Banyak Muslim Afrika Dijadikan Budak di Amerika
Pada tahun 1530 M, budak dari Afrika tiba di Amerika.
REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Bangsa Eropa melakukan penangkapan, menjual-belikan dan memperbudak manusia yang berasal dari Benua Afrika untuk bekerja di Benua Amerika. Di antara orang-orang Afrika yang dijadikan budak oleh orang-orang Eropa itu terdapat cukup banyak Muslim yang menentang perbudakan. Karena Islam tidak mengajarkan perbudakan, hal ini membuktikan Islam memahami hak asasi manusia.
Pada tahun 1530 M, budak dari Afrika tiba di Amerika. Selama masa perbudakan, lebih dari 10 juta orang Afrika dijual ke Amerika. Sekitar 30 persen budak dari Afrika itu beragama Islam.
Diantara budak-budak yang terhitung dalam American Ethnological Society terdapat budak Muslim yang terpelajar, di antaranya adalah Ayyub Ibnu Sulaiman Diallo, Pangeran Bundu dari Afrika yang diculik dan dijual sebagai budak pada tahun 1730. Setelah 3 tahun lamanya, ia dimerdekakan sebagai rasa terima kasih atas kepandaian dan kejujuran serta rasa simpatinya terhadap orang kulit putih.
Secara faktual komunitas Muslim yang termasuk kelompok minoritas tersebar di pesisir Amerika Utara dan Selatan termasuk di Suriname. Fakta yang sulit dibantah adalah bahwa pemeluk Islam di kawasan ini adalah orang-orang yang berkulit hitam “black moslem” dan orang-orang imigran dari negara-negara Islam seperti Libanon, Suriah, Irak, Pakistan dan sebagainya.
Tercatat dalam sejarah Amerika bahwa orang-orang berkulit hitam (Afrika) masuk ke Amerika sebagai budak atau sebagai pekerja rendahan. Kenyataan historis seperti ini sangat berpengaruh terhadap sikap orang-orang kulit putih terhadap orang-orang kulit hitam (Negro) dan sekaligus terhadap Islam sebagai suatu sistem kepercayaan yang dianutnya.
Antara tahun 1619-1663 tercatat beberapa budak Afrika yang datang ke Amerika di antara mereka adalah Yarrow Mahmaut dan Muhammad Bah. Sebelumnya pada tahun 1539 seorang Muslim dari Maroko ikut bersama putra mahkota New Spain dalam sebuah ekspedisi ke Arezona dan New Mexico. Bahkan pada tahun 1500-an Nazaruddin seseorang yang berasal dari Mesir telah menetap di Cats Kaills, New York.
Abad ke-16 sampai abad ke-18 merupakan waktu kedatangan budak-budak untuk dipekerjakan di perkebunan tebu di Karibia yang memang pada waktu itu sedang memerlukan lebih banyak tenaga kerja manusia. Budak-budak itu, kebanyakan dari Benua Afrika seperti Sinegal, Guinea, Gambia, dan Mauritania yang telah beragama Islam.
Sejak tahun 1520-an telah didatangkan budak ke Amerika Utara dari Afrika. Diperkirakan sekitar 500.000 jiwa dikirim ke daerah ini atau sekitar 4,4 persen dari total 11.328.000 jiwa budak yang ada. Diperkirakan sekitar 50 persen budak atau tidak kurang dari 200.000 jiwa budak yang didatangkan berasal dari daerah-daerah yang sudah dipengaruhi oleh Islam.
Dikutip dari buku Perkembangan Islam Global yang diterbitkan Kementerian Agama RI, sejarah mencatat kedatangan umat Islam di Benua Amerika dari sejumlah catatan sejarah.
Berikut jejak sejarah kedatangan Islam di Benua Amerika sebelum Christopher Columbus tiba di Benua Amerika pada 14 Agustus 1498 catatan lain menyebutnya pada 21 Oktober 1492 M.
Tahun 999 M, seorang navigator Muslim dari Dinasti Umayyah di Spanyol bernama Ibnu Farrukh telah berlayar dari Kadesh pada Februari 999 M menuju Atlantik. Sang pelaut Muslim itu berlabuh di Gando atau Kepulauan Canary Raya. Ibnu Farrukh mengunjungi Raja Guanariga. Sang penjelajah Muslim itu memberi nama dua pulau yakni Capraria dan Pluitana. Ibnu Farrukh kembali ke Spanyol pada Mei 999 M.
Tahun 1178 M, sebuah dokumen dari zaman Dinasti Sung mencatat perjalanan pelaut Muslim ke sebuah wilayah bernama Mu-Lan-Pi (Amerika).
Tahun 1310 M, Abu Bakari seorang raja Muslim dari Kerajaan Mali melakukan serangkaian perjalanan ke dunia baru (Benua Amerika).
Tahun 1312 M, seorang Muslim dari Afrika (Mandiga) tiba di Teluk Meksiko untuk mengeksplorasi Amerika menggunakan Sungai Mississipi sebagai jalur utama perjalanannya.
Tahun 1530 M, budak dari Afrika tiba di Amerika. Selama masa perbudakan, lebih dari 10 juta orang Afrika dijual ke Amerika. Sekitar 30 persen budak dari Afrika itu beragama Islam.
Tahun 1539 M, Estevanico of Azamor, seorang Muslim dari Maroko, mendarat di tanah Florida.
Tahun 1732 M, Ayyub bin Sulaiman Jallon, seorang budak Muslim di Maryland, dibebaskan oleh James Oglethorpe, pendiri Georgia.
Tahun 1790 M, umat Islam dari Andalusia dilaporkan sudah tinggal di South Carolina dan Florida.
Tahun 1807, seorang Muslim Afrika dinyatakan bebas di Washington DC setelah Kongres Amerika Serikat melarang impor budak ke Amerika setelah 1 Januari 1808. Ia menjadi salah satu pemegang saham pertama Bank Columbia.
Tahun 1839 M, Sayyid Sa'id, seorang penguasa Oman mengutus misi perdagangan dengan menggunakan kapal Sultana ke Amerika dan tiba di New York pada 30 April 1840.
Tahun 1856 M, pasukan kavaleri Amerika Serikat (AS) menyewa seorang Muslim bernama Hajji Ali untuk eksperimen pemeliharaan unta di Arizona.