Pasar Pesimistis pada Target Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen, Rupiah Lesu

Rupiah melemah 63,50 poin atau 0,41 persen menuju level Rp 15.567 per dolar AS.

Republika/Thoudy Badai
Rupiah pada Selasa (22/10/2024) melemah 63,50 poin atau 0,41 persen menuju level Rp 15.567 per dolar AS.
Rep: Eva Rianti Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah pada Selasa (22/10/2024) mengalami pelemahan, didorong faktor pesimistis pasar terhadap target pertumbuhan ekonomi di era kepemimpinan Prabowo Subianto yang mencapai hingga 8 persen. Dikutip dari Bloomberg, rupiah melemah 63,50 poin atau 0,41 persen menuju level Rp 15.567 per dolar AS pada penutupan perdagangan Selasa (22/10/2024).

Baca Juga


Pelemahan berlanjut, meski sempat mengalami penguatan pada hari H pelantikan Prabowo pada Ahad (20/10) akibat pidatonya yang mendapat respons positif dari pasar. Lantas pada Senin (21/10), rupiah melorot usai pelantikan Kabinet Merah Putih yang komposisinya gemuk. 

“Presiden Prabowo Subianto dan Kabinet Merah Putih perlu langsung bekerja menyelesaikan setumpuk pekerjaan rumah dan memenuhi janji kampanyenya. Salah satu janji dalam kampanyenya adalah mengejar pertumbuhan ekonomi 8 persen agar Indonesia bisa keluar dari middle income trap. Namun, target pertumbuhan ekonomi ini tidak mudah,” kata Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi dalam keterangannya, Selasa (22/10/2024).

Ibrahim menyebut, target pertumbuhan ekonomi hingga 8 persen memang menjadi PR besar bagi Prabowo-Gibran bersama dengan ‘para pembantu’-nya dalam kementerian/lembaga yang gemoy. Sehingga harus merancang dan menjalankan strategi yang terbaik. 

“Tugas mencapai target pertumbuhan ekonomi tersebut juga menjadi pertaruhan kinerja oleh tim ’jumbo’ Kabinet Merah Putih. Terlebih, sebagian menteri tidak berasal dari kalangan profesional, namun juga dari kalangan partai politik. Dari 48 menteri yang dilantik Prabowo, terdapat 24 menteri yang berasal dari partai politik. Adapun dari 56 wakil menteri, 18 di antaranya berasal dari parpol,” jelasnya. 

Lebih lanjut, Ibrahim menuturkan, ada sejumlah poin yang perlu menjadi prioritas pemerintah Prabowo. Di antaranya, penanganan daya beli masyarakat, penciptaan lapangan kerja, hingga memperbaiki kualitas institusi. 

“Persoalan tersebut perlu segera ditangani oleh Prabowo beserta jajarannya. Sebab jika tidak ditangani dengan baik, hal ini dapat mengakibatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia stagnan, deindustrialisasi berlanjut, hingga daya beli masyarakat semakin rendah,” terangnya.

Selain itu, lanjutnya, memasuki akhir 2024 resiko ketidakpastian pasar keuangan global kembali  meningkat imbas ketegangan geopolitik antara Israel, Hamas dan Hizbullah, bahkan memasukkan konfrontasi antara Israel dengan Iran. 

“Ekskalasi cukup tinggi dari skala geopolitik, sehingga mempengaruhi dinamika pasar keuangan global, maka pemerintah Prabowo akan terus mewaspadai dan memonitor dampak rambatannya terhadap perekonomian kita,” ujarnya. 

 

Sentimen Eksternal 

Ibrahim menganalisis pula mengenai sentimen eksternal yang berpengaruh terhadap pelemahan Mata Uang Garuda. Diantaranya yakni serangkaian data ekonomi yang positif menyebabkan investor mengurangi ekspektasi tentang ukuran dan kecepatan pemangkasan suku bunga dari Fed. Pasar memperkirakan peluang 87 persen untuk pemangkasan sebesar 25 basis poin (bps) pada pertemuan Fed November, dengan peluang 13 persen bank sentral mempertahankan suku bunga tetap stabil, menurut FedWatch Tool milik CME.

Presiden Federal Reserve Bank of Dallas Lorie Logan mengatakan pada Senin bahwa ia melihat penurunan suku bunga yang lebih bertahap di depan untuk bank sentral, dan menyarankan bahwa ia tidak melihat alasan mengapa Fed juga tidak dapat terus menekan dengan mengecilkan neracanya. 

Selain itu, Presiden Federal Reserve Bank Minneapolis Neel Kashkari kembali mengatakan bahwa ia mengharapkan penurunan suku bunga ‘sederhana’ selama beberapa kuartal berikutnya, meskipun kemerosotan tajam pasar tenaga kerja dapat mendorongnya untuk menyerukan penurunan yang lebih cepat. 

Di sisi lain, Bank Sentral Eropa (ECB) pada pekan lalu memangkas suku bunga untuk ketiga kalinya tahun ini. Pada Senin, kepala bank sentral Slovakia Peter Kazimir mengatakan, inflasi zona euro semakin mungkin kembali ke target tahun depan, tetapi sedikit lebih banyak bukti diperlukan sebelum Bank Sentral Eropa dapat menyatakan kemenangan. 

Ibrahim melanjutkan, investor juga memposisikan diri karena pemilihan umum AS pada tanggal 5 November semakin dekat. Ada anggapan bahwa jika Trump menang dalam pesta politik itu, nantinya ada dampak tarif terhadap mitra dagang, seperti Kanada, Meksiko, China, dan Jepang.

Lantas, semua sentimen tersebut berimbas kepada pergerakan indeks dolar AS, dan berlanjut memengaruhi pergerakan emerging markets, termasuk Indonesia. 

“Untuk perdagangan besok, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup menguat di rentang Rp15.550—Rp15.580 per dolar AS,” tutup Ibrahim.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler