Netanyahu Tawarkan Rp 80 M Bagi Siapa pun yang Bebaskan Sandera, Diprotes Keluarga Sandera

Netanyahu disebut menjual nyawa para sandera.

Debbie Hill /Pool via AP
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, berbicara dengan Menteri Pertahanan Yoav Gallant (kiri) di parlemen Israel, Senin, 28 Oktober 2024.
Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada menawarkan lima juta dolar AS atau sekitar Rp 80 miliar dan perjalanan yang aman keluar dari Gaza kepada siapa pun yang memulangkan sandera.

Baca Juga


“Kepada mereka yang ingin meninggalkan keterikatan ini, saya katakan: siapa pun yang membawa sandera kepada kami akan menemukan jalan keluar yang aman bagi dirinya dan keluarganya. Kami juga akan memberikan lima juta dolar AS untuk setiap sandera,” kata Netanyahu, Selasa (19/11/2024), dilansir di Saudi Gazette, Kamis (21/11/2024).

Berbicara di Koridor Netzarim di Gaza tengah bersama Menteri Pertahanan Israel Katz, Netanyahu menambahkan siapa pun yang melukai sandera akan membayar harganya.

“Pilihlah, pilihan ada di tangan Anda, tetapi hasilnya akan sama. Kami akan membawa mereka semua kembali,” ujarnya.

Kritikus perdana menteri menuduhnya sengaja menunda negosiasi untuk kesepakatan pembebasan sandera. Mereka menuduh Netanyahu berfungsi untuk memperpanjang perang dan memperpanjang kekuasaannya. Klaim tersebut dibantah Netanyahu.

Pengumumannya disambut dengan kemarahan dari ibu Matan Zangauker, salah satu sandera yang masih ditahan di Gaza. “Perdana menteri memperdagangkan nyawa para sandera,” kata Einav Zangauker.

 

Ia mengkritik Netanyahu karena menawarkan uang kepada Hamas dan mengatakan upayanya untuk memecah belah dan memerintah di Gaza melalui suap kepada para penculik akan membahayakan para sandera.

“Tidak dapat dipercaya orang yang mendanai Hamas sekali lagi menawarkan uang kepada Hamas,” katanya, merujuk pada kesepakatan kontroversial di mana Qatar mengirim jutaan dolar ke Gaza selama bertahun-tahun dengan dukungan Israel.

Netanyahu membela inisiatif tersebut ketika diluncurkan pada 2018. Dia mengatakan inisiatif itu dimaksudkan untuk mengembalikan ketenangan ke desa-desa Israel di selatan dan mencegah bencana kemanusiaan di Gaza.

“Ketika ini adalah strategi perdana menteri, saya memahami ia tidak memiliki niat menyelamatkan para sandera. Ia akan terus mengulur waktu, dan ia bermaksud mengorbankan mereka dan para prajurit di altar pertimbangan politiknya,” kata Zangauker.

Ketika Hamas menyerang Israel pada 7 Oktober tahun lalu, Hamas menewaskan lebih dari 1.200 orang dan menyandera lebih dari 250 orang lainnya. Dari mereka yang diculik, 97 orang masih berada di Gaza, termasuk jasad sedikitnya 34 orang yang dikonfirmasi tewas oleh militer Israel.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler