Rusia-Ukraina Memanas, AS Tutup Kedubes di Kyiv
Rusia menjanjikan balasan setelah Ukraina menyerang menggunakan rudal AS.
REPUBLIKA.CO.ID, KYIV – Konflik antara Ukraina dan Rusia kian memanas menyusul penggunaan rudal Amerika Serikat (AS) oleh Ukraina untuk menyerang wilayah Rusia. Kedutaan Besar AS di Kyiv terpaksa ditutup karena menerima informasi mengenai potensi serangan udara besar pada Rabu.
“Untuk sangat berhati-hati, kedutaan akan ditutup, dan pegawai kedutaan diinstruksikan untuk berlindung di tempat,” kata Departemen Urusan Konsuler Luar Negeri AS dalam sebuah pernyataan, dilansir Reuters, Rabu ini.
"Kedutaan Besar AS merekomendasikan warga AS bersiap untuk segera berlindung jika ada peringatan udara yang diumumkan.” Peringatan itu muncul sehari setelah Ukraina menggunakan rudal ATACMS AS untuk menyerang wilayah Rusia, memanfaatkan izin yang baru diberikan dari pemerintahan Presiden AS Joe Biden pada hari ke-1.000 perang tersebut.
Rusia telah memperingatkan negara-negara Barat selama berbulan-bulan bahwa jika Washington mengizinkan Ukraina menembakkan rudal AS, Inggris, dan Prancis jauh ke Rusia, Moskow akan menganggap para anggota NATO tersebut terlibat langsung dalam perang di Ukraina.
Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan pada Oktober bahwa Moskow akan menanggapi serangan Ukraina dengan senjata buatan AS ke wilayah Rusia. Pada Selasa, Putin menurunkan ambang batas serangan nuklir sebagai respons terhadap serangan konvensional yang lebih luas, dengan risiko nuklir yang meningkat di tengah ketegangan tertinggi antara Rusia dan Barat dalam lebih dari setengah abad.
Sementara, Ukraina menggunakan rudal ATACMS AS untuk menyerang wilayah Rusia pada Selasa, memanfaatkan izin yang baru diberikan dari pemerintahan Joe Biden pada hari ke-1.000 perang tersebut.
Rusia mengatakan pasukannya menembak jatuh lima dari enam rudal yang ditembakkan ke fasilitas militer di wilayah Bryansk. Puing-puing salah satu benda menghantam fasilitas tersebut, memicu api yang dapat dipadamkan dengan cepat dan tidak menimbulkan korban atau kerusakan, katanya.
Ukraina mengatakan pihaknya menyerang gudang senjata Rusia sekitar 110 km di wilayah Rusia, sebuah serangan yang menyebabkan ledakan susulan. Militer Ukraina tidak secara terbuka merinci senjata yang digunakan, namun sumber pemerintah Ukraina dan seorang pejabat AS mengonfirmasi bahwa mereka menggunakan ATACMS.
Seorang pejabat AS mengatakan Rusia mencegat dua dari delapan rudal dan serangan itu terjadi di titik pasokan amunisi. Pekan ini, Biden memberikan persetujuan kepada Ukraina untuk menggunakan ATACMS, rudal jarak jauh yang disuplai Washington, untuk serangan semacam itu di Rusia. Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan penggunaan ATACMS merupakan sinyal jelas bahwa Barat ingin meningkatkan konflik.
Moskow mengatakan serangan itu menggunakan rudal ATACMS yang dipasok AS di wilayah Rusia, lebih dari 110 km dari Ukraina di wilayah Bryansk.
Moskow mengatakan senjata semacam itu tidak dapat diluncurkan tanpa dukungan operasional langsung AS dan penggunaannya akan membuat Washington menjadi pihak yang terlibat langsung dalam perang tersebut, sehingga memicu pembalasan Rusia.
Serangan-serangan itu terjadi ketika Ukraina menandai perang 1.000 hari, dengan seperlima wilayahnya berada di tangan Rusia dan keraguan mengenai masa depan dukungan Barat ketika Presiden terpilih AS Donald Trump kembali ke Gedung Putih.
Pakar militer mengatakan penggunaan rudal AS dapat membantu Ukraina mempertahankan wilayah yang direbut Rusia di wilayah Kursk sebagai alat tawar-menawar. Namun kemungkinan besar tidak akan berdampak besar pada perang yang telah berlangsung selama 33 bulan tersebut karena penggunaannya terlambat.
Jangkauan rudal tersebut hingga 300 km jauh lebih pendek dibandingkan beberapa rudal yang pernah digunakan Moskow untuk menyerang Ukraina, termasuk senjata hipersonik Kinzhal yang dilaporkan memiliki jangkauan hingga 2.000 km.
Pada Selasa, Presiden Rusia Vladimir Putin menandatangani doktrin nuklir baru yang tampaknya dimaksudkan sebagai peringatan kepada Washington. Perjanjian ini menurunkan ambang batas penggunaan senjata atom oleh Rusia, termasuk dalam menanggapi serangan yang mengancam integritas wilayahnya.
Washington mengatakan pembaruan doktrin nuklir bukanlah suatu kejutan dan menolak "retorika tidak bertanggung jawab yang sama dari Rusia". Zelenskiy mengatakan langkah tersebut menunjukkan Putin tidak tertarik pada perdamaian: "Khususnya pada hari ini... mereka menyampaikan (a) strategi senjata nuklir. Mengapa? Mereka tidak menyampaikan (a) strategi perdamaian. Apakah Anda mendengarnya?... Putin menginginkan perang."
Pentagon mengatakan Departemen Luar Negeri AS telah menyetujui kemungkinan penjualan peralatan dan layanan militer senilai 100 juta dolar AS ke Ukraina, sementara Denmark mengatakan pihaknya memberikan sumbangan baru sekitar 138 juta dolar AS untuk pengembangan industri senjata Ukraina.
Juru bicara PBB Stephane Dujarric mengutip data dari Kantor Hak Asasi Manusia PBB bahwa lebih dari 12.000 warga sipil telah terbunuh dan hampir 27.000 lainnya terluka di Ukraina selama 1.000 hari terakhir, dengan lebih dari 2.400 korban anak-anak.
Lebih dari enam juta warga Ukraina hidup sebagai pengungsi di luar negeri dan populasinya telah berkurang seperempatnya sejak Putin memerintahkan invasi yang mengawali konflik terbesar di Eropa sejak Perang Dunia Kedua.
Kerugian militer sangat besar, meskipun jumlah korban masih dirahasiakan. Perkiraan publik Barat berdasarkan laporan intelijen mengatakan ratusan ribu orang terluka atau terbunuh di masing-masing pihak.
Pada tahun pertama setelah invasi, pasukan Ukraina memukul mundur pasukan Rusia dari pinggiran Kyiv dan merebut kembali wilayahnya. Sejak itu, perang parit yang tiada henti telah menghancurkan kota-kota di Ukraina timur menjadi debu.