Apakah Setara Bakti Anak dengan Kasih Sayang Ibu?
Hadis Nabi SAW ini menegaskan betapa besar kasih sayang ibu.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada suatu ketika, seorang laki-laki datang kepada Nabi Muhammad SAW. Ia menceritakan perihal kebaikan yang telah dilakukannya kepada ibunya.
Dengan senang hati, lelaki itu menyerahkan kepada ibunya seluruh hasil usaha. Ia tidak pernah bermasam muka kepada perempuan yang telah melahirkannya itu. Tak pernah pula dirinya melawan sang bunda dengan kata-kata kasar.
Bila ibunya ingin bepergian, umpamanya, laki-laki itu siap sedia. Bahkan, sang anak rela menggendong sang ibu di atas punggungnya.
Setelah menceritakan itu, lelaki tersebut kemudian bertanya kepada Nabi Muhammad SAW, "Sudahkah dengan cara itu saya membalas budi baik Ibu, ya Rasulullah?"
Nabi SAW menjawab, "Belum, walaupun sekadar membalas satu tarikan napas."
"Mengapa begitu?"
"Ibumu memeliharamu karena ia menginginkanmu berumur panjang. Adapun dirimu memelihara Ibu, tetapi engkau menginginkan dia segera mati," jawab Rasulullah SAW.
Dalam kisah lainnya, Nabi Muhammad SAW juga menasihati seorang pemuda agar berbakti kepada ibunya. Bahkan, hikmat bakti itu tetap diutamakan kendati ia akan berjuang di medan jihad fii sabilillah.
Saat sedang memeriksa pasukan Muslimin, Nabi SAW memanggilnya dan bertanya, "Apakah kamu punya ibu?"
"Ada, ya Rasulullah," jawabnya.
"Kalau begitu," ujar Rasulullah, "jaga baik-baik ibumu. Sebab, surga ada di bawah telapak kakinya" (HR Ibnu Majah).
Sabda Rasulullah SAW itu tidak berarti bahwa seorang anak berbakti hanya kepada ibu. Peran bapak tidaklah diabaikan. Nabi SAW bersabda, "Jagalah kasih sayang terhadap bapakmu, jangan kamu putuskan. Karena kalau kamu putuskan, niscaya Allah menjadikanmu hina" (HR Bukhari).
Perintah berbakti kepada kedua orang tua (birrul-walidain) itu begitu penting. Mereka yang melanggarnya atau durhaka pada ayah dan bunda diancam dengan azab, bukan hanya di akhirat nanti, tetapi juga dunia sekarang.
Nabi Muhammad SAW menjelaskan, "Tiap-tiap dosa itu ditangguhkan pembalasannya oleh Allah sesuai dengan kehendak-Nya sampai hari kiamat, terkecuali dosa karena durhaka kepada kedua orang tua. Sesungguhnya, dosa kepada kedua orang tua itu disegerakan pembalasannya oleh Allah kepada orang yang bersangkutan" (HR Thabrani).