Peringatan Rasulullah tentang Ruwaibidhah

Rasulullah SAW menjelaskan ciri ruwaibidhah dalam hadis berikut.

Republika/ Yasin Habibi
ILUSTRASI ruwaibidhah
Red: Hasanul Rizqa

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rasulullah Muhammad SAW bersabda, "Akan datang kepada manusia tahun-tahun yang penuh dengan penipuan. Ketika itu, pendusta dibenarkan, sedangkan orang yang jujur malah dianggap berdusta. Pengkhianat dipercaya, sedangkan orang yang amanah justru dipandang sebagai pengkhianat. Pada saat itu ruwaibidhah berbicara."

Baca Juga


Seorang sahabat bertanya, "Wahai Rasulullah, siapakah yang dimaksud dengan ruwaibidhah?”

Nabi SAW menjawab, “Orang bodoh yang ikut campur dalam urusan masyarakat luas" (HR Ibnu Majah).

Hadis di atas adalah salah satu nasihat Rasulullah SAW mengenai akhir zaman. Beliau shalallahu 'alaihi wasallam memperkenalkan suatu istilah, yakni ruwaibidhah.

Itu merujuk pada orang-orang yang berbicara atas nama orang banyak, tetapi bukan untuk kepentingan atau kemaslahatan umum.

Ruwaibidhah juga berarti orang yang berbicara atas nama umat Islam, tetapi tujuannya bukan untuk kebaikan kaum Muslimin. Ruwaibidhah juga diartikan sebagai mereka yang berbicara atas nama rakyat dan bangsa, tetapi kerjanya bukan untuk rakkyat dan bangsa yang mereka wakili itu.

Nabi SAW menegaskan satu ciri ruwaibidhah, yakni sifat bodoh. Alquran pun telah memperingatkan kaum Mukminin agar tidak mengikuti orang bodoh, yaitu mereka yang berbicara tanpa landasan ilmu yang memadai.

وَلَا تَقۡفُ مَا لَـيۡسَ لَـكَ بِهٖ عِلۡمٌ‌ ؕ اِنَّ السَّمۡعَ وَالۡبَصَرَ وَالۡفُؤَادَ كُلُّ اُولٰۤٮِٕكَ كَانَ عَنۡهُ مَسۡـُٔوۡلًا

"Janganlah kamu mengikuti sesuatu yang kamu tidak punya ilmu tentangnya, sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, itu semua akan dimintai pertanggung-jawabannya" (QS al-Israa’ : 36).

Hadis itu juga mengisyaratkan ciri lainnya dari ruwaibidhah, yaitu khianat. Orang yang seharusnya mengurusi orang banyak, tetapi justru tidak amanah.

Nabi SAW bersabda, "Apabila seseorang terus menerus berdusta dan mempertahankan kedustaannya maka di sisi Allah dia akan dicatat sebagai seorang pendusta" (HR Muslim).

Belia juga menasihati, “Apabila amanah telah disia-siakan, maka tunggulah datangnya hari kiamat.”

Seorang sahabat bertanya, “Bagaimana amanah itu disia-siakan?”

"Apabila suatu urusan diserahkan kepada bukan ahlinya, maka tunggulah kehancurannya,” jawab Nabi SAW (HR Bukhari).

Ciri ruwaibidhah

 

Apa saja ciri-ciri Ruwaibidhah? Ini dia tiga di antaranya.

Tak bermoral

Ruwaibidhah ini ikut berbicara tentang komunitas dan masyarakat meskipun dia sebenarnya tidak mampu melakukannya. Pada zaman yang sudah bobrok, ruwaibidhah akan menjadi salah satu yang paling tidak berarti, paling kecil, dan tercela. (Abu Ubaid al-Qasim bin Salam al-Harawi, Ghareeb al-Hadith)

Senang dengan jabatan dan uang

Dalam sebuah bukunya, Hamoud bin Abdul Rahman Al-Tuwaijri menjelaskan, ruwaibidhah termasuk orang-orang yang senang dengan jabatan dan uang walaupun itu membuat mereka jauh dari Allah SWT.

Banyak bicara

Salah satu yang menjadi ciri ruwaibidhah juga adalah banyak bicara tanpa kehati-hatian. Ini termasuk sifat yang dibenci Nabi SAW, sesuai dengan sabda beliau:

"Dan, sungguh yang paling aku benci di antara kalian dan paling jauh duduknya denganku pada hari kiamat adalah orang yang paling buruk akhlaknya, yaitu al-mutasyaddiquun, al-mutafaihiquun, dan al-tsatsaruun."

Al-tsartsaruun yang disebutkan dalam hadis tersebut adalah orang yang banyak bicara. Golongan yang dibenci Nabi SAW ini adalah pembual atau pendusta yang banyak cakap serta pandai pula bersilat lidah.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler