Jadi Lulusan Terbaik Al Azhar Kairo, Muhammad Sakho Harumkan Nama Indonesia di Mesir

Sekilas Cerita Mahasiswa Indonesia Jadi Lulusan Terbaik Universitas Al Azhar Kairo

Dokpri
Muhammad Sakho Fairuz Adabi
Rep: Fuji Eka Permana Red: Erdy Nasrul

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Muhammad Sakho Fairuz Adabi saat masih menjadi santri sudah bercita-cita untuk bisa belajar di Universitas Al Azhar Kairo, Mesir. Yakni lembaga pendidikan Islam tua yang telah banyak melahirkan para ulama yang mewarnai peradaban umat Islam di berbagai belahan dunia.

Melalui jalur langit dan jalur bumi, Muhammad Sakho kini menjadi lulusan terbaik Universitas Al Azhar Kairo. Pria berusia 27 tahun ini menceritakan kisah singkat awal hidupnya dalam menimba ilmu sampai menjadi lulusan terbaik di Al Azhar.

"Saya tertarik untuk belajar di Al Azhar sejak masih menjadi santri di pesantren, dengan sejarahnya yang panjang sebagai salah satu pusat keilmuan Islam yang tertua dan paling terhormat di dunia, juga sebagai kiblat ilmu dan ulama, apalagi karya-karya ulamanya adalah kitab-kitab pokok yang dulu kami pelajari," kata Muhammad Sakho saat berbincang dengan Republika, Jumat (8/11) malam.

Ia mengungkapkan bahwa memang prosesnya panjang, namun dengan izin Allah SAW, dia bisa mendapat kesempatan belajar di Al Azhar Kairo. Tentu dengan dukungan keluarga, dan doa dari banyak pihak.

 

Sebelum ke Kairo, Muhammad Sakho pernah berkesempatan menimba ilmu di berbagai pesantren. Baginya, pesantren pertamanya adalah didikan kedua orang tua, terutama abah (kakek) yang sejak kecil sudah mendidiknya untuk mencintai ilmu dan membangunkan pondasi keilmuan dalam dirinya.

"Kemudian pesantren yang sangat berpengaruh dalam mengajarkan ilmu dan adab bagi saya adalah Pesantren Darul Falah Amtsilati Jepara, yang diasuh oleh Abah Yai Taufiqul Hakim, dan Pesantren Sulaimaniyah di Turki yang didirikan oleh Syekh Sulaiman Hilmi Tunahan, semoga Allah merahmati seluruh guru-guru dan masyayikh kami," ujar Muhammad Sakho.

Ketika menimba ilmu di Universitas Al Azhar, Muhammad Sakho masuk Jurusan Syariah Islamiyah. Di sana belajar berbagai cabang ilmu agama seperti tafsir ahkam, hadis, fiqih, ushul fiqh, dan lain sebagainya.

 

Muhammad Sakho juga mendapat pendidikan dengan talaqqi di masjid-masjid dan majelis-majelis ilmu. Karena Al-Azhar sebagai Jami’an dan Jami’atan (Masjid dan Kampus) adalah satu kesatuan.

"Selain ilmu, kami juga diajarkan akhlak, adab dan ketawadhuan dari tangan para masyayikh yang tak hanya menjelaskan, namun juga mencontohkan dalam kehidupan pribadi mereka yang mulia," ujar Muhammad Sakho bercerita.

Lulusan terbaik Universitas Al Azhar ini menegaskan bahwa yang paling penting, Al-Azhar juga menekankan Manhaj Wasathiyyah yang menekankan keseimbangan (tawazun) dan sikap tengah (I’tidal) dalam memahami ajaran Islam. Sehingga terhindar dari sikap ekstrem dan pemikiran radikal.

Ia menceritakan, para mahasiswa di Al Azhar diajak untuk memahami berbagai madzhab dan sudut pandang yang berbeda dalam ilmu syariah. "Sehingga terbentuk sikap yang lebih terbuka dan menghargai perbedaan di kalangan umat Islam," ujar Muhammad Sakho.

Mengenai cara Muhammad Sakho menjadi lulusan terbaik di Universitas Al-Azhar, ia mengungkapkan, tentu itu adalah berkah karunia dari Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan taufiq-Nya, sehingga bisa sampai di titik ini.

Baca Juga



"Selain itu, bentuk ikhtiar saya yaitu dengan menggabungkan jalur langit dan jalur bumi. Jalur langit yang paling kuat adalah tetesan doa dari ibu dan abah saya, yang setiap hari tidak pernah putus mendoakan dan mengirimkan 40 Al-Fatihah untuk kesuksesan anak-anaknya, ini adalah jalur paling express yang mengantarkan saya mencapai keberhasilan ini," ungkap Muhammad Sakho.

Ia menambahkan, dari jalur bumi sendiri adalah dengan keistiqomahan dalam belajar, manajemen waktu yang baik dan menggunakan metode belajar yang tepat, sambil berusaha ikhlas dalam menuntut ilmu.

"Alhamdulillah, Allah memberikan kemudahan dan hasil yang lebih dari yang saya harapkan," ujarnya.

Muhammad Sakho setelah lulus di Al-Azhar, mengungkapkan ingin kembali ke Indonesia untuk mengabdikan ilmu yang sudah didapat. Rencananya adalah berkontribusi dalam dunia pendidikan, baik dengan mengajar di pesantren atau lembaga-lembaga pendidikan, menciptakan kurikulum yang baik dan efektif di pesantren, serta turut menyebarkan pemahaman Islam yang moderat dan mendalam di masyarakat.

"Saya juga ingin membangun badan usaha yang mandiri bagi pesantren saya, sehingga bisa meringankan biaya para santri dan memberikan beasiswa bagi mereka yang berprestasi," ujar Muhammad Sakho.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler