Survei Temukan Ulama Jadi Tokoh yang Paling Dipercaya Dalam Isu Iklim
Ulama merupakan rujukan masyarakat dalam berbagai hal, termasuk perubahan iklim.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ulama merupakan salah satu tokoh yang paling dipercaya untuk membahas isu iklim menurut temuan dalam Survei Iklim Nasional, memperlihatkan pentingnya melibatkan pemuka agama untuk mengangkat isu lingkungan.
Dalam diskusi yang diadakan di Jakarta, Jumat, Pendiri dan Ketua Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) Dino Patti Djalal menyebut hasil Survei Iklim Nasional berfokus pada responden dari kalangan tokoh agama Islam dan komunitas Muslim di Indonesia.
Survei yang melibatkan 3.000 responden Muslim dan 100 tokoh agama Islam itu, jelasnya, bertujuan menangkap persepsi, sikap, dan peran mereka dalam mendorong aksi iklim.
"Dengan meningkatnya religiusitas global, termasuk di Indonesia, penting untuk menyelaraskan solusi iklim dengan ajaran Islam. Memahami hambatan dan kesenjangan adalah kunci, karena sudut pandang agama sangat penting bagi masyarakat Indonesia," ujar Dino,
Pada pemaparan hasil survei oleh FPCI dan Purpose itu, dia menyebut bahwa temuan utama riset antara lain adalah lapangan pekerjaan, kesehatan, dan kemiskinan masih menjadi tiga isu utama umat Islam, sementara isu lingkungan berada di peringkat enam.
Dikerucutkan ke isu iklim, pemuka agama menjadi pihak yang paling dipercaya oleh masyarakat dengan 22 persen. Persentase itu lebih tinggi dibandingkan aktivis lingkungan sebesar 19 persen, pemerintah nasional 11 persen dan ilmuwan 9 persen.
Hal itu memperlihatkan peran vital melibatkan pemuka agama dalam menyuarakan isu lingkungan demi meningkatkan kesadaran dan mendorong aksi iklim di tingkat akar rumput. Survei itu juga menunjukkan anggota legislatif berada pada urutan terakhir dalam tingkat kepercayaan masyarakat.
Sementara itu, di sisi lain para tokoh agama telah meyakini bahwa perubahan iklim dan kerusakan lingkungan disebabkan oleh aktivitas manusia. Temuan itu menghadirkan perspektif baru dari berbagai penelitian sebelumnya yang cenderung menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia menyangkal krisis iklim sebagai akibat aktivitas manusia.
Menanggapi tentang pendekatan yang perlu dilakukan untuk meningkatkan aksi iklim di kalangan umat Islam, Abdul Gaffar Karim sebagai Steering Committee Muslims for Shared Action on Climate Impact (MOSAIC) yang juga akademisi dari Universitas Gadjah Mada menyoroti pentingnya aksi dan kolaborasi.
"Walau data mengungkap bahwa masyarakat percaya kepada pemuka agama sayangnya seruan-seruan di masjid sangat sedikit yang menyentuh isu iklim, dalam riset kecil kami kurang dari 2 persen dakwah di masjid menyentuh topik ini," katanya.
Untuk itu dia mendorong tindak lanjut konkret dari temuan tersebut, termasuk pendekatan kepada manajemen masjid sehingga takmir masjid menjadi bagian pendekatan penting agar bisa memilih pemuka agama yang memiliki pengetahuan yang baik tentang lingkungan.