yang lebih luas yang menargetkan kelompok pendapatan yang lebih tinggi, yang mencakup pembatalan rencana kenaikan jumlah pendapatan pensiun bebas pajak dan pembekuan kelompok pajak pendapatan, meskipun ada kenaikan inflasi, yang setara dengan kenaikan pajak pendapatan secara riil, menurut Globes.

Dengan demikian, menurut Globes, Kementerian Keuangan berusaha untuk memberlakukan sebagian besar langkah-langkah penghematan pada orang-orang berpenghasilan tinggi, tetapi pada saat yang sama hal ini dapat mengurangi insentif untuk bekerja, menabung, dan berinvestasi yang akan dibutuhkan untuk memulihkan ekonomi ketika perang berakhir.

Keuntungan dari penjualan properti

Pada saat yang sama, Kementerian Keuangan sedang berusaha untuk memperluas penerapan pajak tambahan untuk penjualan semua real estate, bukannya situasi saat ini di mana pajak tersebut tidak berlaku untuk “perumahan mewah” seperti yang didefinisikan oleh kementerian (yaitu mereka yang bernilai lebih dari NIS 5,38 juta, atau sekitar 1,5 juta dolar AS).

BACA JUGA: Dampak Fatal Serangan Rudal Iran ke Israel Terbongkar, Total Kerugiannya Fantastis

Menurut proyeksi Kementerian Keuangan, menaikkan tarif pajak tambahan dari 3 persen menjadi 5 persen akan menghasilkan NIS 1 miliar (267 juta dolar AS) pada 2025, dan NIS 1,5 miliar (400,5 juta dolar AS) setiap tahun setelahnya.

Perluasan cakupan penerapan pajak tambahan atas investasi real estat diperkirakan akan menambah NIS 420 juta (112,13 juta dolar AS) pada pendapatan pada 2025, dan NIS 510 juta (136,16 juta dolar AS) ketika langkah tersebut jatuh tempo pada tahun 2029, menurut Globes.

Sumber: aljazeera

 

Rupa-Rupa Dampak Boikot Israel - (Republika)

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler