Para Sahabat Nabi dan Praktik Tabaruk

Para sahabat berebut minum dari bejana Rasulullah.

Republika.co.id
ILUSTRASI Rasulullah SAW
Red: Hasanul Rizqa

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Keterikatan antara Rasulullah SAW dan para sahabatnya cukup kuat, bahkan hubungan mereka kerap termanivestasikan dalam berbagai hal, termasuk tabaruk atau mengambil keberkahan dari segala yang ada dari pribadi Rasulullah.

Baca Juga


Dalam bab tentang wudhu pada Sahih Bukhari disebutkan sebuah riwayat dari Abu Juhayfa.

“Rasulullah datang kepada kami waktu tengah hari. Bejana berisikan air untuk wudhu disampaikan kepada beliau. Setelah beliau berwudhu, air yang tersisa diambil orang-orang. Mereka lantas menggunakannya untuk mengelap tubuhnya, air itu sebagai sesuatu yang telah terberkahi.

Nabi Muhammad shalat dua rakaat Zhuhur dan dua rakaat lagi untuk shalat Ashar. Di hadapan beliau, terpancang tongkat. Abu Musa mengatakan, ‘Nabi meminta sebuah gelas berisi air. Lalu, beliau mencuci kedua tangannya serta membasuh wajahnya dengan air itu.

Kemudian, beliau menuangkan seteguk air gelas itu dan (menawarkannya) kepada kami berdua (Abu Musa dan Bilal), ‘Minumlah dari gelas ini dan basuhlah sebagian airnya pada wajah serta dada kalian.’”

Tak dilarang

 

Rasulullah sendiri tak melarang praktik tabaruk. Sejumlah sahabat bahkan berebutan untuk mengambil air sisa wudhu Nabi. Termasuk tentang minum dari bejana yang sama dengan pembawa risalah Islam itu.

Imam Bukhari menceritakan satu riwayat, bahwa Abdullah ibn Salam telah menawarkan kepada Abu Burda minuman di bejana yang dengannya Nabi biasa minum.

Sahabat lainnya, Sahl bin Sa’d diketahui menyimpan mangkuk yang pernah digunakan Nabi. Belakangan, Umar bin Abdul Aziz meminta Sahl untuk menyerahkan benda berharga itu sebagai hadiah kepadanya. Maka Sahl pun memberikannya sebagai penghormatan.

Semasa hidup Nabi, keberkahan merupakan salah satu mukjizat yang terjadi atas kuasa Allah. Misalnya, sebagaimana diriwayatkan Jabir, pada suatu ketika pasukan Muslimin sedang kekurangan air. Nabi meminta bejana yang sebagiannya berisi air. Kemudian, Rasulullah mencelupkan ujung jarinya. Bejana itu seketika penuh. Sampai-sampai mencukupi untuk wudhu dan minum seluruh pasukan Muslim.

Dalam Musnad Ahmad ibn Hanbal, Anas menuturkan bahwa ia melihat Nabi ketika rambutnya sedang dipotong. Kemudian, para sahabat mengelilingi beliau. Masing-masing mereka meminta beberapa potongan rambut Rasulullah.

Dalam Sahih Bukhari hadis nomor 2300, disebutkan bahwa Nabi menyuruh Abu Talha agar membagi-bagikan potongan rambutnya kepada kaum Muslim. Abu Ubaidah bahkan menegaskan, memiliki potongan rambut Nabi Muhammad adalah lebih berharga baginya daripada dunia dan isinya.

Beberapa sahabat bahkan sengaja meminta waktu agar Nabi menyempatkan diri shalat di kediamannya. Misalnya, Abdullah bin Umm Maktum dan Itban bin Malik.

Suatu kali, Rasulullah bersedia dan melakukan shalat di rumah mereka. Sajadah bekas shalat Nabi lantas menjadi benda kesayangan keduanya. Titik tempat shalat beliau juga menjadi tempat favorit mereka untuk beribadah.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler